13 - Asgall Micheil
Catherine melamun ketika sedang menyiapkan teh untuk dua orang. Dia ingin melakukan sesuatu untuk Greum, tetapi Aaron melarangnya keras tanpa tahu alasannya. Aaron sangat memprioritaskan mengembalikan ingatan Greum, sedangkan dia tidak menginginkan hal tersebut. Dia takut Greum akan berubah setelah mengetahui apa yang terjadi di masa lalu. Firasatnya mengatakan ingatan yang hilang itu bukan hal yang baik untuk Greum.
Sayangnya, Catherine tidak mampu menentang perintah Aaron. Bukan karena takut, dia sudah banyak berhutang budi kepada Aaron. Jika tindakannya merepotkan Aaron nantinya, sama saja bukan hasil kerja kerasnya dalam menolong Greum.
"Ada apa, Catherine?" tanya Aaron saat Catherine datang ke arahnya sambil membawa nampan berisi dua cangkir teh.
Catherine menggeleng. Dia sudah memutuskan, bekerja di markas lebih baik dibanding ikut campur masalah orang lain. Itu merupakan pilihan terbaik. Tetap saja, dia masih khawatir. Kutukan Greum belum bangkit lagi sejak tujuh tahun yang lalu dan masih dalam misteri. Bisakah dia melindungi diri sendiri tanpa kutukan?
Setelah Catherine menyuguhkan teh, Aaron meminumnya dengan seteguk demi seteguk. Aaron tidak ingin menghabiskannya langsung karena dia sangat menyukai teh buatan Catherine. Karena itu, dia menyisakan setengah cangkir dan kembali berbicara lagi.
"Oh ya. Catherine, apa kau punya waktu luang habis ini?"
Pertanyaan Aaron barusan membuat Catherine merasa jengkel lagi kepadanya. Senyumannya perlahan-lahan memudar. Aaron yang melihatnya segera menutup mulut dengan kedua tangan, sadar bahwa dia salah bicara.
"Be... begini saja. Lupakan tumpukan pekerjaan itu. Aku bersusah payah menyusup ke sini karena aku sedang membutuhkan bantuanmu." Saran Aaron benar-benar tidak masuk akal. Catherine pikir, apakah dia ingin dipecat dari jabatan komandannya?
"Kuyakin, bukan terkait Greum kan?" Catherine tahu bahwa dia tidak punya harapan lagi dibolehkan membantu Greum.
Aaron menyunggingkan senyuman yang bermakna 'minta maaf jika tidak sesuai harapan'. "Aku menghilang sejak kemarin bukan berarti aku tidak melakukan apa-apa. Kasus Anya ada hubungannya dengan 'The Lost Fairytale' dan kuncinya ada di Number Zero."
Catherine mengernyitkan alis. "Bukannya kau bilang Number Zero menghilang hingga sekarang? Mustahil kau bisa bertindak tanpa tahu apa yang dilakukan Number Zero sekarang."
Justru Aaron mengibaskan jari telunjuk. "Jangan meremehkanku, Catherine. Selama tiga hari ini, aku pergi ke dunia bawah dan mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan Number Zero, kemudian kuanalisis. Tak ada kata mustahil dalam kamus kehidupanku." Aaron membanggakan dirinya dengan membusungkan badan. "Nah, sekarang tergantung jawabanmu. Apa kau bersedia membantuku, Catherine? Jika kau membantuku sama saja kau membantu Greum juga."
Antara Greum dan pekerjaan, mana yang Catherine prioritaskan? Kabur dari kejaran MMGTE tidak mungkin bertahan selamanya, suatu saat mereka akan melampaui batas dan akan tertangkap oleh MMGTE. Namun, pekerjaannya yang menumpuk akan merugikan unit yang selalu dibanggakannya. Keduanya bukan pilihan yang sangat mudah.
Setelah merenung cukup lama, akhirnya Catherine memutuskan, "Tentu saja. Apa pun kulakukan demi Greum."
*****
'Hasil Laporan Penelusuran Identitas Baru Number Zero'. Penulis dengan nama Aaron Norris. Dokumen belum diresmikan. Seluruh isi dokumen tersebut adalah kesimpulan dari seluruh informasi penulis kumpulkan di informan-informan yang terpercaya.
Isi laporan tersebut hanya dugaan dan sang penulis ingin membuktikan keaslian dari dokumen yang ditulisnya.
Halaman pertama ditunjukkan foto formal seorang pemuda berambut panjang lurus dengan warna biru gelap tersenyum tipis. Nama pemuda tersebut adalah Asgall Micheil. Para elite MMGTE mustahil tidak mengetahui nama keluarga Professor Giovanni. Wajahnya sama persis dengan Number Zero, melihat dari dokumen lama milik Professor Giovanni. Kedua bukti itu sangat kuat didukung dengan informasi tambahan secara spesifik.
Saat ini, Asgall sudah berusia delapan belas tahun, beda setahun dengan Anya. Tempat tinggalnya berada di Kota Estacia dan dia bersekolah di sekolah yang membutuhkan setengah jam untuk sampai sana. Prestasinya sangat bagus di bidang akademik maupun olahraga, bahkan dia menjadi Ketua Dewan Murid. Kesempurnaannya membuat orang-orang bertanya hal yang sama, yaitu latar belakangnya. Hingga saat ini, latar belakang Asgall masih belum diketahui.
Hal tersebut juga sudah menjadi bukti yang kuat. Ada kemungkinan dia adalah Number Zero yang menjadi subjek eksperimen Professor Giovanni. Namun, ada satu hal yang bisa melemahkan semua bukti. Asgall tidak pernah menunjukkan kutukan Snowstorm. Apakah itu berarti dia tidak punya kutukan? Tidak, sang penulis yakin dia menyembunyikannya.
Catherine membaca dokumen tersebut hingga habis. Setiap dia membalikkan halaman, dia mengangguk pelan, mengartikan paham. Hasil laporan yang ditulis Aaron memang sulit dipercaya karena kurangnya bukti, tetapi Catherine tahu Aaron sudah bekerja keras demi sempurnanya hasil laporan miliknya.
Mereka berdua sedang berkeliling di Kota Estacia bagian selatan, dekat tempat tinggal Asgall. Di jam segini, sebentar lagi waktu pulang sekolah akan tiba. Maka itu, mereka bersiaga di gerbang sekolah Asgall, South Estacia College.
"Komandan, apa rencanamu ke depan setelah menemui Asgall Micheil? Kutukannya lebih kuat dibanding punyamu, ada kemungkinan kau akan kalah jika terjadi sesuatu. Arah percakapan kita juga pasti tak mungkin berjalan baik jika dia mengetahui kita dari MMGTE," bisik Catherine yang tampak benar-benar gelisah. Ketika dia pertama kali melihat foto formal Asgall, perasaan tidak enak benar-benar mengganggunya seharian ini.
Sebelum mereka berangkat ke South Estacia College, mereka mengganti seragam MMGTE mereka dengan baju kasual. Pakaian yang dipilih Aaron untuk Catherine terasa tidak nyaman bagi pemakainya. Catherine tidak pernah biasa memakai rok pendek dan baju ketat.
Aaron membersut seperti anak kecil yang selalu berharap mendapatkan pujian. "Lagi-lagi kau meremehkanku, Catherine. Komandan bisa melakukan apa saja untuk bawahannya, bahkan mengorbankan nyawa bukan masalah untukku."
Bukan itu masalahnya, pikir Catherine. Catherine tidak ingin ada satupun orang-orang terdekatnya terbunuh. Greum, Aaron, Day, Neil, dan anggota lainnya. Tanpa mereka semua, Catherine merasa dirinya sangat hampa, apalagi jika tanpa ingatan masa lalunya.
Sore hari menjelang matahari terbenam pun tiba. Waktu pulang sekolah di South Estacia College adalah jam lima sore dan pada saat itu, bel dengan suara khas berbunyi. Para murid yang bersekolah di sana berhamburan menuju rumah masing-masing. Namun, ada juga dari mereka mampir sebentar ke suatu tempat untuk bersenang-senang sebelum dipenjara di tempat yang namanya rumah.
Aaron kesulitan mencari Asgall di kerumunan para murid yang tak hentinya keluar dari gedung sehingga dia mengeluh. Catherine membantunya dengan menggunakan kutukan. Kutukannya terbilang kutukan kuno dan Catherine merupakan orang pertama yang mempunyai kutukan tersebut. Duplicate History. Kutukan kuno tersebut bisa menyalin kutukan orang lain dan kekuatannya tidak bisa diremehkan. Diberkahi oleh Dewa Kematian, kutukan salinan dilipatgandakan kekuatannya. Namun, setiap kali Catherine menyalin kutukan orang lain, dia mendapatkan konsekuensi, yaitu kehilangan satu indera. Dengan kata lain, Catherine hanya bisa menyalin tujuh kutukan dan melebihi itu, Dewa Kematian mencabut nyawanya tanpa belas kasihan.
Saat ini, Catherine baru menyalin kutukan milik Neil, Thousand Eyes dan harus kehilangan indera perasa.
Catherine memejamkan mata setelah mengaktifkan kutukannya. Perbedaan kutukan Neil dan dan salinan punyanya adalah Neil membutuhkan kontak fisik terlebih dahulu ke target, sedangkan Catherine tidak perlu. Mengetahui wajah dan nama target sudah lebih dari cukup.
"Bagaimana, Catherine? Apa kau sudah menemukannya?" tanya Aaron sambil mengemil keripik yang barusan dibelinya di supermarket terdekat.
Suara kunyahan dari mulut Aaron membuat Catherine tidak fokus sehingga dia meninju perut Aaron sangat keras meski mata masih terpejam. Yang terdengar bukan lagi suara kunyahan, melainkan suara pekikan yang tertahan karena kesakitan. Catherine pun bisa kembali berkonsentrasi lagi.
Saat rasa sakit di perut sudah mereda, Aaron memilih terdiam di tempat, menunggu hasil pengamatan dari Catherine. Menunggu dalam waktu yang lama membuat Aaron mengantuk dan tak lama kemudian, kedua matanya tertutup rapat dan suara dengkuran mengusik konsentrasi Catherine.
Pada waktu yang bersamaan, tiba-tiba Catherine menjerit keras dan melompat mundur. Aaron yang tertidur terkesiap dan langsung bangkit dari tempat baringnya, mencari sosok Catherine. Keadaan Catherine tampak sedang tidak baik. Matanya yang berwarna hijau zamrud itu berubah menjadi merah menyala dan mengeluarkan uap yang tidak biasa. Bola matanya terasa sebentar lagi meledak sehingga dia menahannya dengan kedua telapak tangan.
"Hei, Catherine! Apa yang terjadi?" tanya Aaron panik.
"Di... dia melihatku juga. Aku nggak tahu apa yang dia lakukan ke salinan kutukan, tapi tak kusangka ini benar-benar sakit..." Mendadak, Catherine mencengkeram lengan Aaron erat-erat. "Komandan, berhati-hatilah. Dia sudah berada di sekitar sini."
Mendengar peringatan tersebut, Aaron jadi sulit menelan ludah. Dia mulai berwaspada dan mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Meski tak ada siapa pun kecuali mereka berdua, terlalu cepat untuk merasa lega. Dia memang sedang berada di dekat mereka, namun di tempat yang tidak terjangkau untuk manusia biasa.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro