Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7 - The Lake of Mirror

Saat hendak meninggalkan rumah Anya, Anya tidak bersuara sekalipun. Sikapnya sudah aneh sejak dia menceritakan masa lalunya. Pandangannya selalu ke bawah seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri. Begitu tiba di pusat kota, Anya sama sekali tidak mengangkat wajah. Jam segini, pusat kota sangat ramai sehingga Anya menabrak banyak orang. Greum mulai mengkhawatirkannya.

"Hei, Anya. Jika kau memang tidak tega meninggalkan Gille sendirian, lebih baik kita balik saja."

Tidak ada respons dari Anya dan tak ada yang berbeda dari sebelumnya. Greum ragu, apakah hanya dengan suara tidak cukup? Tak lama, Greum pun memutuskan untuk meraih tangan Anya dan menggenggam eratnya.

Anya segera tersadar dari lamunan dan tampak kebingungan dengan tindakan Greum secara mendadak. "Tung... tunggu. Aku bukan anak kecil lagi, kurasa ini terlalu memalukan." Mendadak, pipinya memerah.

"Bodoh. Dari tadi kau menabrak banyak orang, bagaimana bisa aku membiarkanmu? Lagi pula, dengan berpegangan tangan, aku yakin kita bisa melangkah maju bersama. Bagaimana menurutmu?" tanya Greum seraya menoleh ke Anya. Wajahnya juga memerah, entah kedinginan atau merasa malu mengatakan kalimat yang terdengar hebat.

Anya malah tertawa kecil sehingga Greum semakin merasa malu. "Kupikir, itu benar."

Tentu saja, Anya tidak menyangkalnya. Sudah lama sekali dia tidak merasakan kehangatan dari sebuah genggaman tangan. Terakhir kali bersama Gille ketika sebelum dia dibawa ke laboratorium. Dan kali ini orang yang berbeda. Ini sudah waktunya dewasa, tidak perlu lagi berlindung di balik punggung Gille. Jika Gille sudah terbangun, Anya bisa menunjukkan dia bukan lagi gadis kecil yang cengeng.

Anya tertabrak orang lagi. Kali ini memang kecerobohannya dan giliran Greum yang tertawa kecil sekarang. "Omong-omong, apa kau ingin berkunjung ke suatu tempat? Ini kesempatan yang bagus untukmu bukan? Kuyakin selama ini kau selalu merasa tidak aman berada di keramaian kota."

Mata Anya berbinar-binar. "Benarkah? Kalau begitu..."

Greum tidak menduga Anya seberani itu mengunjungi tempat itu. Katedral St. Theresia, tempat yang biasa digunakan elite MMGTE untuk beristirahat. Katedral tersebut sudah menjalin kerja sama dengan MMGTE sejak tujuh tahun yang lalu. Sebenarnya, tidak hanya katedral di Kota Taris, katedral di kota besar seperti Estacia dan Rheiya pun juga. Kerja sama itu hanya semata-mata untuk mencari informasi tentang kutukan Snowstorm.

"Wah, terkejut ya? Tenang saja, tadi kan kamu bilang elite MMGTE bakal datang di sore hari. Selagi tidak ada mereka, ada yang ingin kulihat di sini."

Anya melepaskan tangan dari Greum, lalu berlari menuju arah belakang katedral. Meski hanya di depan katedral, tempat tersebut juga lumayan ramai. Greum baru ingat hari ini adalah hari Minggu. MMGTE tidak pernah libur di hari Minggu dan sebagai gantinya, mereka melakukan inspeksi di setiap kota di Kekaisaran Northoriale. Berarti, ada elite MMGTE yang sedang melakukan inspeksi di sekitar sini.

Greum pun segera mengejar Anya yang belum terlalu jauh. Dia memang belum pernah inspeksi di Kota Taris, namun dalam sekilas, Katedral St. Theresia merupakan katedral yang paling indah menurutnya. Begitu pun dengan halaman belakangnya, bahkan sampai membuat Greum terpana.

Taman bunga di musim dingin. Warna bunganya seperti kaca, transparan. Kilauan dari seluruh bunga kaca itu tampak seperti taburan bintang di langit malam. Anya berjongkok di tepi taman tersebut dan Greum menghampirinya. Kaca-kaca itu memantulkan sosoknya yang terpecah-pecah, seperti cermin yang retak.

"Tempat ini belum berubah sejak terakhir kali aku datang bersama Gille. Kau tahu, tempat ini selalu dipanggil Danau Cermin. Bunga-bunga ini hanya bisa tumbuh di musim dingin. Kau bakal jarang melihatnya jika musim semi kembali." Ekspresi Anya memberikan kehangatan di dalam diri Greum. Anya benar-benar menyukai bunga.

Greum ikut berjongkok di sebelah Anya, penasaran jika dilihat dari dekat. Mungkin saja, tanpa kutukan Anya dan Number Zero, bunga-bunga di depannya tidak bakal bertahan selama tujuh tahun berturut-turut. Setelah musim semi kembali, rekor tujuh tahun akan menjadi langka.

Mendadak, Anya berdiri dengan ekspresi yang berubah menjadi gelisah. "Ayo pergi sekarang, Greum."

Greum terheran. "Kenapa terburu-buru? Bukannya masih ada waktu sebelum MMGTE datang?"

"Aku lupa memberitahumu. Tempat ini merupakan tempat tinggalku dulu sebelum dibawa ke laboratorium. Sesegera mungkin, kita harus meninggalkan tempat terkutuk i—"

Angin berembus terlalu kencang. Tudung putihnya menyingkapkan rambut yang tergerai sekaligus wajahnya. Bagi Greum, angin kencang itu terasa tidak alami. Seolah mata pisau yang tak berkasat mata, angin kencang di sekitarnya menggoreskan pipi Anya cukup dalam sehingga mengeluarkan darah.

"Kutukan 'Transparent Torture' ya..." Anya tetap tenang di situasi yang tidak menguntungkan baginya. Berapa kali pun Anya menyeka darah di pipinya, darah itu semakin banyak yang keluar seolah menjadi sulit membeku.

Apa itu cara kerja kutukannya? Lebih pentingnya lagi, tidak ada elite MMGTE yang memiliki kutukan seperti itu.

Greum masih mencari sosok pelakunya yang tak berkasat mata. Namun, itu hanya membuang-buang waktu. Nyawa Anya terancam di sana. Tanpa memberikan isyarat, Greum menarik tangan Anya dan berlari meninggalkan tempat terkutuk.

Ke manapun mereka berlari, sosok tak berkasat mata itu membuntuti mereka melalui angin abnormalnya.

*****

Day dan Neil baru tiba di Kota Taris saat jam di kota menunjukkan jam dua kurang. Berterima kasih kepada supir pribadi Komandan, rencana mereka maju setengah jam.

Menurut Day, Neil terlalu antusias melakukan misi besar secara individual. Day sampai kewalahan mengikutinya. Saat Day menanyakan alasannya terlalu antusias, jawaban Neil tidak sesuai ekspektasinya. Kalau aku dipromosi di misi sebesar ini, aku bisa mengalahkan komandan sialan itu.

Keramaian di Kota Taris tidak seperti di Estacia yang terkenal dengan kota kutukan. Day pernah sekali inspeksi di Kota Taris dan tinggal di Katedral St. Theresia. Dengan adanya danau cermin di belakang halaman katedral tersebut, Day selalu menginginkan inspeksi permanen di Kota Taris. Menurut jadwal, seharusnya kemarin, sedangkan Day tidak tahu apa-apa tentang semua hal yang terjadi pada dirinya bahkan Greum.

"Ukh... kenapa kita harus bekerja di cuaca seperti ini? Bisa-bisa, kita mati kedinginan," keluh Day dengan gumaman pelan. Karena tidak tahan dengan dingin, dia memeluk diri dengan seluruh tubuh gemetaran. Padahal dia sudah memakai sweater dan jaket tebal.

Tiba-tiba Neil menendangnya dari belakang sehingga Day tersungkur di keramaian lalu lintas manusia. "Berhenti mengeluh. Mencari si kutukan Snowstorm nggak bakal sesulit itu kalau kau nggak bermalas-malasan." Sifat arogannya muncul lagi.

Day merasa sedikit jengkel dengan keangkuhannya. Dia pun membalas hinaannya tanpa perlu berpikir dua kali. "Oh, jangan bilang saat kau bilang aku nggak boleh terpisah darimu, sebenarnya kau tidak bisa bekerja tanpaku kan? Yah, apa boleh buat, sifat kekanakanmu itu—" Kepuasan di wajahnya terlihat jelas, tawanya terdengar ditahan.

Setiap kali Neil mulai tidak bisa menahan amarahnya, dia mengangkat tangan dan bersiap-siap mengeluarkan kutukan. Anehnya, kali ini dia menahan tangannya dengan bersusah payah. Day tahu itu, karena Neil tidak menggunakan kutukan dua kali sekaligus, dia harus menyimpannya untuk sewaktu-waktu berpapasan dengan si target.

Neil membalikkan badan tanpa menunjukkan setengah wajah sambil berkata, "Cepat berdiri atau nanti aku akan melaporkan gerak-gerikmu yang mencurigakan bersama Greum ke Supervisor." Ancamannya terasa menekan rasa kengerian Day terhadapnya jika tanpa melihat wajahnya sekarang.

Kemudian, Neil melangkah duluan tanpa menunggu Day bangkit berdiri. Amarahnya yang terpendam membuatnya mempercepat setiap langkahnya tanpa memperhatikan sekitar sehingga terjadi insiden yang tidak terduga.

Karena tenggelam dalam amarahnya sendiri, Neil tidak sengaja menabrak seseorang di depannya. Dia tidak menyangka orang berperawakan kecil itu selemah itu sehingga orang itu terjatuh ke tanah. Neil tidak bisa melihat wajah orang tersebut karena tudung yang dipakainya.

"Apa kau baik-baik saja?" Neil sedikit membungkukkan badan dan memberinya bantuan dengan sebuah uluran tangan.

Ada darah menetes dari pipinya. Melihat dari bentuk tubuhnya, dia seorang perempuan. Perlahan-lahan, perempuan bertudung itu menoleh ke belakang dan menengadahkan kepalanya sedikit.

"Terima kasih. Aku tidak a—"

Kedua mata mereka saling bertemu dan mereka sama-sama terkejut. Dengan keinginan mereka yang saling berkontradiksi, mereka membeku di tempat tanpa bersuara.

Perempuan itu Anya, si pemilik kutukan Snowstorm yang sedang berusaha menghindar dari elite MMGTE.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro