Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11

Festival musim semi semakin dekat, semua persiapan hampir selesai dan tinggal menghitung hari pesta rakyat akan di gelar di halaman istana. Rakyat yang mendengar hal itu lantas menyambut dengan suka cita.

Malam itu Sajung kembali berkumpul bersama keluarga kecilnya, dan perhatian mereka tertuju pada si bungsu yang tampak begitu bahagia. Setelah mendapatkan seorang teman, bocah itu berhenti mengeluhkan penampilannya. Dan bahkan bocah itu sering menyelinap keluar dan bermain dengan Yeon tanpa sepengetahuan dari Kyung Woo.

Sajung kemudian menegur si bungsu, "Siwoo, kenapa kau terlihat begitu bahagia?"

Siwoo segera memandang sang ayah dan menggeleng.

Putri Yowon menyahut, "tidak ada orang di sini, kau boleh berbicara."

Siwoo mengangguk, tak bermaksud menggunakan mulutnya untuk berbicara. Kyung Woo yang melihat hal itu lantas mendorong kepala Siwoo hingga bocah itu hampir jatuh ke samping.

"Hyeongnim!" Siwoo tak terima.

"Harus dipukul terlebih dahulu baru mau berbicara."

Siwoo balas memukul Kyung Woo, namun Kyung Woo tak mau kalah dan balas memukul. Hingga terjadilah aksi saling memukul.

Putri Yowon lantas melerai keduanya, "kalian berdua, sudah. Jangan bertengkar terus."

"Hyeongnim yang memulainya," ucap Siwoo.

Sajung menengahi, "Siwoo, kemari. Duduk di samping ayah."

Siwoo beranjak dengan kesal dan berpindah ke samping sang ayah.

Sajung sejenak mengusap puncak kepala si bungsu. "Festival akan diadakan dua hari lagi. Setelah festival selesai, kita akan kembali ke rumah."

Siwoo sedikit mendongak untuk melihat wajah sang ayah. "Jika kita sudah pulang, apakah kita tidak akan kembali ke sini lagi?"

"Kenapa?" Sajung merasa bingung dengan pertanyaan si bungsu.

Kyung Woo menyahut, "kau ingin tinggal di sini dan selamanya menjadi Putri Gahyeon?"

Siwoo menatap sinis. "Tentu saja tidak. Ibu bilang aku bisa kembali menjadi Jang Siwoo jika festivalnya sudah selesai."

"Jika kita sudah kembali ke rumah! Ingat itu baik-baik," ralat Kyung Woo dengan memberikan penekanan pada beberapa kata.

Tampak kekecewaan di garis wajah Siwoo. Karena jika dia pergi, maka dia tidak akan bisa lagi bermain dengan Yeon.

Putri Yowon yang menyadari hal itu lantas menegur, "Siwoo ... ada apa? Kau terlihat sedih."

Siwoo hanya menggeleng. Membuat sang kakak menatap penuh selidik.

Kyung Woo kemudian berucap, "jangan bilang kau menyukai gadis kemarin."

Semua orang serempak memandang Kyung Woo. Si bungsu yang terkejut dan kedua orang tua mereka yang menuntut penjelasan.

Sajung menegur, "gadis yang mana?"

Siwoo dengan cepat menyangkal. "Tidak, aku hanya berteman dengannya. Jangan percaya dengan apa yang dikatakan oleh Hyeongnim."

Sudut bibir Kyung Woo tersungging. "Memangnya apa yang aku katakan? Dasar aneh."

Dengan senyum lembutnya Putri Yowon menyahut, "kau bertemu dengan teman baru di sini, Siwoo?"

Siwoo dengan ragu mengangguk.

Sajung turut menimpali, "katakan pada ayah siapa gadis kecil yang berteman denganmu itu."

"Namanya Yeon."

"Yeon?" Sajung tampak mempertimbangkan sesuatu. Merasa asing dengan nama itu.

Kyung Woo tiba-tiba menengahi. "Pantas saja kau sering kabur dari sini. Jangan terlalu sering bermain dengannya ... apa jangan-jangan kau sudah berbicara dengan gadis itu."

"Tidak ..." sangkal Siwoo.

"Jangan berbohong."

"Aku tidak berbohong."

"Kau tidak bisa dipercaya."

"Aku tidak pernah berbohong."

"Kau sering melakukannya ... ketika ayah menyuruhmu belajar, kau justru kabur dari rumah dan mengikuti Paman Shin."

"Itu sesuatu yang berbeda."

"Tidak ada bedanya."

"Ada!" suara Siwoo mulai meninggi.

"Tidak ada ..." Kyung Woo menanggapi dengan santai.

"Aku bilang ada!" semakin meninggi.

"Aku bilang tidak ada," masih sangat tenang.

"Hyeongnim!"

"Kenapa?"

Siwoo mendengus, menahan kekesalan yang justru menciptakan seulas senyum di wajah kedua orang tua mereka. Hingga detik ini keadaan masih sangat tenang, tidak ada yang meragukan identitas Siwoo karena anak itu yang penurut. Baik Jang Sajung maupun Putri Yowon sama-sama merasa lega akan hal itu.

Namun mereka belum bisa benar-benar tenang sebelum kembali ke rumah sendiri. Karena bagaimanapun juga, mereka tidak akan bisa memanipulasi Siwoo terus-menerus untuk tetap hidup sebagai Putri Gahyeon. Dan tentu saja mereka mengerti bahwa hal ini sangat sulit bagi Siwoo.





THE BROKEN PETALS OF GORYEO





Hari berganti, menghitung mundur festival yang akan diadakan besok. Pagi itu Siwoo berlari dari paviliun ke tempat biasa untuk menemui Yeon.

"Ya! Kau ingin pergi ke mana lagi?" pekik Kyung Woo yang lantas terabaikan begitu saja.

Berlari secepat mungkin, Siwoo hampir kehabisan napasnya ketika sampai di halaman paviliun. Namun meski begitu, seulas senyum terlihat di wajahnya ketika menemukan sosok Yeon yang tampaknya sudah menunggu kedatangan.

Hari itu, kedua bocah itu memutuskan untuk bermain di luar. Menjauhi paviliun, keduanya kini tengah bermain ayunan tepat di samping pohon besar dengan daun yang mulai berubah warna.
Yeon duduk di ayunan, sedangkan Siwoo mendorong ayunan tersebut. Tak begitu lama, Yeon menghentikan pergerakan ayunan itu dan berdiri.

"Sekarang gantian," ucap gadis kecil itu.

Siwoo tak menolak dan duduk di ayunan, membiarkan Yeon mendorong ayunan tersebut untuknya. Sebenarnya Siwoo tidak nyaman dengan hal itu. Ada kalanya dia merindukan saat-saat di mana langkah kecilnya mengikuti Paman Shin untuk pergi menangkap ikan. Namun di sisi lain ada perasaan tak rela ketika ia menyadari bahwa sebentar lagi ia akan berpisah dengan Yeon. Bahkan sebelum ia berbicara pada gadis itu.

"Gahyeon Agassi," tegur Yeon kemudian. Satu hal, gadis itu belum mengetahui identitas Siwoo sebagai seorang putri.

Siwoo bergumam sebagai jawaban.

"Agassi tidak ingin berbicara denganku?"

"Aku ingin, tapi tidak bisa," batin Siwoo.

"Aku ingin mendengar suara Agassi."

"Itu sesuatu yang sulit," Siwoo terkejut ketika mulutnya tak sengaja berbicara. Sedangkan Yeon tampak tertegun.

Suara Siwoo memang masih terdengar ringan, namun tentu saja ada perbedaan intonasi antara anak perempuan dan laki-laki. Siwoo perlahan menoleh ke belakang. Menatap ragu pada Yeon.

"Bisa Agassi berbicara lagi?"

Siwoo ragu, namun pada akhirnya dia memilih untuk mengatakan kejujuran.

"Tapi rahasia."

"Suara Agassi ... sedikit berbeda."

Siwoo memutar ayunan hingga membuatnya menghadap Yeon. "Aku akan mengatakannya, tapi kau tidak boleh mengatakan pada siapapun. Ini rahasia."

"Tentang apa?"

"Janji dulu."

Meski ragu, pada akhirnya Yeon mengangguk.

Siwoo kemudian berbicara, "sebenarnya namaku bukan Gahyeon."

"Apa maksud Agassi?"

"Namaku adalah Siwoo, Jang Siwoo. Ayahku adalah seorang pengawal pribadi Raja dan aku seorang laki-laki."

Yeon tertegun, tak mampu mengatakan apapun ketika otaknya memaksa untuk memahami pengakuan mengejutkan yang disampaikan oleh Siwoo.

"Apa maksud Agassi?"

"Jangan memanggilku seperti itu. Aku Jang Siwoo."

"Kalau begitu, kenapa kau berpakaian seperti wanita?"

"Ini untuk festival musim semi. Ayahku mengatakan bahwa Baginda Raja yang menyuruhku mengenakan ini. Jika aku berhasil tidak ketahuan sampai festival selesai, ayahku akan memberikan hadiah."

"Aku bingung ... Agassi laki-laki?"

Siwoo mengangguk. Sedangkan dari kejauhan, sejak beberapa waktu yang lalu Hee Seung sudah mengawasi keduanya. Namun perhatian sang Putra Mahkota tidak mengarah pada Yeon, melainkan pada Siwoo. Sosok Putri yang sulit untuk didekati dan selalu melarikan diri setiap kali bertemu.

Hee Seung bukanlah penguntit. Sebelumnya ia tidak sengaja melihat keduanya saat melewati tempat itu. Dan karena penasaran, sang Putra Mahkota memilih untuk tinggal dan mengawasi dari kejauhan. Tak ingin kedatangannya mengganggu waktu bersama para gadis kecil yang berada dalam pandangannya itu.

Namun Hee Seung sadar bahwa ia tak bisa berlama-lama berdiri di sana atau dia akan dituduh sebagai penguntit. Itulah sebabnya sang Putra Mahkota memutuskan untuk segera pergi. Mengharapkan kesempatan lain untuk kembali bertemu dengan sang Putri. Namun Hee Seung sudah bertekad, bahwa di pertemuan selanjutnya ia akan membuat Siwoo berbicara dengannya.

Hari itu, Siwoo terlihat lebih bahagia dibandingkan dengan hari sebelumnya setelah mengatakan hal yang sebenarnya pada Yeon. Namun gadis itu justru merasa bingung, tak tahu harus berbuat apa setelah mendengar fakta yang begitu mengejutkan tersebut.

Malam itu, Yeon duduk di teras paviliun dan menarik langkah Cenayang Choi untuk datang mendekati putri asuhnya itu.

Cenayang Choi segera memberikan teguran ketika telah mencapai tempat gadis itu. "Apa yang sedang kau lakukan di sini, Yeon?"

Yeon menoleh dan segera berdiri, namun saat itu Cenayang Choi justru duduk di teras. Membuat tinggi keduanya hampir sejajar.

"Ada hal yang mengganggumu malam ini?"

Yeon mengangguk.

Cenayang Choi meraih tangan Yeon dan menggenggamnya. "Katakan padaku, apa yang membuatmu begitu khawatir?"

Dengan kepala yang tertunduk dan keraguan yang besar, Yeon kemudian mengungkapkan apa yang saat ini tengah mengganggu hatinya.

"Gahyeon Agassi ..."

"Gahyeon Agassi? Ada apa dengan Gahyeon Agassi?"

"Dia bukan Gahyeon Agassi."

Cenayang Choi menatap heran. "Apa maksudmu?"

Yeon tak lagi mampu berkata.

Cenayang Choi lantas memberikan sedikit tekanan pada gadis itu agar kembali berbicara. "Yeon, tatap aku dan katakan ada apa dengan Gahyeon Agassi."

Tangan Yeon yang terbebas mencengkram roknya, merasakan ketakutan yang tiba-tiba membuatnya tak bisa berkutik.

Dengan suara yang lebih lembut Cenayang Min Ok kembali menegur, "Yeon ..."

Yeon lantas bergumam, "dia adalah Jang Siwoo. Dia bukan Gahyeon Agassi, dia anak laki-laki."

Cenayang Choi tentu saja terkejut. "Apa yang sedang kau bicarakan, Yeon?"

Yeon memberanikan diri untuk memandang Cenayang Choi. "Dia sendiri yang mengatakan padaku. Dia bukan Gahyeon Agassi, tapi Jang Siwoo-putra dari pengawal pribadi Baginda Raja."

"Pengawal pribadi Baginda Raja?" Cenayang Choi tampak terguncang sebelum seulas senyum tak percaya terlihat di wajahnya.

Cenayang Choi lantas mengusap surai hitam milik Yeon. "Sekarang masuklah, aku ada urusan sebentar."

Cenayang Choi lantas turun ke halaman, meninggalkan paviliun yang ia tempati dan bergegas menuju paviliun Ibu Suri untuk menyampaikan kabar mengejutkan yang baru saja ia dapatkan. Entah itu sebuah kebenaran atau hanya bualan anak kecil, Cenayang Choi akan segera mendapatkan kepastian setelah ia bertemu dengan Ibu Suri.



Dipublikasikan : 10 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro