PROLOG
Butiran air dari langit kelabu berlomba-lomba membasahi tanah. Aku menatap dua timbunan bertabur bunga di hadapan dengan mata basah. Angin menggoyangkan rambut, hingga menampar lembut pada wajah.
Roberto mendesah, menatap langit di Magnolia Springs yang kelabu di antara suara rinai hujan. Ekor mataku menangkap gerakannya saat perlahan menggamit di lengan. Kusadari orang-orang ternyata sudah meninggalkan area pemakaman.
Aku tersadar kini hanya tinggal berdua dengannya. Roberto mengajakku berjalan perlahan menuju mobil sambil terus memegangi payung hitam untuk kami berdua.
"Aku tak bisa menghubungi keluarga Garcia, maksudku, keluarga mamamu. Pilihanmu hanya ada aku, adik papamu satu-satunya. Ikut dan tinggallah bersamaku. Akan ada nenek, dan saudara-saudaramu di Pasific Heights. Jangan pernah merasa sendiri, Lizzy. Kau memiliki kami, keluarga Carlton."
Kepalaku mendongak pelan, memandangi Roberto tanpa menghentikan langkah. Lelaki setengah baya itu masih terlihat awet muda dan tampan dari yang pernah kuingat saat kami bertemu ketika diperkenalkan sewaktu kecil dulu. Hanya terlihat sedikit kerutan samar di kulit wajahnya.
Kali ini adalah pertemuan yang kedua, yang ironis, justru dilakukan saat pemakaman kedua orang tuaku. Entah harus bersyukur atau sedih, tetapi aku cukup lega dia sempat datang untuk membantu mengurus dan menemani saat pemakaman.
Penerbangan selama kurang lebih empat jam setengah itu pasti tak mudah. Setidaknya bagi diriku yang tak pernah naik pesawat. Aku tahu persis dari penjelasan Papa dulu tentang bagaimana sibuknya Paman Roberto sebagai seorang pengusaha.
"Aku sebenarnya ingin mengajak para sepupumu ke sini, tetapi mereka baru akan kembali besok dari perkemahan. Jika kau ikut, kau akan bertemu mereka nanti. Kau akan punya saudara-saudara baru."
"Paman Roberto, aku mengerti. Aku bahkan tak mengira kau akan bisa datang ke sini mengingat kesibukan dan perjalanan yang menurutku cukup jauh dan melelahkan. Aku hanya mengingat pesan Papa bahwa kaulah satu-satunya kerabatnya yang harus kuingat dan bisa dihubungi jika terjadi sesuatu padanya. Karena itu, aku menyimpan nomor kontakmu di ponsel."
Roberto mengangguk. "Ya, aku pun tak mengira akan mendapat teleponmu justru saat sedang mengabarkan kecelakaan yang menimpa papa dan mamamu. Nenekmu bahkan histeris ketika aku terpaksa memberitahunya berita buruk itu. Dia terus mendesakku agar membawamu untuk tinggal bersama kami. Kau bersedia, bukan?"
"Lalu sekolahku ...." Aku mengingat teman-teman yang akan kutinggalkan seketika.
"Aku akan mengurus semuanya. Kau hanya perlu menyiapkan apa saja yang perlu kau bawa. Soal pakaian, tak perlu kau bawa semua. Keluarga Carlton memiliki banyak butik yang menjual busana-busana rancangan beberapa desainer ternama di dunia. Kau tak perlu takut kekurangan baju."
"Aku hanya akan merindukan tempat ini, teman-teman, dan para tetanggaku di sini ...." Kepalaku menunduk.
Rasanya sangat tak rela meninggalkan Magnolia Springs. Namun, aku juga tak mungkin tinggal sendirian di sini. Aku belum cukup umur untuk mandiri.
"Kita bisa mencobanya dulu, Lizzy. Jika kau tak betah, kau bisa bebas mandiri saat umurmu delapan belas tahun nanti."
Langkahku terhenti. Aku menangkap tatapan memohon darinya. Kuputuskan untuk mengangguk kemudian. "Baiklah. Aku akan mencobanya, Paman."
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro