Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1 - Emergency Meeting

Musim semi takkan pernah datang.

Sudah tujuh tahun, salju tak henti menyelimuti Kekaisaran Northoriale. Maka itu, tidak heran bila pemuda berusia tujuh belas tahun bernama Greum Enraig berhenti berharap musim semi datang.

Meski begitu, sebenarnya Greum tidak pernah melihat musim semi. Di tujuh tahun yang lalu, Greum terbangun di tengah-tengah api tanpa memiliki ingatan, hanya namanya yang dia ingat. Hal pertama yang dia cari waktu itu adalah kedua orangtuanya. Setiap dia menanyakan hal tersebut kepada orang-orang di sekitarnya, mereka hanya terdiam dengan menundukkan pandangan. Hingga saat ini, Greum tidak tahu apa yang mereka sembunyikan darinya.

Setengah tahun kemudian, hujan salju lebat masih belum mereda. Greum didatangi orang-orang berseragam hitam dengan lencana tak asing, menara berwarna merah yang menandakan mereka adalah elite Magic Military Gate Tower of Estacia atau biasa disebut MMGTE. Mereka menginterogasi banyak hal darinya, padahal dia masih belum mendapatkan ingatan yang hilang itu. Greum selalu bertanya-tanya dalam hatinya, apakah dia sudah melakukan suatu kesalahan besar sampai elite MMGTE mendatanginya? Rupanya, tujuan mereka mendatangi Greum adalah menyampaikan kabar bahwa Greum juga memiliki kutukan. Agar mudah dalam pengawasan mereka, Greum diajak masuk MMGTE. Sebelumnya, Greum pernah menanyakan kutukannya apa dan jawaban dari mereka hanya kebisuan.

Hingga saat ini, Greum masih belum tahu kutukannya, entah masih tertidur dalam tubuhnya atau akan muncul di saat adanya suatu pemicu.

Pagi ini, badai salju sangat lebat. Hampir seluruh kereta berhenti beroperasi sehingga Greum perlu menunggu sampai badai salju mereda bersama temannya, Day Ertia. Selama menunggu, Day tampak gelisah sambil mondar-mandir di depan Greum yang sedang bersandar di tembok. Greum sedikit jengkel melihat ketidaktenangannya.

"Day, bisakah kau tenang? Mataku panas melihatmu begitu," ucap Greum dengan nada sarkasme.

Barulah Day berhenti mondar-mandir, lalu menghampiri Greum. "Kau tahu, hari ini aku ada inspeksi wajib jam tujuh. Kalau aku nggak datang tepat waktu, pasti Komandan..." Wajah Day berubah menjadi penuh ketakutan. Greum sangat yakin pasti Day sedang membayangi wajah murka sang Komandan.

Greum melirik ke arah jam tangannya yang sedang memegang buku catatan kecil yang biasanya dibawa ke mana saja. Jam 08.25. Greum hanya bisa menghela napas sembari berkata, "Yah, itu salahmu. Kecerobohanmu memang sudah penyakit," lalu dilanjutkan membaca buku catatan kecilnya.

Di saat suasana kembali tenang, tiba-tiba Day menarik lengan Greum yang sedang memegang buku catatan sehingga buku tersebut jatuh. Day berkali-kali mengatakan Greum jahat sampai telinga Greum mulai memanas.

"Ayolah, Greum. Tukaran waktu inspeksi wajib denganku. Aku akan membelikan apa saja untukmu," bujuk Day dengan suara bergetar.

Greum hanya memandangnya dengan diam, kemudian mengambil bukunya yang terjatuh dan melanjutkan membaca. Masih ada poin-poin penting yang belum dibaca. Greum sudah tahu jika temannya mulai banyak mengeluh pasti takkan ada hentinya. Satu-satunya solusi hanyalah mengabaikannya.

Ternyata benar, ada satu poin yang tertinggal. Tulisannya adalah 'Rapat darurat setelah makan siang. Tertanda, Wakil Komandan Catherine.' Tulisan asli dari Wakil Komandan tidak bisa diragukan.

"Day, inspeksi wajibmu sampai jam berapa?" tanya Greum sambil membolak-balikkan halaman.

"Hmm... bisa seharian kalau cuacanya tidak mendukung. Ditambah lagi, inspeksinya ke Kota Taris." Terdengar dari nada suaranya, Day sudah berekspektasi tinggi terhadap Greum. "Kenapa ini? Apa kau sudah berubah pikiran untuk bertukar jam denganku?"

Mendadak, Greum memperlihatkan isi buku catatannya terlalu maju sehingga hampir mengenai hidung Day. "Lihat ini. Hari ini bakal ada rapat darurat yang wajib diikuti seluruh elite. Itu berarti kemungkinan inspeksi wajibmu dibatalkan."

Mata yang hampir kehilangan warna itu mulai berbinar-binar. "Benarkah itu?" Namun, kesenangannya tidak bertahan lama. "Yah, mungkin mustahil bagi Komandan..."

Greum sendiri juga meragukannya kalau sudah soal Komandan. Greum dan Day sama-sama di Divisi Pengawas, bahkan di unit yang sama. Komandan mereka bisa dibilang orang aneh, paling berbeda dari komandan lainnya. Keanehannya tidak bisa dijelaskan hanya dengan sebuah kalimat.

*****

Greum dan Day baru bisa menaiki kereta jam sebelas, ketika badai salju benar-benar sudah mereda. Perkiraan mereka sampai markas MMGTE sekitar jam dua belas, tepat waktu makan siang.

Suasana hati Greum mulai jelek sejak badai saljunya tidak mau mereda. Di jadwal paginya, dia tidak ada tugas apa pun sampai jam makan siang. Jam kosongnya terbuang sia-sia hanya karena badai salju. Namun, dia tahu, menggerutu takkan mengubah apa pun.

Musim semi takkan pernah datang.

Rupanya, Day sadar bahwa suasana hati Greum sedang buruk. Sebagai teman baiknya sejak menjadi elite, dia berusaha menghiburnya dengan menepuk punggungnya keras-keras. "Duh, wajahmu buruk sekali. Apa kau sedang punya masalah, Greum?"

Justru hasilnya sebaliknya. Greum semakin sebal, terlihat dari tatapan tajamnya.

Meski merasa merinding, Day tetap lanjut berbicara. "Ka... kau tahu, Greum. Kita sudah berteman lama, tapi kau tidak pernah membicarakan tentang dirimu kepadaku selama ini. Kuharap kau bisa bergantung lebih banyak kepadaku," ucapnya malu-malu.

Greum sedikit terkejut mendengarnya. Dia tidak pernah tahu bahwa selama ini Day menganggapnya sebagai teman. Namun, masalahnya hanya satu. Greum tidak bisa membicarakannya karena ingatan yang hilang. Dia tak tahu masalah apa yang dia punya. Setiap hari memikirkan itu membuatnya merasa kosong.

Ingatan kosong, hati kosong juga. Kehidupan terasa transparan baginya.

"Greum, Day, kalian datang tepat waktu."

Greum dan Day menoleh ke belakang secara bersamaan. Itu Wakil Komandan Catherine. Dengan segera, mereka berdua menegakkan badan dan memberi tanda penghormatan. Saking gugupnya, Day kesulitan bersuara sehingga Greum harus mewakilkannya.

"Selamat siang, Wakil Komandan. Maaf atas keterlambatan kami dikarenakan badai salju."

Catherine mengibas tangan. "Aku tahu itu. Aku dengar dari berita pagi ini. Tapi..." Arah lirikan mata Catherine tertuju Day yang sangat gugup. "Day, kau bakal mendapatkan hukuman dari Komandan nanti. Rapat daruratnya memang wajib, namun bukan bagi orang-orang yang sudah mendapatkan misi. Lagi pula, rapatnya akan diadakan setiap unit, bukan seluruh elite."

Day memasang wajah ketakutan dengan keringatnya yang bercucuran. Greum harus menahan tawanya setiap melihat Day.

"Wakil Komandan, jika Komandan tidak ada, apakah berarti anda yang akan menggantinya?" tanya Day begitu mereka bertiga lanjut melangkah menuju ruangan yang menjadi markas unit mereka.

"Tentu saja. Apa kau pikir aku tidak bisa menjadi pemimpin, Day?" jawab Catherine sangat percaya diri sampai-sampai memukul punggung Day sangat keras. Day pun meringis kesakitan. Kekuatan Catherine memang bukan lelucon meski dia seorang gadis berusia lebih tua satu tahun dari Greum.

Sementara itu, Greum hanya bisa mengamati percakapan aneh mereka. Selain Day, dia tidak bisa berinteraksi dengan mudah. Ada bagian dari dirinya merasa takut. Apakah aku akan menyakiti perasaannya? Bagaimana kalau suatu hari dia mati karena diriku yang masih tertidur? Jika aku monster, apakah mereka bisa berbicara normal lagi denganku?

Pikiran negatifnya benar-benar mengganggunya. Greum pun mengalihkan pikiran tersebut dengan memandang ke luar jendela. Salju turun lagi kedua kalinya dalam sehari. Greum sudah yakin badai salju kedua tidak bisa dihindari lagi.

Putihnya salju membuat Greum teringat di hari dia terbangun di tengah-tengah api tanpa memiliki ingatan. Rasa dingin sekaligus panas yang membara. Tanpa bisa menggerakkan tubuh, pemuda kecil yang sekarat berusaha bersuara untuk meminta pertolongan. Ingatannya tak berbentuk, entah membeku karena salju atau terbakar oleh api tanpa sisa.

Jika memang ingatannya terbakar, mustahil Greum bisa mendapatkan kembali ingatan di masa lalu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro