~7: Tenshi dan Pemimpin Rebellion ~
Sudah beberapa hari ke-16 pemuda asing entah darimana tinggal di dorm milik Idolish7, sejujurnya mereka bisa tinggal di tempat lain namun itu sedikit beresiko mengingat ke-16 pemuda itu mirip sekali dengan para idols yang sedang naik daun.
Bisa-bisa mereka di kira sebagai idol hanya karena fisik mereka mirip dengan yang asli, pada akhirnya mereka tinggal di dorm Idolish7 sementara waktu. Untung saja lantai ketiga dari dorm tersebut masih kosong sehingga cukup untuk menampung 16 mahkluk aneh itu.
Dan suasana pagi semakin ricuh di dorm tersebut, suara teriakan, benda jatuh dan sebagainya menjadi latar untuk mengawali pagi yang cerah namun sedikit berawan. Seperti biasa mereka semua sarapan dan para idola akan berangkat bekerja, sisa mahkluk asing tersebut hanya akan berada di dorm dan tidak diizinkan keluar.
Para member mengkhawatirkan kondisi dorm mereka saat akan pulang, mungkin akan sangat berantakan dan seperti tidak terurus namun semua tidak seperti itu.
Ketika mereka bertujuh kembali dorm selalu dalam keadaan biasa, tidak ada yang rusak, hancur dan sebagainya. Mungkin ke-16 pemuda itu cukup tahu diri tentang tinggal di tempat orang.
Atau mungkin, sebenarnya mereka tidak mengenal. Member Idolish7 merasakan perbedaan yang berbeda dari ke 16 pemuda itu, seperti mereka mempunyai kubu mereka masing-masing dan itu terbagi menjadi 4 grup.
"Apa kalian semua tidak saling mengenal?.."
Atensi beralih menatap surai silver dengan manik seperti lavender. Fuuga yang tengah asik memandangi televisi— ia menyebutnya sebagai benda aneh berbentuk kotak pun menatap Osaka Sogo.
"Aku mengenal Libel-san dan Cura-san."
"Maksudku.. yang lain seperti Vida-san dan rekan-rekannya. Apa kau akrab dengan mereka?.."
"Tidak. Mereka bertiga adalah pemuda yang hanya memikirkan perut saja."
Kepala cream nya kembali menoleh ke arah televisi, tengah asik menonton tayangan yang tidak pernah dia tonton sama sekali. Sogo menoleh ke arah sekitar, hanya ada beberapa orang di ruangan itu dan akhirnya tatapan mengarah pada Konoe.
"Konoe-san. Dimana Kuon-san dan Kabane-san?"
".. ah. Kuon-san berada di belakang—itu taman belakang bangunan ini, bersama Arme-kun. Untuk Kabane-sama, dia berada di kamar."
Pintu ruangan itu terbuka menampilkan sosok berambut merah, ia berjalan masuk dan mengambil satu buah kursi entah untuk apa.
"Riku-kun--"
"..ah. boleh aku meminjam kursi ini?.. aku akan mengembalikannya ke tempat semula nanti."
"..Kuon-san. Baiklah.."
Sekarang Sogo tidak bisa membedakan mana Nanase Riku dan Kuon, pasalnya Kuon memakai pakaian yang sama dengan milik Riku akibat tubuhnya dan Riku yang memiliki ukuran sama.
Celana panjang dengan kaos putih polos dan jaket abu-abu milik Riku membuat Kuon tampil seperti Riku, yang membedakan hanya perban di leher dan tindikan anting emas di telinga Kuon.
Kuon membawa bangku tersebut ke taman belakang dorm, disana terdapat Arme yang tengah memegang sesuatu dengan kedua telapak tangannya. Entah apa yang dilakukan dua pemuda bergelar Tenshi ini.
"Kuon-san.."
Kuon menaruh bangku itu di depan pohon besar yang ada di dorm, menaikin bangku tersebut dengan hati-hati lalu mengambil anak burung dari tangan Arme. Dengan perlahan menaruh nya kembali ke sarang burung yang berada di batang besar pohon tersebut.
"Kau sudah aman, burung kecil.."
"Ini pertama kalinya aku memegang seekor burung di tangan ku. Biasanya aku hanya melihatnya di dalam kamar."
Kuon turun dari kursi tersebut dengan perlahan lalu menatap Arme tanpa ekspresi, Arme pun membalas tatapannya.
"Pasti sulit untukmu berada dalam suatu ruangan kosong, seperti seekor burung yang terkurung dalam sangkar emas. Tidak dapat keluar walau sudah memohon untuk di bebaskan."
Arme menatap Kuon dalam diam, hembusan angin kecil menerbangkan helaian rambut keduanya. Kali ini perkataan Kuon hampir mirip dengan kehidupannya di Ark.
Ia selalu berada di ruangan serba putih, tidak di izinkan keluar atau bertemu dengan orang selain sang pemimpin gereja dan salah satu prajurit Unity Order, Qual.
"Kuon."
Nada bicara yang dingin itu, Kuon mengenal nya, lantas ia menolehkan kepala dan benar saja dugaannya. Terdapat Kabane berdiri menatap dirinya dan juga Arme.
"Ya, Kabane?"
Kuon membalas panggilan Kabane, ini sudah kedua kalinya setelah 500 tahun lebih keduanya saling diam tidak berani bercengkrama, untuk bertatapan saja enggan. Terakhir keduanya berbicara saat sebelum terbawa oleh portal aneh di atas sungai.
Kabane memanggil nama Kuon dengan lantang, raut wajah pemuda itu tetap datar seperti biasa namun Kuon mengerti, ada hal yang ingin di sampaikan Kabane langsung padanya dan itu tidak bisa melalui Konoe.
"Arme.. bisakah kau membawa bangku ke tempat semula? Aku harus berbicara dengan Kabane."
Arme menganggukkan kepalanya dengan cepat, entah mengapa dia cukup bersemangat hari ini, mungkin karena pertama kali dalam hidup ia dapat keluar dengan bebas seperti ini.
Melihat dedaunan, memegang seekor anak burung kecil yang tampak rapuh, melihat serangga-serangga kecil seperti semut dan sebagainya yang ia pelajari dari Kuon.
Ia melihat Kuon yang pergi ke dalam mengikuti Kabane, dan akhirnya ia sendiri di taman kecil itu. Arme memilih duduk di rerumputan, tak peduli jika pakaiannya akan kotor atau berdebu.
"Hei."
Mendengar suara seseorang ia lantas menoleh ke belakang, berdiri pemuda bersurai silver dengan wajah yang cukup tegas dan aura kemimpinan yang kuat. Ia menebak lelaki itu adalah Libel, ketua dari Rebellion.
Libel mendekat ke arahnya lalu duduk di sebelah Arme, namun Arme sedikit menjauh dari lelaki berambut silver tersebut. Ia merasa harus menjauh karena Rebellion merupakan organisasi pemberontak Daratan, bisa saja dirinya saat ini sedang menjadi incaran ketua dari grup tersebut.
"Kau Arme, bukan? Mungkin kau sudah tahu siapa aku. Tenang saja, aku tidak akan melakukan apapun."
Perkataan Libel cukup bisa di percaya, namun tetap saja ia harus waspada. Saat ini mereka semua tengah berada di suatu tempat yang tidak mereka ketahui, mereka tidak bisa mempercayai siapapun disini.
"Kau sedang apa sendiri disini?"
"Ah itu.. aku disini bersama Kuon-san tadi, tapi dia dipanggil Kabane-san. Sepertinya ingin membicarakan sesuatu.."
Keduanya kembali berkawan dengan sepi hanya terdengar suara gersik daun yang terkena hembusan angin, hari yang cukup cerah.
Tentu saja suasana tenang ini sangat berbeda dari tempat asal mereka berdua, sepertinya mereka tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menikmati suasana seperti ini setiap hari. Melupakan konflik antara Daratan dan Ark yang terjadi bertahun-tahun.
"..aku ingin tinggal disini.."
"Huh?"
"Kau tahu.. suasana damai dan tenang seperti ini yang selalu aku inginkan, di Ark mungkin sama tapi itu berbeda. Aku tidak di izinkan keluar seperti ini, menginjakkan kaki di rerumputan hijau dan menikmati hembusan angin yang menyegarkan."
Libel memandangi wajah Arme yang sedikit menyendu, dapat terbayang bagaimana rasanya hidup dalam ruangan selama bertahun-tahun tanpa mengetahui bagaimana dunia luar.
Kadang ia berpikir, apa warga Ark pernah menganggap bahwa Tenshi juga seorang manusia? Mereka butuh kebebasan dan menjalani hidup mereka sendiri, terlepas dari tradisi aneh Ark.
"Pasti sangat sulit bagi mu. Seperti seekor burung yang terjebak dalam sangkar."
"Kuon-san juga mengatakan hal yang sama, ia berkata seperti itu seolah dirinya pernah merasakan hal yang sama denganku. Seolah dirinya dulu adalah seorang Tenshi."
Tidak ada yang tahu mengenai Tenshi sebelumnya, Arme sendiri pun tidak tahu siapa orang yang bergelar Tenshi sebelum dirinya. Apa orang itu masih hidup? Atau mungkin dia sudah tiada?
"Mungkin saja dia pernah bertemu dengan salah satu Tenshi yang kabur.."
Arme menolehkan kepala menatap Libel yang juga tengah menatapnya, manik abu-abu dengan keemasan bertemu.
"Kuon, Kabane, dan Konoe. Aku tidak pernah mendengar nama mereka sepanjang aku hidup menjadi pemimpin Rebellion, nama mereka asing di telinga ku. Prajurit Unity Order, Pemimpin Gereja Nerve saja tidak tahu siapa mereka dan darimana asalnya."
"..kau benar. Aku mendengar jika Ethernea-sama tidak tahu siapa ketiga orang itu. Ku pikir mereka berasal dari Daratan, tapi kalau kau juga tidak pernah mendengar nama mereka tersebut berarti mereka bukan dari sana."
"Ketiga orang itu cukup misterius, tidak ada yang tahu siapa mereka."
Arme menganggukkan kepalanya, manik emas menatap hamparan langit biru yang indah dengan burung-burung berterbangan.
Ia sudah bertekad, selama dia berada di tempat ini, Arme akan menikmati waktunya disini. Setidaknya saat dirinya kembali lagi, kembali terkurung di dalam ruangan serba putih tersebut ia masih dapat menyimpan memori tentang dunia di dalam kepalanya.
Dan itu tidak akan hilang sampai kapan pun.
--------------------------------------------
Yakk~ akhirnya up juga~ Kuon dan Kabane seperti sepasang kekasih gang baru bertemu yaa?~ UwU
Jaa. Silahkan vote dan komen, kritik atau saran juga boleh.
Sampai jumpa ~👋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro