Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8 - Carla

Neil tidak percaya apa yang sedang dilihatnya sekarang. Perempuan di depannya benar-benar mirip dengan yang ada di foto. Tidak salah lagi, perempuan itu adalah Anya.

Tersadar orang di depannya merupakan musuh, Anya segera menarik tangannya yang bermaksud menerima bantuan dari Neil. Dia terburu-buru bangkit berdiri dan hendak membalikkan badan.

Namun, Neil tidak mau membiarkannya pergi begitu saja dengan menarik pergelangan tangan Anya yang sangat kurus. Anya juga tidak mau kalah. Dengan kutukannya, dia bisa menurunkan suhu tubuhnya minus seratus celsius sehingga Neil melepaskan tangannya yang membeku dalam sekejap.

Neil mengumpat pelan. Baru sedetik dia mengalihkan pandangan, si target sudah tidak ada di depannya. Terlalu banyak orang yang menghalangi jalan untuk mengejarnya sehingga dia memanggil Day.

"Woah... Neil, tanganmu kenapa? Sekali disentuh, tanganmu bisa retak jika nggak segera ditangani." Day tampak terkejut dan mulai khawatir. Itu berarti Day tidak menyaksikan 'insiden yang tidak terduga.'

Neil menggigit bibir, menahan rasa malunya karena kalah hanya dengan tangan membeku.

"Si kutukan Snowstorm. Dialah yang membuat tanganku begini. Sial..." Neil tidak berhenti mengumpat. Dengan tangannya yang membeku, dia tidak bisa apa-apa sampai tim medis datang nanti.

"Kamu sudah bertemu dengannya?" Alis Day pun berhenti berkerut. "Oh... jadi kau mengorbankan tangan kirimu demi melancarkan kutukanmu ke si kutukan Snowstorm itu ya? Aku nggak tahu ternyata kamu bisa bertindak seperti pahlawan," ejek Day sambil menahan tawa, namun segera berhenti begitu merasakan tatapan yang menusuk.

Day menggunakan kutukan Erased miliknya ke tangan kiri Neil sebagai pertolongan pertama. Kutukan Day sangat berguna untuk menghentikan penyebaran kutukan Snowstorm ke seluruh tubuh. Meski begitu, Neil masih perlu berhati-hati agar tangannya tidak hancur menjadi beling-beling.

Neil sangat keras kepala, tidak menyerah untuk mengejar si kutukan Snowstorm meski sudah sepuluh menit berlalu. Dengan sekuat tenaga, Day menyeretnya secara paksa ke Katedral St. Theresia untuk beristirahat.

"Day, cepat lepaskan aku atau aku akan mengutukmu!" Neil meronta-ronta seperti anak kecil. Cara mengancamnya pun juga.

Day menghela napas panjang. Ancaman seperti itu takkan mempan bagi Day. Neil barusan menggunakan kutukan, jadi sangat mustahil dia bisa memakai kutukannya dalam waktu dekat. Sesekali, Day memukul kepala Neil cukup keras. Alhasil, Neil terdiam seketika.

"Ya ampun, kau terlalu antusias hari ini. Lagi pula, kau takkan kehilangan jejaknya berkat kutukanmu."

Ketika Day mengalihkan pandangan ke Neil, rupanya dia sedang berkonsentrasi. Thousand Eyes. Kutukannya sangat cocok untuk Neil yang berada di Divisi Pengawas meski keinginannya adalah masuk Divisi Utama, divisi yang bisa segalanya. Cara mengaktifkan kutukan tersebut ke orang lain adalah menyentuh kulit si target. Sekarang, si kutukan Snowstorm berada di genggaman Neil, bukan MMGTE. Neil memang tidak pernah bermaksud ingin bekerja sama dengan elite yang lain.

"Apa kau tahu sekarang dia berada di mana, Neil?" tanya Day setelah terdiam agak lama, menunggu Neil membuka mata.

"Dia menjauh dari kerumunan, lalu berbelok ke gang. Oh, ada dua orang yang menunggunya di sana. Tunggu... dua-duanya punya lencana MMGTE dan..."

Mendadak, Neil membuka mata dengan terkejut dan Day pun ikut terkejut juga. Dua orang dengan lencana MMGTE, dengan kata lain, mereka adalah pengkhianat MMGTE. Mungkin, pikir Day. Tanpa melihatnya langsung, dia tidak bisa berprasangka buruk. Namun, mustahil Neil tidak melaporkan tentang dua orang dengan lencana MMGTE.

"Neil? Apa yang kau lakukan di sini?"

Neil segera mematung mendengar suara perempuan yang amat nyaring. Meski suaranya terdengar tepat di depan Day, Day sama sekali tidak menemukan sosok perempuan. Dia berpikir, apakah dia salah dengar? Namun, itu mustahil jika Neil bereaksi berlebihan terhadap suara itu.

"Hei, apa kamu mendengarku, Neil?"

Day segera berbalik begitu mendengar Neil meringis kesakitan. Perempuan yang dicarinya sedari tadi sedang mencubit pipi Neil tanpa ampun. Melihat dari sikap Neil, tampaknya dia sudah mengenal perempuan tersebut.

Daripada menghentikan keasyikan mereka, Day mengamati Neil yang menderita karena perempuan tersebut. Itu pemandangan yang jarang baginya. Neil yang tidak pernah mau mendengarkan ucapan orang lain sangat berbeda di depan perempuan yang berperawakan tinggi sekaligus memiliki wajah yang elok. Rambut merah membaranya yang mencolok mencerminkan sifat yang dimilikinya.

Saat Neil meminta ampun, perempuan itu berhenti mencubit pipinya dan beralih ke Day. "Apa kau rekannya di MMGTE? Aku minta maaf sikap adikku jika dia selalu merepotkanmu ya." Dia membungkukkan sedalam-dalamnya seolah seorang ibu yang merasa bersalah atas sikap anaknya.

Day tampak kebingungan. Jika memang benar dia adalah kakak Neil, kenapa wajah mereka berdua sama sekali tidak mirip?

Dugaan Day tidak salah. Neil segera menyangkalnya. "Jangan bermimpi terlalu jauh, Carla. Aku takkan pernah mau menjadi adikmu, tahu."

Tanpa memberi isyarat, pukulan mendarat di perut Neil dan Neil pun terbatuk-batuk. Lama-kelamaan, Day merasa kasihan dengan Neil meski sempat tertawa kecil di belakangnya. Anggota di kantor mereka pasti akan tertawa juga melihat Neil yang lemah di depan perempuan bernama Carla itu.

Carla mengaku bahwa dia tinggal di Katedral St. Theresia sejak kecil bersama Neil. Namun, saat menginjak usia lima belas tahun, Neil memutuskan untuk menjadi elite MMGTE agar bisa hidup mandiri.

"Apa kau juga tidak ingin menjadi elite MMGTE, Carla?" tanya Day saat mereka bertiga mulai mengambil langkah menuju Katedral St. Theresia. Carla akan memberi tumpangan untuk beristirahat sampai regu utama dari misi besar datang.

Carla menggeleng. "Aku membenci mereka karena perlakuan mereka terhadap pemilik kutukan yang tak tahu asal kutukannya dari mana. Kau tahu sendiri juga 'kan, betapa kotornya MMGTE."

Day tidak bisa menyangkalnya, begitu pun dengan Neil yang memutuskan berpisah dari Carla demi menjadi elite MMGTE. Orang-orang yang memiliki kutukan dan bukan berasal dari keluarga ternama selalu diperlakukan dengan buruk, seperti Greum dan Neil alami. Day sendiri merasa bersyukur karena keluarga Ertia punya nama baik sekaligus membenci keluarganya karena keluarga Ertia ikut campur dalam usaha kotor yang dilakukan MMGTE.

"Tak hanya itu," Carla melanjutkan jawabannya. "mereka menuduh asal bahwa Anya merupakan dalang dari kasus tujuh tahun."

Day dan Neil sama-sama terkejut mendengar nama si kutukan Snowstorm keluar dari mulut Carla. Carla menyebut namanya seolah sudah mengenalnya sudah lama.

"Hei, Carla. Jangan bercanda, bukannya dia memang punya kutukan Snowstorm? Lihatlah, ini perbuatan kutukannya." Neil memperlihatkan tangan kirinya yang membeku.

Justru Carla menunjukkan wajah penuh amarah. "Seharusnya kaulah yang jangan bercanda. Kenapa kau tidak membela teman kecilmu? Dulu, kalian bertiga selalu bersama-sama 'kan?" Suaranya meninggi serta dia menarik kerah baju Neil.

Neil terheran. "Teman kecil?" Meski sudah berusaha mengingat-ingatnya, dia masih tetap tidak paham maksud Carla.

Carla benar-benar sudah kehilangan kesabarannya sehinggga dia menghadap ke depan tanpa menghiraukan Neil lagi.

"Aku tidak percaya kau sudah melupakan mereka, Neil. Sebentar lagi kita sampai di katedral dan kau akan menemukan semua jawaban di sana," ucap Carla sedingin es.

Day dan Neil saling memandang, menunjukkan ketidaktahuan mereka. Jawaban di katedral akan memberi pertanyaan terhadap MMGTE yang selama ini mereka percayai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro