Part 25 : Beautiful Bride (End)
Gumpalan awan keperakan berarak di siang hari musim semi. Udara begitu tenang, bahkan dedaunan pun tidak bergeming.
Cheng Ling merasa sedang berada dalam kamar nuansa merah yang diterangi cahaya lentera. Bayangan dua sosok begitu kabur di belakang kepalanya yang pusing. Perlahan dia melihat dua orang itu menurun kan helai helai jubah panjang nya.
Cheng Ling membelalak panik.
Astaga! Aku harus merangkak ke bawah tempat tidur atau aku akan pingsan karena malu.
"Jangan... " suaranya mendesak, setengah memohon.
"Jangan buka pakaian kalian..!"
Tangannya terulur ke depan, kakinya goyah. Dan..
Bughh!
"Aduhh!!"
"Astaga Cheng Ling!"
Ah Xu menghambur ke arah tempat tidur mendengar bunyi gedebuk. Tubuh Cheng Ling tergeletak melingkar di kaki ranjang, kemudian anak malang itu bangkit perlahan, ia memijat mijat kepalanya yang semakin berdenyut-denyut membentur lantai.
Ah Xu membantu anak itu bangun dan mendudukannya di tepi ranjang perlahan-lahan.
"Ada yang jatuh?" suara Wen Kexing mendekat, menyembulkan kepala dari balik pintu.
"Aku, paman.. " Cheng Ling menjawab masih agak malu.
"Kau mimpi buruk? Bagaimana kepalamu sekarang?" Ah Xu bertanya, menyentuhkan jemarinya di pelipis Cheng Ling.
Sesaat anak itu memandang Ah Xu dengan aneh, mengamati pakaiannya.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" selidik Ah Xu.
"Emm, itu -- aku," Cheng Ling mengatupkan bibirnya, agak canggung.
"Lupakan apa yang sudah kau lihat!" Wen Kexing melangkah masuk ke dalam kamar.
"Tapi -- tapi aku melihatnya di dalam mimpi," setelah mengatakan itu, Cheng Ling menutup mulut.
"........?!?........"
"Maksudmu?" Wen Kexing mengernyit.
"Kau mimpi cabul?"
Mendengar kata yang begitu vulgar, wajah Cheng Ling memerah. Dia hanya mengeluarkan kata hmm- yang singkat.
"Lihatlah Lao Wen! Anak ini semakin mirip dirimu," Ah Xu berkata tegas.
Wen Kexing mengangkat bahu, tersenyum miring.
"Bagus sekali bukan? Setiap bagian dari diriku layak diwarisi."
"Layak? Aku takut dia akan gila sepertimu."
"Astaga, Ah Xu. Harusnya kalian bangga padaku. Aku pria yang memiliki prinsip. Kau tidak tahu betapa sulitnya menjalani hidup dengan bertahan pada prinsip yang kita pegang."
Ah Xu mendecih.
"Prinsip gila!"
"Ayolah Ah Xu, akui saja kalau suamimu layak dipuji."
"Prinsip cabul!"
".....?!@#@!...."
Perdebatan kedua pamannya yang seolah menjadi rutinitas membuat kepala Cheng Ling semakin berdenyut sakit. Dia mengerang pelan, menangkupkan kedua tangan di depan dada.
"Hentikan paman. Kumohon jangan bertengkar di depanku."
Ah Xu menoleh pada Wen Kexing dan berkata tajam, "Kau dengar itu Lao Wen?"
"Oh ya, jangan pula membuka pakaian kalian di depanku.." Cheng Ling kembali memohon.
Wen Kexing tertawa riang, dia balas melirik Ah Xu dengan manis.
"Kau dengar itu Ah Xu?"
Setelah itu Zhang Cheng Ling jatuh pingsan lagi.
~¤~¤~¤~
Malam begitu damai dengan dengung serangga, terkadang ada bunyi kepak sayap kelelawar menggesek ranting kering yang menjuntai di pepohonan.
Kunang-kunang hinggap di satu pucuk belukar, dari satu bunga ke bunga lain, berkumpul di satu sisi halaman.
Udara terasa bersih dan purnama jernih di atas sana.
"Ah Xu, cuaca begitu indah. Bagaimana kalau kita minum anggur di halaman?" Wen Kexing melongokkan kepala lewat jendela, menatap langit malam.
"Halaman membosankan. Bagaimana jika kita minum di atas atap?" Ah Xu menanggapi, dia mengambil dua guci berisi anggur di atas meja, menyerahkannya satu pada Wen Kexing.
Keduanya berjalan menuju halaman dan memanjat ke atas atap rumah. Mereka duduk bersisian, sesekali meneguk minuman.
"Kau mudah sekali bosan akhir-akhir ini," Wen Kexing menoleh pada Ah Xu, menyentuh anak rambutnya yang melambai-lambai.
"Apa kau ingin kita untuk mengadakan perjalanan lagi?"
Ah Xu membalas kata-kata itu dengan senyuman.
"Sebelum bertemu denganmu, aku hanyalah roh tersesat yang mengembara dan berharap mati untuk kedua kali. Kupikir aku tidak punya rumah juga tidak punya tujuan. Tapi aku bahagia kita bisa bersama. Kau dan aku adalah rumah bagi satu sama lain. Mengembara memang menyenangkan tetapi bersama di rumah tetap lebih nyaman."
Wen Kexing tersenyum lebar.
"Ah Xu, kau manis sekali."
Pria cantik itu tidak berkata lagi, hanya terus menatap langit dan meneguk anggurnya.
Memandang bulan purnama yang indah saat ini, berdua dengan belahan jiwanya. Ingatan Wen Kexing kembali melayang pada malam itu, di bawah cahaya purnama yang sama, pertama kalinya dia melihat sosok Ah Xu yang terduduk kaku di dekat semak krisan gerbang desa Suzaku.
Kini dua puluh tahun telah berlalu dan ia masih bisa merasakan getarannya. Wen Kexing melirik Ah Xu yang tengah mendongak menatap rembulan, mengekspos profil menawan wajahnya.
Bahkan setelah dua puluh tahun, menatap Ah Xu seperti ini masih membuatnya jatuh cinta lagi. Di bawah cahaya rembulan, pesonanya berkali kali lipat lebih besar. Wen Kexing tidak pernah lelah mengagumi keindahan ini.
Dia tak bisa lagi menemukan seseorang yang begitu enak dipandang. Bahkan setan yang sudah hidup ratusan tahun pun mengkonfirmasi hal ini.
Wen Kexing melingkarkan lengannya di bahu Ah Xu, menarik tubuh kekasihnya untuk lebih merapat. Ah Xu menoleh sedikit, diam-diam tersenyum.
"Kau lihat bulan itu? Keindahannya mengingatkanku pada kali pertama melihatmu."
Ah Xu, masih tersenyum, berpura-pura tidak berminat.
"Jangan dikatakan lagi. Saat itu aku masih menjadi mayat."
Wen Kexing terkekeh.
"Hanya orang pemberani sepertiku yang bisa jatuh cinta pada mayat, " gumamnya bangga.
"Oh, jadi kau mencintaiku agar orang menyebutmu seorang pemberani?"
Tawa Wen Kexing kembali berkumandang.
"Ah, Ah Xu. Sudah sekian tahun berlalu, masih saja merajuk.. "
Dia menyentuh ujung hidung Ah Xu yang lancip, pemuda tampan bermata indah itu memvoutkan bibirnya, kembali memandang bulan.
Wen Kexing berbisik lembut di telinga Ah Xu.
"Tapi aku mencintaimu, dengan sifatmu yang unik."
Ah Xu hanya melirik sekilas, seulas senyum merekah di bibir tipisnya.
Wen Kexing kembali mengagumi keindahan wajah Ah Xu. Dia benar-benar salut dan mengakui kehebatan setan tengik yang menantangnya berjudi bertahun-tahun lalu.
Heh, apa kabar setan itu sekarang?
Apakah punggung tuanya sudah patah?
pikirnya dalam hening.
Jika ada seseorang yang merasa sangat beruntung dan terberkati karena berjumpa dengan setan, maka Wen Kexing merasa dirinya satu-satunya orang yang beruntung itu.
Setan yang kalah berjudi dan menghadiahkan seorang pengantin cantik.
Ya cantik, Ah Xu sangat tampan dan menawan hingga terlihat cantik. Jika dirinya menyebut Ah Xu seorang pengantin wanita, alih-alih pengantin pria, rasanya tak akan ada orang yang tidak setuju.
Jadi inilah belahan jiwanya, sekarang dan untuk selamanya.
Pengantin cantik di gerbang Suzaku.
💖 E N D 💖
Author's Note
Hallo Wenzhou Lover semuanya. Senang sekali akhirnya Shenshen bisa menyelesaikan cerita ini. Saatnya untuk berpisah dengan karakter Wen Kexing dan Ah Xu.
Btw, Shenshen pengen tahu bagaimana pendapat kalian tentang semua story aku terutama yang satu ini. Bagaimana kesan terhadap karakter dan pengembangannya, alur serta keseluruhan ide. Apa perasaan setiap karakter di ceritaku sampai ke hati para reader semua.
Apa cara menulis aku membosankan atau menarik, bertele-tele atau padat, atau jangan-jangan malah bikin bingung. Bagaimana juga dengan diksi dan penggunaan kata.
Kalau mau kasih pesan dan kesan, silakan. Kalau tidak juga tidak apa-apa.
Aku juga mau ucapin terima kasih buat yang setia ikutin cerita ini, vote dan juga komen. Kalian semua membuat Shen semangat buat nerusin.
Moga-moga next time aku bisa memberikan karya yang lebih baik dan karena akunku ini multifandom jadi tidak bisa selalu fokus ke satu cp karena akan ada cp cp lainnya juga.
Tujuannya tentu buat menghibur semua fans cp cp tersebut.
Tidak ada ff atau cp yang jelek mau pun ff/cp yang sempurna, yang ada hanyalah ff atau cp yang tidak sesuai dengan harapan pembaca.
Oke deh segitu aza. Maaf atas kesalahan dan kekurangan dalam cerita ini.
Love💖
Shenshen_88
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro