Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11 - I'm Not Fine Because of You

Hari yang terlalu tenang di markas MMGTE. Kesibukan tak terlihat di ruangan mana pun. Hampir seluruh elite berangkat menuju Kota Taris untuk melaksanakan misi besar. Catherine termasuk pengecualian karena dia masih punya banyak dokumen yang seharusnya dikerjakan komandannya. Dalam hatinya, perasaan senang dan menyesal bercampur aduk. Perasaan senang karena berkat pekerjaan yang belum terselesaikan, dia tidak bisa mengikuti misi besar yang merepotkan baginya dan perasaan menyesal karena telah menjadi bawahan dari seorang komandan yang suka melarikan diri.

Satu tumpuk dokumen baru saja diselesaikan dalam waktu setengah hari dan masih sekitar lima tumpukan yang tersisa. Belum lagi dokumen-dokumen yang perlu diperiksa di ruang arsip. Tak mungkin dia mengandalkan semuanya kepada Linden sang sekretaris. Catherine hanya bisa menghela napas panjang setiap melihat dokumen-dokumen bertebaran di mana saja.

Untuk mengistirahatkan kepalanya yang sebentar lagi meledak, Catherine memutuskan mencari udara segar sekaligus makan siang yang cukup untuk mengisi perut kosongnya. Biasanya, dia makan siang bersama Greum. Tak hanya hari ini, sudah dari kemarin sore, Catherine merasa kesepian tanpanya.

Catherine berhenti melangkah sejenak, memandang ke luar jendela. Salju tidak turun hari ini dan tidak ada pula badai salju. Benar-benar terasa damai, meski dia tahu Greum sedang dalam situasi berbahaya.

Kemarin, sebelum Catherine menyerahkan surat Komandan kepada Greum, dia mengintip isi surat tersebut secara diam-diam. Awalnya, dia hendak membuang surat itu karena Komandan terlalu tega menaruh Greum dalam posisi yang tidak menguntungkan. Namun, jika dipikir-pikir lagi, tindakan Komandan selalu memiliki makna tersembunyi.

"Hai, Catherine."

Secara kebetulan, Catherine berpapasan dengan teman dari divisi lain, Elaine Frost yang menyapanya duluan. Sejak dulu, Catherine menghormatinya layaknya Elaine adalah kakak perempuan.

Catherine membalas sapaannya dengan senyuman tipis. "Apa kau juga mau pergi makan siang, Elaine?"

Elaine mengangguk yang diikuti helaan napas berat. "Kau tahu, dari pagi aku belum makan apa-apa. Elite yang akan diberangkatkan ke Kota Taris kebanyakan dari Divisi Informasi sehingga aku harus mengerjakan semua pekerjaan mereka yang belum terselesaikan dan lagi, hari ini adalah deadlinenya." Dia berpaling ke Catherine. "Apa kau juga?"

Elaine tidak sepenuhnya salah. Catherine menjawab, "Aku juga begitu, tapi bukan dari mereka yang melakukan misi besar. Yah, kau pasti tahu komandanku..." Suaranya semakin mengecil saat menyebut Komandan.

Elaine tertawa kecil saat mengetahui Catherine mengeluh soal komandannya lagi. Mereka berdua pun berjalan bersama-sama menuju food court yang terletak di lantai satu gedung seberang.

Elaine Frost, salah satu elite dari Divisi Informasi di unit tertinggi. Meski sudah berusia 23 tahun, cara bicara Catherine terhadapnya seperti teman. Terkadang, Komandan menyuruh Catherine mendatanginya untuk mendapatkan informasi dengan level rahasia dan anehnya, Elaine memberinya tanpa sepengetahuan Supervisor.

Bisa dibilang, Elaine dan Komandan adalah makhluk yang sejenis.

"Oh ya," Catherine teringat sesuatu tiba-tiba saja. "bukannya pekerjaanmu bisa cepat selesai dengan bantuan dua bawahanmu yang hebat itu? Itu lho, Jay Lawrence dan—"

Raut wajah Elaine berubah seketika menjadi tidak enak dilihat. Tampaknya, Catherine bertanya hal yang salah.

"Apa kau mau bilang, Ulrich termasuk bawahanku yang hebat? Maaf saja, aku takkan menganggapnya seperti itu. Sudah hampir sebulan aku nggak pernah melihat wajahnya lagi, entah dia ke mana saja," ucap Elaine dengan sarkasme.

Catherine langsung mengganti topik lain. Dia tahu juga bahwa Ulrich terlalu bajingan meski kecerdasannya di atas rata-rata.

"Jay? Oh, dia dipilih para Supervisor untuk wajib mengikuti misi besar. Katanya, kutukan dan kecerdasannya sangat dibutuhkan di sana. Umm, tapi..." Elaine mulai ragu. "jika dia dibandingkan dengan Ulrich, Ulrich lebih berpengalaman di misi besar. Seandainya saja dia mengubah perilaku jeleknya, kuyakin Supervisor akan memilihnya."

Catherine terkekeh dengan ucapan Elaine yang tidak biasa. "Ternyata meski kau tidak suka Ulrich, kau tetap membelanya ya."

Elaine segera menyanggahnya sambil mengibas tangan. "Kalau begitu, aku tanya padamu. Antara Ulrich dan Jay, kau pilih yang mana?"

Catherine pun akhirnya memahami maksud dari pertanyaan tersebut. Ulrich memang sering menghilang saat inspeksi dan perilakunya sangat buruk terhadap Supervisor. Rumornya, dia juga seorang informan dunia bawah dan bisa dibilang dia sangat profesional. Sedangkan, Jay...

Jay Lawrence memiliki latar belakang yang tidak jelas sejak menjadi elite MMGTE. Karena dia juga seorang informan, dia sangat berhati-hati terhadap sekitarnya agar privasinya tidak bocor ke siapa pun. Dia sangat tertutup dengan elite lain, bahkan atasannya sendiri, Elaine.

Catherine pernah sekali berbicara dengan Jay saat mereka melakukan inspeksi bersama. Dia orang yang baik. Namun, dari cara bicaranya terdengar tidak alami. Catherine berspekulasi bahwa sifat aslinya jauh dari kata baik.

Begitu tersadar dari lamunan panjang, Elaine menyenggolnya pelan dengan sikut. Catherine segera berpaling ke temannya dan Elaine mengangkat dagu, memberi isyarat 'menoleh ke belakang sekarang juga'.

Belum sempat mengintip ke belakang, seseorang memeluk Catherine sangat erat dari belakang sampai Catherine merasa sesak. Mengukur dari kekuatan dari pelukannya, siapa lagi kalau bukan sang Komandan yang paling tercundang.

Tanpa segan, Catherine menyikut perut sang Komandan dengan amat keras dan bisa terdengar sang Komandan meringis kesakitan. Catherine menepuk telapak tangan berkali-kali, bersikap sok seolah telah membereskan satu musuh dengan level tersulit.

"Sambutanmu memang selalu mengejutkanku, Komandan. Aku harap, kali ini kau tidak bisa kabur dariku." Catherine menunjukkan kepalan tangannya yang buka tutup, isyarat 'kabur sudah bukan jalan pintasmu lagi'.

Dengan segera, sang Komandan, Aaron Norris mengatupkan tangan di depan wajah sambil berkata, "Mohon ampunnya, Catherine. Aku sangat berterima kasih atas kerja kerasmu selama ini. Karena itu, biarkan aku menyerahkan semuanya lagi kepadamu—"

Sebuah pukulan meluncur ke pipi Aaron sebelum dia bisa menyelesaikan kalimat yang tak ingin Catherine dengar. Catherine sudah bosan mendengar kalimat tersebut setiap kali dia bertemu Aaron setelah sekian lamanya. Apalagi saat ini Catherine dalam suasana hati yang buruk akibat masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan.

Melihat wajah Aaron membuat Catherine tidak jadi lapar sehingga dia meminta maaf kepada Elaine karena tidak bisa menemaninya makan siang. Setelah Elaine pamit pergi duluan sampai tak terlihat lagi sosoknya, barulah Catherine dan Aaron balik ke kantor mereka. Keduanya tidak saling mengobrol hingga mereka tiba di depan kantor. Aaron tampak sudah tidak sabaran memasuki ruangan yang membuatnya bernostalgia sebagai komandan.

Tanpa menunggu sedetik setelah pintu dibuka oleh Catherine, Aaron melesat masuk dan menuju sofa favoritnya yang terletak di ruang peristirahatan. Sebagai tambahan, tak ada satupun yang berani menyentuh sofa tersebut atau tidak, Aaron takkan pernah muncul lagi di kantor setelah itu.

"Serasa di surga..." Aaron tenggelam dalam kelembutan sofa. Satu-satunya tujuan dia pergi ke markas adalah merebahkan diri di sofa tersebut, tak ada yang lain.

Sementara, Catherine langsung melangkah menuju mejanya yang dipenuhi tumpukan dokumen tak terhitung. Saat dia mulai serius bekerja, dia tidak ingin mendengar suara Aaron yang menjengkelkan baginya. Itu sudah menjadi peraturan mutlak di antara mereka berdua. Namun, kali ini Aaron melanggarnya.

"Kau tahu, Catherine, sekarang aku membayangkan apa yang dilakukan Greum sekarang." Aaron tidak berhenti senyum-senyum sendiri.

Catherine terdiam seketika tanpa bergerak sedikit pun. Padahal Aaron tahu sekarang Greum sedang berjuang melindungi diri sendiri dan si kutukan Snowstorm dan bisa-bisanya dia tertawa di atas penderitaan Greum? Kali ini, kesabaran Catherine sudah melewati batas. Dia tak tahan lagi dengan sikap Aaron yang seenaknya.

Aaron terkejut sekaligus terheran saat Catherine melemparkan semua dokumen yang baru saja dipilah. Tanpa mengetahui perasaan Catherine sekarang, Aaron bertanya, "Catherine, apa ada masalah?"

Catherine menghentakkan meja dengan keras dan Aaron benar-benar tidak ingin membuka mulut lagi atau tidak, kantornya akan hancur lebur.

"Masalahku adalah kau, Aaron Norris! Aku tahu, kau nggak suka pekerjaan Komandan yang hanya disibukkan dengan dokumen-dokumen tidak berguna dan sekarang aku sudah mengerjakannya untukmu. Lalu, mana terima kasih untukku? Kerja kerasku juga butuh apresiasi. Satu lagi..." Dia menggertakkan gigi sampai terdengar suara gesekan gigi. "cukup bermain-main dengan Greum. Untuk apa kau mengirimnya ke si kutukan Snowstorm? Dia bukan mainanmu, tahu!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro