Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The Best Part. 14

Hari libur, Afkar cs pergi ke puncak untuk liburan. Lumayan, meski libur sekolah dua hari--Sabtu dan Minggu--setidaknya itu membuat otak mereka segar kembali. Di pertengahan bulan Oktober ini, hanya tersisa dua bulan lagi menjelang akhir tahun, lalu masuk ke semester akhir. Di mana, semester akhir masa SMA itu akan ada Ujian Nasional.

Mereka berempat jarang sekali berlibur seperti ini. Mereka seringnya merencanakan sesuatu, tapi berujung wacana semata. Namun, kali ini tidak, karena tidak direncanakan.

Ini semua karena ide Misbah malam tadi. Pukul 19.30 menit, lelaki itu mengajak Afkar, Raka dan Ganda untuk berlibur ke puncak. Dengan iming-iming 'kalau tidak sekarang, kapan lagi?', jadilah ketiga temannya itu setuju.

Tidak sampai situ, malamnya mereka menginap bersama di rumah Afkar. Tidur pukul 11 malam. Sebelum tidur, mereka berunding dulu. Musyawarah mufakat terjadi saat itu juga di dalam kamar Afkar. Mereka membahas dari mulai penginapan, kebutuhan, dan yang lain. Beruntungnya Misbah yang mengajak mereka memang mempunyai saudara di puncak, jadi tidak akan kesusahan untuk mencari penginapan nantinya.

Baik Umma atau Tisya, tidak merasa keberatan saat teman-teman Afkar menginap. Itu sudah biasa terjadi. Toh, mereka juga menginap tidak macam-macam. Mentoknya, Raka yang menggoda Tisya--bermaksud memanasi Afkar.

Pagi ini, setelah sholat subuh berjamaah, mereka berangkat menggunakan mobil Afkar. Di antara mereka berempat, yang usianya paling tinggi adalah Misbah, lalu disusul Ganda, Afkar dan yang terakhir Raka. Namun, yang lancar menyetir mobil adalah Afkar dan Ganda. Sedangkan Misbah dan Raka, lancar mengoceh saja.

Di dalam mobil, Afkar yang menyetir. Lelaki itu memakai hoodie maroon dan celana cream selutut. Di sampingnya ada Ganda yang memakai celana training panjang dan jaket hitam. Di kursi belakang ada Misbah dan Raka yang sudah couple-an memakai kaus hitam dan celana selutut warna hitam. Tidak tertinggal ada topi yang dua sejoli itu pakai.

Sungguh, awalnya Afkar dan Ganda menyuruh mereka berdua untuk memakai jaket atau hoodie, tapi ditolak mentah-mentah dengan kompak oleh mereka.

"Cowok yang pakai kaus hitam, celana hitam, topi hitam, fiks gantengnya gak nahan," ucap Misbah dan Raka dengan kompak.

Afkar saat itu langsung membalas, "Gantengnya nggak, kayak maling iya."

Ganda terbahak setelahnya.

Dan di sinilah mereka, di dalam mobil yang berisik. Masih petang, tapi semangat Misbah dan Raka sudah membara sekali. Ganda ingin tidur lagi sebenarnya, tapi Afkar mencegah. Beralibi jika lelaki itu akan mabuk di dalam mobil karena melihat kelakuan kedua temannya yang lain.

"Eh, Ka, lo dicariin tuh sama Lily. Ngedm gue kemarin." Misbah menampar paha Raka. "Gue kaget, dong, Ka. Setelah tiga bulan, dia baru nongol lagi, dan tebakan gue bener, dia nyariin elo!" rocosnya dengan menggebu. Raka mengenyahkan lengan Misbah yang ada di pahanya.

"Enyahkan tangan dosamu itu, Nak." Raka bergidik. Misbah sontak melotot tidak terima. "Tangan lo juga penuh dosa, Kambing!" semburnya.

Ganda tertawa di tempatnya, sedangkan Afkar terkekeh sambil melirik Misbah dan Raka dari kaca kecil di atas yang menggantung. Kelakuan teman-temannya memang tidak ada duanya. Ada saja yang akan didebatkan.

Menyodorkan ponsel pada Raka, Misbah kembali bercerita, "Tanya-tanya tentang lo gitu. Katanya, "Raka apa kabar, ya? Emm, semoga selalu sehat" gitu. Emangnya waktu pacaran sama dia lo gak waras gitu? Sumpah, kalian kenapa putus, sih, kalau masih sama-sama sayang?"

Raka menyimak dm antara Misbah dan mantan pacarnya itu. Ketika celetukan dari bangku kemudi terdengar, ia mendongakkan kepalanya. "Sama-sama sayang kalau terjerat dalam lubang dosa dan gak satu frekuensi, buat apa, Mis?" Yang membuat Misbah langsung bungkam.

Ganda menyerongkan badannya agar bisa menoleh dengan leluasa ke belakang. Celetukannya tadi berhasil membuat Raka menjadi pias. Ia merebut ponsel milik Misbah dari tangan Raka. Lalu mulai membaca dm dari mantan pacar temannya itu.

Beberapa saat menyimak, ia bertanya, "Ka, lo gak akan goyah, kan?" Afkar sempat miliriknya sejenak, lalu fokus pada jalanan kembali.

Misbah mengambil ponselnya. Raka mengerjap dan berdeham. "Ngga, Da. Dia yang memutuskan untuk pergi, kenapa juga gue yang goyah kalau dia kembali? Bukannya perjalanan kita masih panjang? Jangan berhenti berlayar atau singgah ke pulau, sebelum kita benar-benar sampai di pelabuhan?" Ditepuk pelan bahu Raka oleh Misbah. "Itu, kan, yang pernah kalian bilang?" lanjutnya.

"Nggak usah pusing masalah asmara, Ka, bisa lo pikirin lain hari selain hari ini dan besok. Saatnya liburan, sebentar lagi ujian numpuk di depan mata," ucap Afkar akhirnya membuka suara.

Lantas, Misbah langsung bersorak heboh. Menyuruh Ganda menyalakan musik. Raka tertawa dengan perasaan gamang. Afkar, Ganda dan Misbah memang bisa berkata demikian karena mereka memang tidak pernah merasakan apa yang ia rasakan. Tapi, setidaknya dengan adanya kehadiran mereka bertiga, hidup Raka menjadi lebih baik lagi.

Mereka sama-sama melengkapi. Mereka sama-sama ada di garis terdepan ketika salah satu di antaranya sedang merasa gagal, merasa salah, merasa butuh bantuan, dan merasa butuh didengarkan.

...

Sejak pagi mereka menikmati pemandangan puncak yang sangat menyejukkan. Hingga malam tiba, barulah mereka memutuskan untuk membakar jagung dan sosis. Hmm ... Mungkin seperti barbeque? Ah, apalah itu tidak penting. Asalkan bakar-bakaran.

Maksudnya, bakar jagung dan sosis saja, yang ada hanya dua bahan itu saja.

Afkar sedari tadi sudah stay di depan arang untuk membakar jagung dan sosis. Sedangkan ketiga temannya yang lain, sibuk menyiapkan bahannya. Ganda datang membawa piring berisi sempat buah jagung yang sudah dilumuri oleh margarin.

Bahan-bahan itu sudah disiapkan oleh saudara Misbah yang mengurus villa tempat mereka menginap. Pokoknya masalah makanan beres, mereka cukup menikmatinya saja.

Misbah dan Raka masih sibuk menusuk sosis-sosis ke tusukan sate. Dan jangan lupakan kalau mereka sedang ribut tidak jelas.

"Lo nusuk sosisnya satu aja kali, Mis, ini satu aja udah penuh satu tusukan sate, apalagi dua?" papar Raka sambil menunjuk sosis yang sudah ia tusuk ke tusukan sate pada Misbah.

"Kumaha urang weh," balas Misbah. (Gimana aku aja)

Ganda tertawa dengan Afkar. "Baru sehari di tanah Sunda, udah gaya ngomong sunda aja. Apalagi dua, tiga, bahkan berbulan-bulan, mungkin udah jadi anak Sunda banget," ucap Ganda. Ia dan Afkar mulai membakar jagungnya.

"Misbah, kan, emang kebanyakan gaya," celetuk Afkar. Tangan kanan memegang kipas dan tangan kirinya memegang batang jagung.

Raka tertawa puas. Misbah mendengus, lalu menggigit sosis. Tawa Raka lenyap saat itu juga. Dengan gaya psyco, ia mengacungkan tusuk sate itu ke depan wajah Misbah. "Kalau lo berani makan tuh sosis lagi sebelum dibakar, gue tusuk ya bibir lo sama ini?" ancamnya.

Misbah memundurkan wajahnya. "Muhun, Kang, punten nya, becanda atuh," katanya.

Membawa piring berisi sosis yang sudah ditusuk, Raka menjauhi Misbah yang mengunyah sosis sisaan tadi yang temannya itu makan sambil mengayunkan kaki ke belakang dan depan karena duduk di bangku panjang.

Raka bergabung dengan Afkar dan Ganda. Afkar melirik ke Misbah sejenak, lalu menoleh pada Ganda dan Raka yang duduk menghimpitnya. "Sstt," bisiknya mengundang tatapan bingung dari kedua temannya.

Afkar menarik senyum tipis, mirip seringai. "Kerjain. Diem di sini dan makan jagung sama sosisnya. Biar aja tuh bocah kelaperan," tuturnya.

Raka mengacungkan jempol dengan semangat. Ganda terkekeh tanpa suara.

Afkar memang mudah marah, tapi jika julid, tidak ada tandingannya.

...

"BUNDA! MISBAH MAU NGOMONG KASAR RASANYA!"

Lalu dengan kompak ketiga temannya menyaut, "KASAR!"

Kepala Misbah mau pecah rasanya.

Misbah menyeruput kopi hitamnya dengan pelan. Lalu menggigit roti dengan gerakan kasar. Melirik ketiga temannya yang memasang wajah tanpa merasa bersalah.

"Asem banget itu muka kayak asem jawa," ucap Raka melirik Misbah sebentar.

"Namanya asem ya pasti asem," timpal Afkar sambil menatap layar ponsel.

"Apalagi asem jawa, pasti bener-bener asem," lanjut Ganda ikut menyaut.

Misbah mendengus. "Kalian toge," ungkapnya dengan sedih.

Pasalnya, tadi Misbah tetap diam duduk di bangku panjang itu tanpa ikut bergabung dengan ketiga temannya yang lain. Tahu-tahu, ketika perasaannya ganjal karena mereka tidak kunjung selesai membakar jagung dan sosis, ternyata sudah dimakan habis oleh ketiganya.

Misbah, kecolongan! Teman durjana!

Jadilah di sini mereka berempat, di dalam kamar dengan Misbah yang menyeduh kopi sambil menggerutu. Wajahnya menekuk. Layaknya bayi besar yang marah karena kelaparan.

"Kita manusia." Raka menyaut sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Bermain ponsel.

"Manusia durjana!" tandas Misbah.

Sontak Afkar, Raka dan Ganda tertawa.

Manusia durjana adalah manusia paling jahat.

Misbah baper rupanya.

...

Muhun = Iya

Seneng gak aku update double gini gais???

Sengaja aku full part Afkar cs, biar kalian makin pahan karakter mereka gimana

Ditunggu vote dan komen segudangnya yaa😍

Indramayu, 24 agustus 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro