Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 11

Aku membalikkan tubuh berulang-ulang ke kanan dan kiri. Bantal dan guling bahkan beberapa kali berubah posisi. Selimut pun kena tendangan dan terlempar, lalu kuambil lagi. Tetap saja, mataku menolak untuk dipejamkan meski waktu sudah memasuki dini hari.

Cerita Amanda tadi sore terus terngiang dalam ingatan. Benakku penuh dengan sejumlah pertanyaan.

Bekas luka di perut Leo, itu ternyata hasil perbuatan Niel? Kenapa mereka bertarung sampai seperti itu? Apa sebabnya? Mike memang tak mau mengatakan pada Amanda atau karena ia tak tahu alasan sesungguhnya?

Bagaimana jika Niel dan Leo saling tahu bahwa mereka sama-sama telah menyentuh bibirku? Akankah itu membuat mereka berkelahi lagi?

Leo dan Mike sepertinya sangat rajin menghabiskan waktu di ruang fitness. Mereka juga berlatih tinju dan bela diri. Niel berlatih juga? Kapan? Di mana? Ia melakukan apa saja selain membaca buku saat di rumah?

Ia belajar ciuman dari mana? Bukankah cowok itu tak pernah pacaran? Apa isi kamarnya? Dia sering membaca buku apa? Apa mungkin cowok itu menonton sesuatu secara diam-diam?

Aku terlonjak saat ponselku mendadak bergetar. Kulihat nomor di layar. Baru kusadari, hanya nama Roberto yang tersimpan di kontak sebagai satu-satunya anggota keluarga Carlton.

Siapa yang tahu nomorku di sini selain Amanda dan Roberto? Dini hari pula. Apa mungkin Nenek? Mike? Leo? Atau Niel?

Kuperhatikan foto profilnya yang sedikit buram dan samar. Sepertinya itu gambar burung.. Mataku spontan melebar saat semakin mengamati dengan teliti..

Owl? Niel!

Setengah ragu, tetapi penuh harap, kuputuskan untuk menjawab panggilan itu. Aku pun menekan tombol jawab.

"Ha ... lo?" Aku menggigit bibir, menanti dalam debar. Bersiap mendengar suara yang ingin kudengar. Jika yang kuduga benar.

"Hai, Ratu Semut Api."

Meski suaranya terdengar serak, aku bisa mengenalinya. Lagi pula, hanya dia yang memanggilku seperti itu.

Tanganku segera menutup mulut yang hampir saja menjerit histeris penuh kegembiraan. Aku mengingatkan diri untuk menyimpan nomor kontak Niel nanti.

Niel. Itu benar dia. Tak pernah kusangka, ia akan meneleponku. Dini hari. Wow.

"Niel, kau tahu ... ini jam berapa, bukan?" Bibirku berkedut menahan senyuman.

"Hmm ... aku memikirkanmu ... tidak bisa tidur."

Aku berteriak tanpa suara. Tanganku mengepal memukul-mukul udara. Kugigit jari telunjuk sambil berusaha mengendalikan senyuman. Jantung semakin berdentum tak karuan.

"Apa yang kau pikirkan? Kukira kau tak mau melihatku lagi."

"Maaf soal ... di mobil waktu itu. Maaf juga .... sudah mendiamkanmu. Aku sibuk berpikir. Mencari tahu ...tentang perasaanku. Tadinya ... setelah pulang, aku akan mengajakmu bicara. Namun, saat Leo dan Mike menjemputku, kau tidak ada. Mereka bilang ... kau pergi bersama Amanda ... dan akan menginap di rumahnya."

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Soal kejadian di mobil. Aku ingin tahu ... bagaimana perasaanmu."

Mataku mengerjap. Jika aku berpacaran dengan Niel, apakah itu mungkin? Lalu bagaimana dengan Leo? Akankah dia bisa menerima?

Jika Leo marah, lalu memberitahu Niel tentang yang terjadi antara kami, bagaimana? Apa mereka akan bertarung lagi?

"Kau dulu katakan padaku. Apa yang kau rasakan?" Aku menunggu dalam harap-harap cemas sambil memikirkan apa yang akan kukatakan.

"Aku mencari tahu .... pernikahan antara sepupu diperbolehkan ... di beberapa negara, termasuk New York ... dan California."

Aku teringat ucapan Amanda saat di pantai. Sepertinya cewek itu memang memiliki bakat khusus.

Niel terdengar sangat serius. Tanpa dia bilang cinta pun, aku bisa merasakan ia sungguh ingin bersama denganku.

Bagaimana bisa hanya dengan satu ciuman, dia seketika mengubah pandangannya tentang cewek? Ia bahkan berpikir langsung begitu jauh tentang pernikahan.

"Lalu?"

"Jadi, aku ... ingin mencoba ... menjalin sebuah hubungan ... denganmu."

"Bukankah kau anti cewek?"

Kudengar suara tawa kecilnya, diikuti erangan lirih yang serak. Ya Tuhan, kenapa cowok itu terdengar sangat seksi?

"Ah, please, don't say that." Ia terdengar mengembuskan napas panjang. "Ratu Semut Api, apa kau mau mencobanya denganku juga?"

"Bagaimana dengan Paman dan Nenek? Akankah mereka mengizinkan dan merestui?"

"Aku hanya ingin mendengar pemikiranmu dulu. Aku mau tahu apa jawabanmu. Masalah dengan mereka, kita pikirkan bersama nanti. Maksudku, kita mungkin tak bisa menikah sekarang. Paling tidak, tunggu kau berumur delapan belas, baru kita bicarakan dengan keluarga kita. Soal menikah, tunggu aku lulus dan bekerja dulu."

"Kau serius? Maksudku, tentang semua yang kau katakan tadi. Bagaimana jika hubungan kita ternyata tak berhasil?"

"Setiap tindakan atau keputusan ... pasti ada konsekuensinya, Ratu Semut Api. Kita tidak bisa takut melakukan hal yang kita inginkan hanya karena kuatir akan kegagalan. Lagi pula, kenapa harus mencemaskan sesuatu yang belum terjadi?"

"Owl, ini benar kau? Kau benar-benar Nathaniel Carlton? Si Penggerutu Kutu Buku yang Anti Cewek?"

"Berhenti menggodaku, Ratu Semut Api. Kau tak tahu apa yang bisa kulakukan dengan mulutmu itu. Sejak awal melihatmu, aku hanya berpikir kau akan mendatangkan masalah. Sebenarnya hatiku lah yang bermasalah sejak kedatanganmu.

"Lalu tiba-tiba kita makan es krim berdua. Aku melihatmu begitu cantik menawan. Kau menggemaskan saat makan dengan lahap dan menjilati es krim. Tuhan, aku sungguh tidak bisa melupakan kejadian waktu itu. Aku seperti mendadak gila ... menganggap kita sedang kencan.

"Aku tak bisa mengendalikan diri dan melakukan hal yang kulakukan untuk pertama kali. Aku tidak menyangka ... Aku merasa bersalah, tetapi juga sangat senang. Mengingatmu membuatku terus tersenyum. Kau mengerti apa yang kukatakan ini, bukan? Aku pasti terdengar kacau."

Aku bisa melihat senyumannya saat mengatakan itu. Astaga. Apa mungkin seorang Nathaniel sedang jatuh cinta padaku? Bibirku pun mengembangkan senyuman. Kutarik kembali kata-kataku. Niel bukan bajingan. Ia benar-benar seorang pangeran. Pangeranku.

"Tunggu, bagaimana kau bisa mendapatkan nomorku?"

"Aku memintanya pada Papa. Saat memesan makanan, aku sempat mengiriminya pesan. Aku bilang sedang disuruh mengawalmu jalan-jalan, tetapi kau hilang. Aku meminta ia untuk mengirimkan nomormu agar bisa menelepon dan menemukanmu.

"Ia mengirimkan nomor beserta omelan bahwa aku teledor sekali dan tidak boleh pulang sampai aku menemukanmu. Ketika kita tiba di rumah, aku dapat omelan dari Nenek juga. Rupanya Papa mengadu padanya. Tak masalah. Yang penting aku berhasil dapat nomor ponselmu."

"Wow, cerdas sekali, Owl." Aku tertawa lirih sambil berpikir pamanku mungkn sangat sibuk sampai tak sempat meneleponku saat itu. Atau bisa jadi dia begitu percaya Niel pasti dapat menemukanku..

"Hmm, aku justru berpikir jatuh cinta ternyata bisa membuat akal sehat berkurang, tetapi keahlian berpikir bertambah kreatif." Ia tertawa dalam suara serak yang lirih. "Ratu Semut Api, kau memberiku kutukan apa? Kenapa dalam sekejap aku seakan kehilangan diriku sendiri karenamu? Even now, I'm feeling so lost without you. I miss you."

Astaga. Wajahku memanas. Bibir bahkan tak henti terus mengembang. "Kau ternyata perayu ya?"

"Hanya kepadamu. Ini pelayanan sangat spesial untuk Ratu Semut Api."

Tawa kecil lolos dari bibir. Ada sesuatu yang membuncah di dada. Rasanya tak bisa aku tahan lebih lama.

"Owl ...."

"Hmmm? Ya, Ratu Semut Api, katakan ... apa titahmu untukku?"

Aku menarik napas dalam-dalam, mengembuskannya perlahan. Tanganku memegangi dada seakan mencoba menahan detak jantung yang semakin menggila. "Mari kita coba."

Hening sejenak. Aku menduga-duga apa yang akan dikatakan oleh Niel.

"Ratu Semut Api, aku milikmu mulai sekarang."

*** 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro