Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16 - Stay Alive

Carla hendak mengetuk pintu kamar Day dan Neil. Namun, tiba-tiba terdengar suara keras seolah seseorang sedang marah dari dalam. Carla sudah hafal betul dengan pemilik suara tersebut. Neil sedang marah akan sesuatu dan Carla sangat penasaran dengan hal tersebut.

Namun, tidak semudah itu menenangkan Neil yang sedang marah. Carla harus masuk ruangan secara diam-diam dan mengejutkan Neil dari belakang. Itu merupakan cara paling terampuh yang Carla coba selama ini.

Sayangnya, Day yang duduk di seberang sofa yang diduduki Neil tidak bisa diajak kerja sama. Day malah berkata, "Selamat datang, Carla." Neil pun spontan berwaspada dan segera menoleh ke belakang. Begitu melihat Carla yang tampak sudah bersiap-siap mengejutkannya, Neil langsung berdiri dan pindah tempat duduk, tepatnya di sebelah Day.

Carla menghela napas karena kecewa tidak bisa melihat reaksi Neil saat terkejut, lalu dia duduk di sofa yang sebelumnya diduduki Neil. Seperti biasanya, tanpa berbasa-basi, dia berbicara langsung ke intinya.

"Jadi, kenapa kau marah, Neil? Kudengar tadi kau mengutuk nama seseorang. Kalau tidak salah, Jay Lawrence ya?" tanya Carla sambil menyilangkan tangan.

Mendengar nama itu keluar dari mulut Carla membuat Neil kembali marah dan itu tidak bisa dihentikan sampai Neil merasa puas. Karena itu, sebagai gantinya, Day yang menjelaskannya.

"Heh, rencana kalian ketahuan oleh orang bernama Jay Lawrence ini ya? Bukannya dia berada satu tim dengan kalian?"

Day mengangguk. "Dia juga salah satu orang yang memiliki posisi tinggi di Divisi Informasi. Awalnya, kami membiarkan dia melaporkan ke Supervisor atau tidak. Namun, dia sendiri juga tahu MMGTE menipu semua elite. Dia bilang, dia ingin mengikuti rencana kita. Dia memang bisa diandalkan dalam mencari informasi, tapi..." Suara Day tertahan. Dalam hatinya, dia juga ingin marah. "orang itu benar-benar mengejek kita dan kita sendiri masih belum bisa memercayainya."

Carla mengangguk berkali-kali pertanda mulai paham. Carla baru sekali melihat Jay Lawrence saat kebetulan berpapasan di koridor menuju lobi. Menurutnya, Jay Lawrence sering mondar-mandir dan itu sangat mencurigakan. Jay Lawrence juga sering makan-makan bersama para Supervisor, entah apa yang didiskusikan mereka. Kesimpulannya, Jay Lawrence merupakan orang yang berbahaya.

Namun, menyelamatkan Anya juga terlalu berisiko untuk Day dan Neil yang merupakan elite MMGTE. Percuma saja usaha keras dalam menyelamatkan Anya jika kesalahpahaman belum diluruskan. Masalahnya, Carla tidak tahu komplotan Number Zero di antara ratusan elite MMGTE yang datang ke Kota Taris. Dia juga perlu mencari bantuan dari luar untuk mencarikan informasi lainnya yang berhubungan Number Zero.

Tiba-tiba terdengar Neil menjerit kesakitan dengan pelan. Lamunan Carla langsung terbuyar dan teralihkan ke Neil. Rupanya, tangan kirinya yang membeku karena kutukan Snsowstorm semakin retak. Meski begitu, Day dan Carla tidak bisa melakukan apa-apa karena kutukan di tangannya tidak bisa disembuhkan, bahkan Anya yang membuatnya begitu juga tidak bisa.

Neil mengangkat tangan serta menggeleng. "Jangan khawatirkan aku. Ini tidak sakit yang seperti kalian bayangkan. Lagi pula," Neil berkeringat sambil menahan rasa sakitnya. "dengan kutukan di tanganku ini, aku bisa merasakan penderitaan Anya selama ini."

Carla sedikit terkejut, kemudian menyunggingkan senyuman tipis. Tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi jika ada Neil, begitulah yang dipikirkannya. Dia pun mengatupkan tangan diikuti memejamkan mata sambil menggumam, "Aku mendoakan keselamatan kalian besok, Neil, Day."

Dengan jeda agak lama, dia bergumam lagi. "Anya, tetaplah hidup."

*****

"Jika kalian memanggilku sekarang, apa itu berarti aku boleh ikut rencana kalian?" Jay Lawrence memastikan begitu datang di tempat yang telah dijanjikan, Balai Kota atau lebih tepatnya, di pancuran airnya.

Setelah berdiskusi dengan Carla, Day dan Neil telah membuat keputusan, yaitu, "Aku memang masih belum memercayaimu, tapi pengetahuanmu sangat kubutuhkan saat ini. Apa sudah puas?" Neil tampak masam. Apa boleh buat, Jay Lawrence satu-satunya anggota Divisi Informasi yang paling bisa diandalkan dari elite-elite yang dikirim ke Kota Taris.

Jay pun langsung merangkul Day dan Neil serta berkata, "Senang bekerja sama dengan kalian, Day Ertia, Neil Granholm."

Berbeda dengan Day, Neil segera menjauh dari Jay sambil memasang wajah penuh kebencian. "Sekali lagi kukatakan, aku masih belum memercayaimu. Hentikan sok dekatmu, padahal kau hanya anak emas Supervisor," tegas Neil dengan sarkasme.

Jay malah terkekeh pelan dengan tangan masih merangkul Day. "Tenang saja, aku belum lapor apa pun ke Supervisor."

Bohong, pikir Neil. Untuk saat ini, ya. Neil berspekulasi bahwa Jay akan mematai setiap tindakannya dan Day dalam proses rencana penyelamatan Anya. Dan jika tindakan mereka benar-benar sudah melenceng dari harga diri seorang elite, Jay mulai beraksi dengan langkah pertama, melapor ke Supervisor.

Day hanya bisa menghela napas panjang, kemudian mulai menjelaskan rencana malam ini kepada Jay. Melalui kutukan Neil, keberadaan Anya sudah diketahui. Saat ini dia berada di sebuah penginapan di pusat kota bersama Greum dan Ulrich. Rencana utamanya adalah membawa Anya jauh-jauh dari Kekaisaran Northoriale, entah ke negara tetangga ataupun negara musuh. Rencananya memang sederhana, namun sulit dilakukan karena terlalu banyak risikonya.

"Apa ada pertanyaan?" Day selesai menjelaskannya.

Mendadak, Jay menyeringai lebar disertai tertawa keras. Day dan Neil saling memandang dengan wajah terheran.

"Ulrich ya..." gumam Jay setelah tawanya reda. Nama yang disebutnya bukanlah nama asing baginya, karena Ulrich adalah musuh bebuyutannya. Tentu saja, Jay sangat membencinya. Tidak sepertinya, Ulrich selalu menghilang setiap kali mendengar jadwal inspeksinya telah ditentukan. Jay mengakuinya bahwa kemampuan Ulrich sebagai informan tidak bisa diremehkan dan yang seharusnya mengikuti misi besar adalah dia. Namun, setelah tidak menduga Ulrich sedang bersama si kutukan Snowstorm, Jay merasa terlalu senang dan hanya ada satu kata di dalam benaknya.

Takdir. Ulrich telah berpihak di sisi si kutukan Snowstorm dan itu menjadikannya musuh MMGTE. Dengan kata lain, dialah musuh Jay yang sesungguhnya. Dengan ini, Jay bisa melawannya dengan sungguh-sungguh hingga titik darah penghabisan. Sudah lama sekali, Jay merasa sesenang ini. Namun, ada satu hal yang belum diketahuinya.

"Greum yang kalian maksud itu, anak yang hilang ingatan di tujuh tahun yang lalu? Tanpa kutukan, memangnya dia bisa menolong si kutukan Snowstorm?"

Jay sengaja melakukannya. Seorang informan profesional mustahil tidak mengetahui latar belakang setiap elite MMGTE, terutama dia tertarik sekali dengan unit yang dipimpin Aaron Norris. Salah satunya yang dia ketahui adalah Day merupakan satu-satunya teman akrab Greum.

Ketenangan Day tergoyahkan dan dia tidak bisa menahannya dengan waktu yang lama. "Apa ada masalah dengan itu, Jay Lawrence?" Day menatapnya tajam tanpa ampun dan terdengar nada bicaranya tidak seformal seperti sebelumnya. Dia membenci mendengar temannya diejek, apalagi menyangkut soal kutukan.

Jay hanya mengangkat bahu dan seolah-olah bisa melihat masa depan, dia berkata, "Yah, aku hanya ingin melihat kutukannya yang unik."

Day sempat berpikir, apakah Jay pernah melihat kutukan Greum secara langsung di masa lalu? Hal itu tidak bisa dipungkiri karena informan pasti punya jaringan informasi yang sangat luas.

Day harus menyudahinya dan dia tidak bisa terlalu banyak berbicara di depan informan misterius. Neil juga sudah memperingatkannya dari awal bahwa jangan pernah mempercayai Jay. Dengan terpaksa, Day berpaling dari Jay dan balik ke Neil.

Neil tampak sedang berkonsentrasi akan sesuatu. Keringat bercucuran di sekitar pelipisnya dan wajahnya menunjukkan suatu kepanikan. Dia sedang menggunakan kutukannya. Pertanyaannya, apa yang sedang dia lihat saat ini?

Mendadak, tanah bergetar hebat seperti sedang gempa bumi. Perasaan tidak enak menyebar di sekujur tubuh Day. Sesuatu yang berbahaya perlahan mendekat dan Jay tidak berhenti berdebar-debar.

Neil curiga, Jay sudah tahu sesuatu yang berbahaya mendekati mereka. Mereka bertiga bersiaga dengan kutukan masing-masing, karena menghadapi sesuatu yang berbahaya itu sangat merepotkan. Neil benar-benar tidak menduga akan secepat itu menemukan musuh umat manusia sesungguhnya.

Number Zero. Hidup dan mati mereka akan dipertaruhkan di tempat itu sekarang juga. Apa pun yang terjadi, Neil takkan membiarkan Number Zero bisa bertemu dengan Anya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro