Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03. Pertanyaan

Keputusan hakim adalah mutlak. Bagi siapa yang melanggar maka akan diberatkan hukumannya. Mungkin, untuk sebuah interogasi beberapa pertanyaan itu tidak cukup sulit bagi Gimmy. Namun, diasingkan dari kami dan dikurung di bawah tanah tanpa pemberian makanan bukankah itu terlalu kejam? Usia Gimmy baru saja menginjak lima tahun. Bagaimana jika Gimmy jatuh sakit? Siapa yang akan merawatnya jika itu terjadi?

William dan Teressa aman. Tinggal aku, namaku dicabut dari daftar magang yang akan dilaksanakan Minggu mendatang. Aku tak dapat pergi ke luar desa, aku tak akan dapat pekerjaan. Persis seperti apa yang Ibu takutkan, aku akan menjadi seperti Lart. Parahnya, aku itu sehat, tapi aku tak dapat berbuat apa-apa. Atas kejadian ini pula nama keluarga kami tercoreng buruk. Anak-anak Gimm melakukan kesalahan cukup besar sehingga salah satu dari mereka diasingkan, dan yang satunya tak dapat bekerja karena namanya dicabut dari daftar magang.

Di rumah, makan malam dilaksanakan dalam hening. Tak ada yang membuka suara. Aku ingin mencoba meminta maaf, tapi Ibu seolah menolak mendengarkan penjelasan. Tampak dari raut wajah letih mereka, mereka kecewa padaku. Apa yang mesti aku lakukan untuk dapat memperbaiki keadaan? Chloe dan Choir tak selera makan, William hanya mengaduk nasi tanpa memakannya. Gimmy menahan kedutan mata agar tidak menangis, dan Teressa masih terlihat panik meski kejadian tadi sudah berlalu beberapa jam.

Ibu dan Ayah menyimpan sendok beserta garpunya. Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam, yang artinya mereka harus bersiap mengantar Gimmy kembali ke aula. Kami tak boleh ikut, kami juga ditegaskan untuk tidak menginjakkan kaki selangkah pun keluar dari rumah.

Tatapan Ibu tak sehangat biasanya. Raut kecewa itu masih terpampang jelas di sana. Ayah yang melihatku seperti ini juga tak dapat berbuat apa-apa. Beliau hanya mengelus bahuku pelan tanpa mengeluarkan suara.

Itu membuatku menangis.

Selepas mereka pergi, rasanya aku ingin menghukum diri. Saat adik-adik berada di ruang tengah, aku berjalan masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Berusaha meredam rasa bersalah dan berpikir apa yang harus aku lakukan sekarang. Tidak mungkin aku diam saja dan menerima semuanya, tidak mungkin aku membiarkan Gimmy kelaparan dan dikurung rasa sepi selama dua minggu.

Ketukan pintu jelas dilakukan William, suaranya yang lirih mencoba untuk menyuruhku membuka pintu dan berbicara padanya.

"Pergilah, William."

"Kami tidak menyalahkanmu, Grill. Kami semua salah."

Aku menghela napas. "Kalau aku lebih memperhatikan kalian, mungkin ini semua tidak akan terjadi, bukan?"

"Tapi apa kau harus mendekam diri di dalam kamar seperti ini?"

"Katakan apa yang bisa aku lakukan?"

"Kau pernah bilang padaku, kalau sesuatu yang sudah terjadi itu adalah takdir. Aku takkan pernah bisa merubahnya, yang bisa aku lakukan hanya menerimanya. Kaubilang begitu, tapi kenapa kau seperti ini, Grill?"

Aku tidak mau terlihat lemah. Aku ingin menghukum diriku sendiri karena egois memikirkan dunia yang tak pernah ada habisnya. Semua yang terasa janggal, semua yang terasa begitu membutuhkan jawaban. Ketika aku bertanya aku tak dapat apa yang aku mau, semua menjauh, semua menutupi. Aku harus mencarinya sendiri. Namun, caraku salah. Aku malah menjerat adik-adik masuk ke dalam masalahku. Bahkan Ibu, Ayah ....

"Grill."

"Beri aku waktu."

William tak lagi memaksa. Aku mendengar suara bisik-bisik mereka dari sini, tapi aku tak mau mendengar lebih jauh. Karenanya, aku kembali berjalan menuju ranjang, mencari sebentuk buku yang aku dapat dari perpustakaan desa hari kemarin.

Charles George.

Aku membuka acak lembarannya, ada halaman di mana di sana bertuliskan, "semua kebohongan akan terungkap, yang ditutupi akan terbuka, segala pertanyaan maka terjawab. Kutukan tak akan sirna, tapi keluar dari sana adalah caranya".

"Seseorang menuliskannya dalam buku sejarah dari desa Iggrid, asal mula semuanya terjadi, asal mula para penyihir tersohor membacakan mantra pada dunia yang terkutuk ini".

"Ada desa di paling ujung peta, desa teraman yang belum tersebutkan namanya".

Aku mengerutkan dahi. Iggrid adalah salah satu desa yang aku tahu selain Half, Serenity, Bordash, dan Scoutelland. Saat aku belajar, guru menjelaskan bahwa desa Iggrid adalah desa para tani. Banyak sawah membentang luas serta pabrik yang mulai mengasah kemampuan manusia dalam memainkan teknologi. Desa pembuatan coklat manis yang mahal.

Sebenarnya, apakah penyihir itu benar-benar ada? Kenapa penyihir mengatakan mantra terkutuk pada dunia? Dalam buku dongeng, penyihir dijelaskan dalam bentuk yang buruk rupa dan sikapnya yang jahat. Namun, beberapa di antaranya baik hati dan mengutuk para pangeran yang tak mau memberikan mereka tempat berteduh dari hujan. Dari para penyihir, dalam buku dongeng juga terdapat para peri.

Dalam buku yang kubaca sekarang, buku dengan sampul belakang bertuliskan, "Charles George" ini dijelaskan bahwa ada dua jenis peri. Ada peri kecil yang membantu anak-anak mengusir hadirnya mimpi buruk, dan peri besar bertelinga runcing penjaga hutan, peri yang bisa berubah sangat jahat dan keji dengan membunuh manusia.

Seolah teringat sesuatu, aku menyimpan buku itu dan berjalan ke luar kamar. Para adik masih terduduk di kursi meja makan dengan lesu. Mereka yang mendapati aku keluar dari kamar segera bertanya, "Ada apa, Grill?"

"Apa kalian tahu peta dunia yang dulu pernah Ayah perlihatkan?"

Teressa bangun dari duduk, berjalan mendekati gudang dan mulai membantuku untuk mencarinya. Aku membutuhkan peta untuk memastikan bahwa instingku tidak salah. Aku menduga kalau dulu Ayah pernah mengatakan hal serupa sebelum bertengkar dengan Ibu karena bilang kalau dunia yang kami tempati itu "terkutuk".

"Untuk apa?" tanya Teressa begitu menyodorkan tangannya berisi peta. "Jangan bilang kau berencana untuk kabur."

Aku menggeleng. "Ada yang ingin aku bicarakan pada kalian."

Aku menyuruh para adik untuk duduk rapi mendengarkan.

"Aku menemukan buku ini," kataku, menyimpan buku misterius itu di atas meja makan. "Aku merasa ini ada hubungannya dengan apa yang kita dengar dari ujung gua."

William mengambil lebih dulu. "Charles George. Kenapa buku ini ada nama penulisnya?"

"Justru itu. Aku merasa aneh. Setelah aku membacanya, keanehan serta pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan." Aku menatap dengan serius pada mereka. "Apa yang kalian ingin tahu tentang dunia ini? Apa yang kita khawatirkan tentang dunia luar? Segala larangan Tetua perihal luar desa, bukankah itu terlalu janggal?"

"Penyihir, peri, para monster yang bau," baca Choir membuat Teressa mendekatkan diri. "Ada nama desa kita di sini. Grill, bukankah kita harus memberi tahu hal ini pada Ayah?"

Bukankah lebih baik tidak usah? Ayah akan khawatir, dan kami juga akan diberikan pertanyaan lebih. Bagaimana jika kami dihukum dua kali?

"Aku hanya ingin memberi tahu hal ini pada kalian. Hal yang seharusnya kita juga tahu, bukan hanya orang-orang dewasa." Aku membuka peta. "Di halaman delapan puluh enam, di sana bertuliskan ada desa yang tidak tersebutkan namanya. Desa paling ujung," aku menjeda, menunjuk isi peta, desa Iggrid.

(dari pinterest)

Desa Cratirone tempat kami tinggal berada terbelakang, sangat jauh untuk mencapai desa Iggrid. Fasilitas bepergian juga masih mengandalkan kereta kuda, belum ada kereta api seperti desa Half.

"Aku pernah bertanya pada Tera tentang ini. Ayah Tera bekerja di Iggrid." Teressa menunjuk bagian-bagian kecil dari peta. "Tera bilang, memang ada sesuatu yang disembunyikan."

"Dalam buku ini, desa itu adalah desa teraman sekaligus desa terpencil. Selain itu, Grill, apa itu Parallel Universe?" tanya William.

"Seperti dunia di balik cermin," jawabku, sedikit menyimpulkan apa yang sebelumnya aku baca. Sejujurnya, aku juga belum tahu, apa itu "Parallel Universe" yang disebut dalam buku.

"Dunia di balik cermin?" Chloe bertanya, dia melirik pada kembarannya. "Apa ada dunia lain selain dunia kita?"

Kami terdiam. Sepinya ruangan yang dingin cukup membuat kami merasa takut. Detik yang bersuara dari jam juga seolah semakin besar, aku seperti hanya dapat mendengar suara detik jam itu dan embusan napasku sendiri.

Pertanyaan yang bagus. Sekarang, imajinasiku semakin liar.

"Chloe ...."

"Ayah selalu bilang, Cratirone terkutuk. Dan buku ini juga bertuliskan, desa-desa dalam dunia yang terkutuk. Ada Cratirone, Half, Serenity, Bordash, dan Scoutteland." Choirul menutup buku, memperlihatkan sampul buku yang terdapat satu nama tertera di sana. "Kemudian, siapa itu Charles George? Ya. Seorang penulis pastinya. Tapi, bukankah kita tahu kalau di perpustakaan mana pun tak pernah ada nama yang tertulis di sampul?"

"Kau benar, Choir." Teressa mengangguk. "Bahkan dalam buku ini tertulis makhluk-makhluk yang tidak kita percaya. Penyihir. Peri ... monster."

"Apa kalian percaya kalau buku ini hanyalah buku dongeng? Tipis lembarannya, kuning, banyak bercak merah yang kentara, halamannya hilang dan sobek," ujar William.

Tak .... Tak .... Tak ....

Suara jam terus terdengar. Kami saling beradu pandang. Aku tahu kami sudah menyimpulkan pendapat kami masing-masing. Semuanya memang aneh, dan pertanyaan yang semakin berdatang memenuhi benakku.

Selain jam dinding, suara langkah kaki yang menaiki tangga juga terdengar. Kami panik, adik-adik segera membereskan kursi dengan rapi dan masuk kamar, begitu juga aku yang menyembunyikan buku misterius beserta peta di balik bantal.

Sejurus kemudian, Ibu dan Ayah datang. Gimmy Gimm tak terlihat ikut pulang bersama mereka.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro