Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The Bride's


A/N : Disarankan membacanya sambil mendengarkan lagu Wedding Dress - Taeyang.

Cahaya matahari selalu menyinarimu, dengan senyum yang menggembang sangat terpancar jelas di wajahmu.

Sebuket mawar merah berada di tanganmu dan kau terlihat sangat cantik dengan gaun berwarna putih itu.

Aku masih mencoba tersenyum ketika kau akan bersanding dengan sang matahari di altar suci ini.

"Hinata Shoyo-san dan Yachi Hitoka-san, adakah saudara meresmikan pernikahan ini sungguh dengan ikhlas hati?" sang Imam yang memandu jalannya ikrar janji suci pernikahan sang matahari dan sang bunga akhirnya dimulai.

"Ya, sungguh dengan ikhlas hati" jawab Hinata dan Yachi-san bersamaan.

Sang Imam menatap kedua mempelai itu seksama, "Bersediakah Hinata Shoyo-san menjadi suami dari Yachi Hitoka-san sepanjang hidupmu?"

"Ya, saya bersedia!" ucap Hinata mantab

"Bersediakah kau mengasihi dan menghormati istrimu selama hidupmu?"

"Ya, saya bersedia!"

"Bersediakah kau menjadi bapak yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan oleh Tuhan kepadamu dan mendidiknya kelak?"

"Ya, saya bersedia!"

Sang Imam tersenyum mendengar ucapan dari Hinata, lalu sang Imam menatap wajah Yachi-san sambil tersenyum.

"Bersediakah Yachi Hitoka-san menjadi istri dari Hinata Shoyo-san sepanjang hidupmu?"

"Ya, saya bersedia!" ucap Yachi-san sambil tersenyum

"Bersediakah kau mengasihi dan menghormati suamimu selama hidupmu?"

"Ya, saya bersedia!"

"Bersediakah kau menjadi ibu yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan oleh Tuhan kepadamu dan mendidiknya kelak?"

"Ya, saya bersedia!"

Lalu sang Imam terlihat tersenyum sambil menatap kedua mempelai itu, "Hinata Shoyo-san dan Yachi Hitoka-san, silahkan saudara berpegangan tangan sambil saling berhadapan dan ucapkan janji suci pernikahan kalian!"

Aku bisa melihat Hinata dan Yachi-san saling memandang satu sama lain dengan penuh cinta, sedangkan aku hanya tersenyum kecut ketika melihatnya.

"Dihadapan Tuhan, Imam, para orang tua, dan juga para saksi. Saya Hinata Shoyo, dengan niat yang suci dan ikhlas hati memilihmu Yachi Hitoka sebagai istri saya. Saya berjanji untuk setia kepadamu baik dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan menghormatimu sepanjang hidupku. Saya bersedia menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak  yang akan dipercayakan Tuhan kepada saya dan mendidik mereka. Demikian janji saya demi Tuhan dan Alkitab ini" Hinata mengucapkan janji suci itu dengan satu tarikan nafasnya.

Aku bisa melihat dalam samar-samar jika Yachi-san akan bersiap mengucapkan sumpah sehidup sematinya bersama sang matahari.

"Dihadapan Tuhan, Imam, para orang tua, dan juga para saksi. Saya Yachi Hitoka, dengan niat yang suci dan ikhlas hati memilihmu Hinata Shoyo sebagai suami saya. Saya berjanji untuk setia kepadamu baik dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan menghormatimu sepanjang hidupku. Saya bersedia menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak  yang akan dipercayakan Tuhan kepada saya dan mendidik mereka. Demikian janji saya demi Tuhan dan Alkitab ini" ucap Yachi-san sambil tersenyum

Aku hanya bisa menatap dalam nanar ketika Yachi-san mengucapkan ikrar janji suci itu.

'Sungguh, ingin sekali rasanya aku menjadi tokoh antagonis! Agar aku bisa merebutmu dari tangan sahabatku sendiri, Yachi-san!'

Namun nyatanya aku tidak bisa menjadi tokoh antagonis dalam kisah cintamu bersama sang matahari, aku sungguh menyayangi kalian berdua.

Setelah janji suci itu telah selesai diucapkan, kedua mempelai itu bertukar cincin.

Dan, tentu saja ada adegan yang terpenting dalam momen bersejarah itu.

Ciuman pertama setelah menjadi pasangan suami-istri dihadapan ratusan tamu yang hadir dalam upacara pernikahan ini.

Aku mencoba memejamkan mataku, berusaha untuk tidak melihatnya.

"Oi! Yamaguchi!" terdengar suara yang tak asing bagiku, "Kau harus melihat mereka berdua yang sedang berciuman malu-malu itu, yang seperti orang baru pertama kali berpacaran saja!" sarkas Tsukishima yang berdiri disebelahku.

Suara Tsukishima membuatku tidak jadi memejamkan kedua netraku, aku terpaksa melihat kedua mempelai itu yang tengah berciuman.

Dan, tentu saja diiringin oleh tepuk tangan dan siulan dari para tamu undangan, khususnya Tanaka-san dan Bokuto-san yang sudah heboh dari tadi.

.

.

.

Suasana di resepsi pernikahan Hinata dan Yachi-san tampak meriah, benar-benar meriah karena diadakan di depan Tokyo Gymnasium Metropolitan.

Namun aku teringat perkataannya Tsukishima beberapa waktu lalu tentang pernikahan Hinata dan Yachi-san yang diberlangsungkan hari ini, "Hanya orang gila yang melaksanakan pernikahan di depan Tokyo Gymnasium Metropolitan! Memangnya pernikahan itu acara main-main apa? Sampai-sampai menikah di depan GOR? Memangnya mereka mau tanding voli?"

Aku hanya tertawa hambar ketika mengingat Tsukishima yang mengatakan hal itu dengan wajah kesalnya.

Namun aku bisa melihat wajah Yachi-san dan Hinata tampak tersenyum bahagia. Mereka tampak serasi.

"Untuk Hitoka Onee-chan, istri dari Shoyo Onii-chan. Semoga Hitoka Onee-chan bisa selalu menjaga Onii-chan dan juga mendukung karir voli Onii-chan! Aku sayang kalian berdua! Selamat atas pernikahan kalian, Hitoka Onee-chan, Shoyo Onii-chan!" ucap Hinata Natsu sambil tersenyum

Aku juga bisa melihat Yachi-san sedikit menangis ketika sang adik ipar mengucapkan pidato untuk pernikahan mereka.

"Terima kasih untuk pidatonya Hinata Natsu-san kepada pernikahan sang kakak. Selanjutnya pidato akan disampaikan oleh sahabat terdekat dari kedua mempelai! Silahkan Yamaguchi-san menyampaikan pidato, Anda!" ucap sang MC dari pernikahan Hinata dan Yachi-san.

Aku terdiam sejenak, berusaha mengambil nafas dalam-dalam, biarpun terasa berat namun aku sudah berjanji kepada Hinata dan Yachi-san untuk berpidato di hari pernikahan mereka.

Aku berjalan perlahan-lahan menuju mimbar kecil, berdiri di atas panggung kecil itu terasa berat.

Mencoba tersenyum saat melihat wajah sang matahari dan bunga.

Mengambil nafas perlahan-lahan lalu membuangnya sejenak, "Hinata, Hitoka-san, gokekkon omedetou gozaimasu!" ucapku sambil tersenyum yang dipaksakan.

"Aku ingin menyampaikan sepatah dua patah yang tulus dari hati dalam hari raya pernikahanmu".

Aku melihat mereka tersenyum sambil menatapku penuh harap, aku berusaha untuk tetap berdiri disini sambil mencoba mengungkapkan pidatoku.

"Hinata dan Hitoka-san adalah kedua teman baikku, 9 tahun yang lalu adalah pertemuan mereka berdua. Di depan pintu gymnasium sekolah kami, Hitoka-san datang bersama Kiyoko-san. Hitoka-san tampak malu-malu bergabung di klub voli kami!"

Aku menarik nafas sejenak, sembari mengingat pertama kali Yachi-san datang ke gymnasium bersama Kiyoko-san.

Dan aku masih mengingat wajah malu-malu Yachi-san yang tampak imut menurutku.

Aku jatuh cinta kepadamu sejak kau datang ke gymnasium bersama Kiyoko-san.

"Mungkin dari situlah awal kisah cinta mereka dimulai, siapa yang menyangka bahwa Hinata adalah orang pertama yang menikah diantara angkatan kami! Padahal dia adalah seorang maniak voli bahkan bisa disamakan kebodohannya dengan isi kepalanya setter kami, Kageyama-kun! Hari ini dia telah menikahi manager yang kami cintai! Dia telah menjadi pria sejati!"

Yah, Hinata telah menikahi wanita yang kucintai.

"Oi, Hinata! Tolong jaga Hitoka-san, manager kami! Aku sebagai mantan kaptenmu telah mempercayakan manager kami ditanganmu!"

Aku bisa melihat Yachi-san menangis, tentu saja Hinata dengan sigap mengapus air matanya dan menggenggam tangan sang istri.

Biarpun sejak tadi aku terus mencoba meremas kepalan tanganku namun aku tetap berusaha menyelesaikan pidatoku.

"Aku harap kalian berdua akan bahagia selamanya dan terima kasih telah mengundangku dalam acara pernikahanmu, Hinata, Hitoka-san!" tutupku dalam pidatoku pernikahan kalian berdua, tak lupa aku menutupnya dengan membungkuk hormat.

Setelah aku mengakhiri pidatoku, seluruh tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah.

"Nice speech, Tadashi-kun!" puji Daichi-san sambil mengancungkan jempolnya kepadaku.

"Kakkoi na shushou!" seru Suga-san sambil menangis haru

Aku berusaha tersenyum lalu turun dari panggung kecil itu dan kembali berjalan ke meja dimana tempat ku berdiri tadi.

Puk,

Aku merasakan pundakku ditepuk oleh seseorang, "Kau memang seseorang pria sejati, Yamaguchi! Hanya orang bodoh yang bisa bertahan dan mengucapkan pidato pernikahan di pernikahan wanita yang kau cintai!" ucap Tsukishima

Netraku berkaca-kaca, "T-tsukki!"

Namun Tsukishima tidak menggubris panggilanku, dia malah asyik meminum wine yang ada ditangan kanannya itu.

Acara resepsi pernikahan itu tetap berlangsung meriah, Yachi-san bersiap-siap melemparkan sebuket mawar merah itu bersama Hinata.

Tentu saja, para manusia tuna asmara pada berbondong-bondong berkumpul di belakang kedua mempelai itu.

Mereka bersiap untuk menangkap sebuket mawar merah itu.

Tentu saja senyum mengembang ada diantara kedua pasangan suami-istri itu, mereka berdua siap-siap menghitung mundur.

"Se..no...!" ucap Hinata dan Yachi-san bersamaan, mereka melempar sebuket mawar merah itu.

Saat buket itu terlempar, banyak tamu undangan yang tuna asmara, khususnya beberapa anggota tim voli liga Jepang itu bersiap untuk menangkapnya.

Dan aku tidak berharap untuk mendapatkannya, di depan sana banyak dinding besar yang pasti bisa mendapatkan buket itu.

Aku hanya berdiri di pojok sambil menatap kedua mempelai itu.

Hap!

Nyata malah sebuket bunga mawar itu berada di dalam genggamanku.

"Yamaguchi-kun! Selanjutnya adalah giliranmu!" seru Yachi-san dari arah pelaminan.

"Sugee, Yamaguchi-kun! Tsugi wa anta darou!" timpal Hinata

"Hai!" jawabku sambil menunjukan buket bunga itu.

Aku selalu berharap bahwa kau yang akan menjadi mempelai wanitaku, Yachi-san. Namun takdir berkata lain, karena aku terlalu pengecut sampai aku tak bisa mengungkapkan perasaan yang ku pendam selama 9 tahun ini kepadamu.

'Berbahagialah, Yachi-san! Dengan segala cara, berbahagialah dengan Hinata! Jadi aku bisa terus berjalan tanpa melihatmu lagi! Tolong hapus aku dari hatimu karena sekarang kau telah menjadi miliknya, menjadi milik sahabat baikku, Hinata!'

Hari yang membahagiakan di hari ini adalah hari yang paling menyedihkan bagiku, namun aku harus tetap mencoba tersenyum karena aku tak mau kalau kau sampai tahu seberapa dalam perasaanku kepadamu, Yachi-san.

Hari-hari yang pernah ku jalani bersamamu terasa indah, namun sekarang aku harus berjalan sendiri tanpa tau arah yang benar.

Aku selalu tahu bahwa bunga akan selalu mencari dan membutuhkan matahari, karena aku hanya sebuah lereng gunung, aku hanya bisa sebagai tempatmu berpijak, wahai bunga yang tengah bermekaran indah.

Yachi Hitoka, sampai kapanpun kau adalah bunga yang penuh kasih sayang. Dan aku akan selalu menjagamu dari kejauhan.

END

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro