10 - Trust
Napas Greum mulai terengah-engah setelah berlari tanpa menemukan hasil. Di keramaian Kota Taris, dia sulit mencari Anya yang tidak sengaja melepaskan tangannya saat berlari. Greum berfirasat buruk, bagaimana kalau Anya tidak sengaja berpapasan dengan elite MMGTE di saat Greum tidak berada di sisinya?
Langit menunjukkan waktu menjelang sore, waktu di mana elite MMGTE sudah tiba di Kota Taris dan berkumpul di Katedral St. Theresia. Greum semakin merasa gelisah dari sudut jalanan dan tanpa menoleh lagi ke belakang, dia memasuki sebuah gang sebelum bertemu MMGTE. Tadi siang, mereka berdua sempat berpapasan dengan gang tersebut. Anya bilang, kalau ada masalah, kau bisa pergi ke gang itu. Dia selalu diselamatkan seseorang ketika berusaha menghindar dari para elite MMGTE yang sedang inspeksi.
Tak ada yang istimewa tentang gang tersebut. Kecil, sempit, lumayan kotor dan sepi. Memang mustahil Anya membohonginya, tetapi ini bukan waktu yang tepat hanya menunggu kedatangannya. Anya sedang dalam masalah. Dan lagi...
Darah Anya sudah tersebar di setiap sudut kota jika dia terus berlari. Orang yang melukainya sengaja agar MMGTE mudah mendeteksi lokasinya dan Greum tahu betul orang yang memiliki kutukan seperti itu. Greum sering bertemu dengannya di inspeksi.
Saat hendak membalikkan badan dan mulai mengambil langkah, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang tidak asing seolah berusaha mencegat Greum meninggalkan gang.
"Hentikan itu, Greum. Anya menyuruhmu ke sini, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi."
Entah sejak kapan Ulrich duduk di tepi atap gedung sebelah gang. Ternyata orang yang menyelamatkan Anya adalah Ulrich. Jika gang ini sudah menjadi domain Ulrich, Ulrich akan datang ke sini saat siapa pun menginjak domain ini.
Meski Ulrich, orang yang paling dekat dengan Anya berkata begitu, Greum tidak terima. "Bagaimana bisa kau bilang dia akan baik-baik saja? MMGTE sudah datang dan mereka ada di setiap sudut kota. Ini perintah dari Komandan, aku—"
"Tenanglah. Kau juga tidak bisa bertindak gegabah begitu. Risiko yang kau punya lebih besar daripada Anya jika bertemu MMGTE sekarang. Apalagi, kutukanmu belum bangkit sejak tujuh tahun yang lalu," ucap Ulrich tenang.
Greum merasa tersinggung dengan kenyataan bahwa sekarang dia lemah. Anya punya kutukan, dia pasti bisa melindungi dirinya sendiri. Terus, untuk apa Greum berada di sisinya sejak kemarin jika semua usahanya menjadi sia-sia?
"Kau tahu, kutukan bukan segalanya." Seolah bisa membaca pikiran Greum melalui wajahnya, ucapannya terdengar seperti hiburan untuknya. Kemudian, Ulrich turun dari atap dengan melompat dan pendaratannya aman. "Komandanmu, Aaron Norris selalu menyatakan hal itu. Dia memercayaimu misi ini bukan karena dari segi kekuatanmu, namun seberapa besar tekadmu untuk menyelamatkan seseorang yang tidak berdaya atas tuduhan."
Greum memandang telapak tangan dengan lama. 'Kutukan bukan segalanya', Komandan selalu menghiburnya dengan kalimat itu saat Greum kecil takut dengan orang dewasa yang memandangnya seperti iblis. Hanya Komandan yang menerimanya saat itu. Baginya, Komandan sudah menjadi seperti ayahnya.
Ulrich menepuk pundaknya. "Aaron Norris percaya padamu dan kau juga harus percaya kepada Anya. Mengerti?"
Greum mengangguk pelan setelah terdiam sejenak. Kemudian, dia duduk dengan kedua lutut menekuk dan bersandar ke tembok. Kali ini, Greum yakin Anya akan datang ke gang ini.
Greum hendak berterima kasih ke Ulrich yang telah menenangkannya. Namun, Ulrich sangat sibuk dengan pekerjaannya, sebagai elite MMGTE Divisi Informasi sekaligus informan dari dunia bawah. Greum pun teringat Anya pernah bilang, saat ini Ulrich sedang menggali apa yang terjadi di 'The Lost Fairytale'.
"Hei, Ulrich. Apa kau sudah menemukan kutukan Cain Schwarzene?" tanya Greum secara mendadak.
Ulrich menggeleng. Terlihat dari wajahnya, dia tampak lebih lelah dibanding Ulrich yang ditemuinya tadi pagi.
Ulrich punya koneksi di seluruh kota di Kekaisaran Northoriale. Pagi ini, dia menghubungi semua ahli sejarah dan tak ada jawaban dari mereka. Karena penasaran apa yang terjadi, dia menghubungi para kerabat dari ahli sejarah yang sulit dihubungi. Mengejutkannya, seluruh ahli sejarah di Kekaisaran Northoriale mati terbunuh secara brutal di tengah malam. Itu terlalu sulit dibilang kebetulan jika semuanya mati di waktu yang sama.
"Ruang kerja mereka berantakan dan semua dokumen di meja kerja dan rak penyimpanan dokumen hilang, bahkan di brankas pun juga. Benar-benar kacau, apa jadinya MMGTE mendengar kabar buruk ini..." Ulrich tidak berhenti membuang napas.
"Menurutmu, siapa yang melakukan semua itu?" tanya Greum lagi.
"Yah, siapa lagi kalau bukan Number Zero. Kau mungkin tidak menyadarinya, dia selalu mengawasi Anya. Dia tahu Anya berinteraksi denganku dan kau juga. Bahkan, mungkin saat ini dia tahu lokasi Anya."
Terlalu masuk akal. Karena tahu Ulrich akan mencari tahu kutukan Cain Schwarzene, Number Zero bertindak sebagai wadah Cain Schwarzene. Ulrich juga mengatakan, bahwa kasus pembunuhan ahli sejarah sudah pernah terjadi sebelumnya terhadap professor yang membuat Number Zero dan Anya punya kutukan Snowstorm, Professor Giovanni.
Greum semakin khawatir jika Anya harus berpapasan dengan orang yang membuatnya menderita di masa lalu. Dia memang memilih untuk memercayai Anya, namun dia membenci dirinya sendiri yang tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkannya.
"Oh ya," Ulrich lanjut bicara dengan topik yang sama. "mereka saling bertemu mustahil terjadi. Anya sendiri juga tidak pernah sadar diawasi oleh Number Zero selama ini."
Greum mengernyitkan alis, tidak paham apa yang dikatakan Ulrich.
Ulrich memberi jawaban yang lebih lengkap untuk menjawab kebingungan yang tertulis di wajah Greum. "Kutukan Snowstorm membuat mereka terikat satu sama lain. Number Zero bisa tahu apa yang dilakukan Anya, bahkan perasaannya saat ini juga. Sebaliknya juga terjadi, seharusnya..."
Greum sudah bisa mengira-ngira apa yang terjadi, sehingga berkata, "Anya menolak terikat dengan Number Zero yang membuat Gille tidak terbangun selama tujuh tahun ini. Dia membuat dinding setebal itu untuk melindungi orang paling berharganya."
Setelah itu, tak ada lagi yang bersuara. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing sembari menunggu kedatangan Anya di gang kecil itu.
Greum memang baru mengenal Anya, namun dia tahu betul bahwa Anya sangat tertutup dan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa memercayai seseorang. Contohnya seperti Ulrich. Anya tidak lagi melihat Ulrich sebagai elite MMGTE yang jahat, terlihat dari komunikasi mereka. Ulrich menjadi tempat Anya untuk menumpahkan perasaan yang selama ini dipendamnya.
Sedangkan, ada kemungkinan Greum belum dipercayai oleh Anya. Bisa jadi, Greum menjadi pionnya untuk melindungi diri sendiri dari MMGTE. Begitulah prinsip Greum sejak hilang ingatan di tujuh tahun yang lalu, tak ada manusia yang baik maupun jahat
Mendadak, Ulrich bangkit berdiri dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia melangkah menuju ke arah keluar gang. Greum mengekorinya dari belakang, berfirasat bahwa ada seseorang yang menginjak domain Ulrich.
Dan benar saja, seseorang yang menginjak domain Ulrich sudah lama ditunggu Greum kedatangannya, Anya. Namun, wajahnya tampak memucat. Greum ingin bertanya banyak hal, namun dia merasa tidak yakin akan dijawab oleh Anya sehingga dia memilih untuk menutup mulut.
Begitu Ulrich sadar darah menetes dari pipi Anya, dia segera mengambil sapu tangan di saku celana dan mengusapkan ke pipi dilumuri darah. "Anya, apa kau baik-baik saja?" tanyanya penuh khawatir.
Tak ada jawaban dari Anya. Dia dari tadi menggumamkan sesuatu tanpa memerhatikan sekitar, ada kemungkinan suara Ulrich tidak tersampaikan kepadanya. Menurut Greum, Anya tampak menakutkan.
Kemudian, Ulrich berpaling ke Greum dan Greum mengangkat bahu, tidak menahu apa yang terjadi kepadanya.
Suara Anya yang bergumam itu mulai terdengar jelas ketika sekali lagi Ulrich dan Greum menajamkan pendengaran mereka. "Aku hampir membunuh teman lamaku..." gumamnya dengan suara bergetar sambil memandang telapak tangan yang kosong.
Greum dan Ulrich sama-sama mengernyitkan alis. Jika Anya sampai ketakutan dengan diri sendiri, itu berarti yang hampir dibunuh olehnya adalah teman berharganya yang sudah lama tidak dia jumpai.
Ulrich mulai menenanginya dengan menarik Anya ke pelukan dan mengelus kepalanya. Itu sudah menjadi kerutinannya ketika Anya tiba-tiba terbangun di tengah malam karena memimpikan Number Zero dan dia takkan berhenti ketakutan jika Ulrich tidak memeluknya. Namun, meski begitu, paranoid Anya semakin parah hari ke hari. Bahkan, Ulrich sendiri kewalahan meski tidak ditunjukkan terang-terangan.
Terlintas di dalam benak Greum, seandainya saja Anya tidak pernah bertemu Number Zero, dia akan menjadi gadis normal yang bersekolah di sekolah umum yang tidak berkaitan dengan kutukan. Takdirnya terlalu kejam untuk Anya yang masih berusia muda.
Dan sebenarnya, Greum sendiri juga ingin menjadi normal jika saja dia tidak kehilangan ingatan. Ataukah dari awal dia memang abnormal?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro