BAGIAN 19
Masih dengan handuk yang melingkar di lehernya, Thea menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Kedua kakinya tergantung di pinggir, dan Thea belum berminat untuk membawa tubuhnya lebih ke atas. Terlalu lelah hari ini. Kalau saja tak merasakan gatalnya rambut dan sekujur tubuhnya, dia akan memilih langsung terlelap saja dengan seragamnya. Dan Mama di Surga tentu tidak akan menyukai itu. Thea mengusir pikiran itu, dia harus menuruti wejangan Mama tentang menjaga kebersihan tubuhnya.
Rambut yang belum kering sepenuhnya—lagi-lagi terlalu lelah untuk mengeringkan rambut dengan hair dryer—terasa begitu dingin saat kepalanya tenggelam dalam kasur. Dia menyibak rambutnya, membeberkan rambutnya di atas seprai. Tentu kantuk menyerangnya bertubi-tubi. Namun, sel-sel otaknya tidak bekerja sama dengan baik. Terus menyoroti kasus The Bookish Club, terus menyeretnya ke petunjuk-petunjuk itu, terus memperingatkannya bahwa dia tidak bisa tidur enak malam ini sebelum lima murid itu nongol di sekolah. Thea membalik tubuhnya, rambutnya terempas, melayang di udara lalu terjatuh di punggungnya. Pandangannya langsung terjatuh ke Cuckoo's Calling yang tergeletak menuntut dibaca di dekat bantal. Thea menggeram rendah, kesal sambil menaikkan tubuhnya, menggapai novel itu dan yang dilakukannya hanya memandangi sampul dengan perpaduan warna hijau dan biru itu. Dengan murung, dia menoleh ke meja belajar yang menampilkan dua tumpukan buku, yang juga sedang memandanginya penuh tuntutan. Silk Worm serta Career of Evil seakan berteriak menagih janji Thea yang akan menghabiskan seri itu dalam satu minggu saja.
Satu minggu lalu dia sudah membayangkan hari-hari sebelumnya yang penuh tugas dan ujian akan digantikan dengan tenggelam dalam deduksi Cormoran Strike di tiga seri itu. Namun, baru setengah hari rencana itu terlaksana, tetangganya 'menyapa', mengantarkannya pada sebuah kasus yang membuatnya tidak bisa memejamkan mata dengan tenang.
Thea menyimpan Cuckoo's Calling di samping bantalnya setelah menggenggam novel itu erat-erat dan bertekad menghabiskannya dalam dua hari saja setelah kasus ini selesai. Dia mengangkat tubunya, menarik selimut dengan malas. Perhatiannya justru teralihkan ke gorden jendela kamarnya yang masih menggulung di pinggiran bingkai jendela. Namun, fokus utamanya tertarik ke jendela kamar seberang rumahnya. Gorden kamar itu juga masih menggulung di samping. Tak lama Dora muncul melebarkan gorden, mendistraksi pandangan Thea. Cahaya terang benderang di balik gorden itu digantikan dengan yang lebih redup, memperjelas kesunyian di balik kamar itu. Thea masih memandanginya. Cukup lama. Dia menyadarinya, tidak terkejut atas sikapnya ini. Dia menatap lekat jendela kamar seseorang yang begitu dibencinya. Telapak tangannya yang menyentuh selimut lembut membawanya ke adegan rengkuhan spontan itu. Thea tersenyum miring, masih sangat sulit mengakuinya, mempercayai telapak tangannya pernah menenangkan Dora—si tetangga yang mati-matian dihindarinya. Dia membiarkan tubuhnya bergerak tidak semestinya sebagai seorang Odithea.
Thea tiba-tiba berdiri, menutup gorden, lalu menuju saklar lampu. Thea tidak suka tidur dalam kegelapan. Sesak. Menurutnya seperti itu. Namun, kali ini berbeda. Tidak. Sebenarnya seluruh hidupnya telah berbeda, berubah semenjak bersinggungan hidup dengan Dora. Jarinya menekan saklar tanpa ragu, lalu berjalan dalam kegelapan menuju lampu tidur yang baru kali ini dihidupkan. Mama membelikannya, berharap putrinya mau mencoba tidur dalam gelap.
Thea masuk dalam gulungan selimut. Dia pernah membaca di artikel bahwa tidur dalam gelap lebih nyenyak. Thea akan membuktikannya sekarang. Namun, tiba-tiba dia tersenyum sendiri. Senyuman miris. Dia tidak bisa menyalahkan penulis artikel itu karena hingga setengah jam kemudian kelopak matanya masih mengerut-ngerut, sebagai upaya paksaan untuk tidur. Lubang di foto itu, SMS lima murid itu, novel The Houses, senyuman Lan Cester di foto profil akun goodreadsnya, tumpukan meja dan kursi di ruangan rahasia, deretan analisis-analisisnya, bersatu padu menghancurkan tidurnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro