Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

~4: Meeting part 2~

Tenn terus menerus berpikir keras, bahkan dirinya tidak menyentuh mangkuk ramen yang sedari tadi berada di depannya. Ia masih memikirkan ketiga orang asing tadi, menerka siapa mereka sebenarnya.

Re:Vale kebingungan dengan sikap Tenn, sebenarnya mereka tahu apa yang Tenn pikirkan.

"Sudahlah Tenn-kun. Mungkin mereka hanya orang asing yang kebetulan mirip dengan Riku"

"Aku tahu Yuki-san tapi orang itu sangat-sangat mirip bahkan sama dengan Riku. Orang-orang pasti mengira mereka adalah Nanase Riku, bagaimana jika ada berita aneh tersebar tentang mereka bertiga?"

Yuki paham apa yang di maksud Tenn. Orang-orang asing itu sangat mirip dengan ketiga Kouhainya bahkan para penggemar mereka pun percaya jika itu adalah sang idola.

Bukan mirip tapi sama. Dari segi wajah bahkan warna mata dan rambut serta tinggi tubuh mereka yang sama, itu tidak menutup kemungkinan jika mereka memang bukan hanya sekedar mirip.

"Tapi Yuki. Tenn benar, dia benar-benar mirip Riku, Iori dan Touma. Aku saja sampai tertipu"

"Momo. Semua orang didunia ini ada yang sama bahkan sampai di kira kembar, mungkin mereka hanyalah orang dari luar negara ini dan berlibur ke Jepang"

Apa yang di katakan Yuki memang masuk akal tapi negara mana yang mempunyai style pakaian yang aneh seperti tadi? Pakaiannya itu seperti pakaian yang bukan ada di zaman ini atau pun zaman dulu.

"Sudahlah Tenn-kun. Lebih baik kita selesaikan makan lalu kembali ke dorm masing-masing. Aku yakin kau lelah"

"Baik Yuki-san"

Tenn menuruti perkataan Yuki, ia lantas memakan ramen yang masih utuh di mangkuk tersebut dan mencoba melupakan masalah tadi.



"Um.... Ethernea-sama.. kita dimana?.."

"Entahlah aku pun tak tahu"

"Ck. Kenapa mereka terus memandangi kita? Reue-san. Boleh ku tembak mereka semua?"

"Jangan bertindak gegabah Schau"

"Baiklah. Jika mereka sudah kelewatan ku tembak ya?"

"Silahkan"

Sekumpulan orang itu berjalan dengan pelan dan tak menghiraukan tatapan seperti memangsa dari sekumpulan gadis di sekitar mereka.

Si surai mint terus menerus berdiri disebelah surai kuning, ia tampak tak nyaman dengan tatapan itu.

'mereka seperti warga Ark saat menatap ku beberapa saat lalu..'

Dirinya tak nyaman dengan tatapan dan perhatian itu, ia terbiasa menyendiri dan tak menjadi pusat perhatian.

"Tenshi-sama. Anda baik-baik saja?"

"U-uhm...aku baik. Misericorde-san.. o-omong-omong.. kau tahu kita dimana?.."

Surai kuning yang di panggil Misericorde menggeleng pelan tanda tidak tahu, dia menatap tajam ke sekelilingnya--berusaha menenangkan jeritan merusak telinga dari para gadis itu tapi dirinya malah membuat jeritan itu semakin keras dan bersemangat.

"Tcih! Reue-san! Izinkan aku menembak mereka semua?!"

"Kyaaaaaa Sogo-kun keren!!!"

Bukannya takut dengan ancaman tersebut, para gadis itu malah memfoto Schau dengan ponsel. Mengabadikan momen marah yang ia rasa itu bukanlah hal yang harus di ributkan.

"Schau.. kau menambah masalah.."

"Tcih!"

Mereka kembali berjalan dengan cepat, berusaha kabur dari lautan gadis penggemar itu.

Tapi tidak ada satu pun wanita yang berhenti mengikuti mereka, entah apa yang membuat mereka sampai di kelilingi lautan gadis itu. Apa karena pakaian? Atau hal lain?

"Mereka membuat ku takut...."

"Apa anda tak apa Tenshi-sama?"

"Aku baik, Qual"

"Mou!! Mereka itu kenapa sih?!"

"Leiden. Tenang, kau jangan membuat mereka bertingkah gegabah"

"Ka-kalian...."

Mereka yang tengah berjalan tetiba berhenti karena merasa terpanggil. Di hadapan mereka berdiri lima orang yang terlihat berbeda.

Riku dan Iori yang berdiri di belakang ketiga orang dari mereka merasa terkejut bahkan heran.

"Na-Nanase-san.... Kenapa Osaka-san memegang.... senjata api?.."

"Ja-ja-jangan tanya aku... A-aku baru melihatnya..."

Riku dan Iori sama-sama terdiam, salah satu orang yang mirip dengan teman se-grup mereka tiba-tiba ada di hadapan mereka seraya membawa senjata api. Bukan kah itu menyeramkan?

Sementara Para Kokujohyako hanya menatap mereka tak suka, ada rasa di dalam hati ingin mengajak mereka bertarung tapi apa daya senajata mereka tertinggal di Ground.

'bisa-bisanya kita lupa bawa senjata?!!' -VidaHorcaPlacer.

Schau dan Qual maju ke depan, mereka berusaha melindungi sang Tenshi dari para pemberontak yang saat ini ada di hadapan mereka.

Perang tatapan dingin pun di mulai, Perwakilan dari Unity Order yaitu Qual Dan Schau menatap mereka sangat dingin begitupun dengan para Kokujohyako.

"Kyaaaa! Tsunashi-san Kakkoi!!"

'Apa mereka tidak bisa melihat bahwa kelima orang ini sedang ingin saling membunuh?!' -Riku&Iori

Para penggemar sepertinya mulai menggila hanya dengan melihat sekumpulan orang ini. Riku masih berpikir, berasal dari mana mereka dan bagaimana cara mereka bisa sampai di tempat ini?

Riku kembali mengingat apa yang di katakan Horca beberapa saat yang lalu, pemuda bersurai coklat itu mengatakan jika dirinya dan kedua partnernya berasal dari suatu tempat bernama Ground.

Dan disana terdapat sebuah kebijakan aneh dan terasa sangat tidak adil bagi Ground.

Lalu dia mengatakan jika ada sebuah Gereja di Ark yang bernama Nerve dan Ark di kendalikan oleh seseorang yang mereka sebut sebagai Tenshi.

Riku kembali melihat kumpulan orang yang berada di depan sana dan sedang bertatapan dengan para Kokujohyako. Manik Crimsonnya menangkap sosok pemuda bersurai mint yang tengah menatap takut kelima orang yang tengah saling memberi tatapan dingin.

Dia menangkap sebuah tanda aneh di tangan pemuda itu lalu ia teringat dengan kata Vida beberapa saat lalu yang mengatakan jika seorang Tenshi dari Gereja Nerve memiliki sebuah Tanda di tangan kanan mereka.

Tanda itu adalah tanda dari Gereja Nerve.

Riku langsung menarik lengan baju Iori yang masih menatap ke arah Vida dan kedua rekannya.

"Iori"

"Apa Nanase-san?"

"Kau lihat pemuda yang mirip Isumi-san itu? Kurasa dia adalah Tenshi dari tempat asal Vida-san dan yang lain"

Iori mengikuti arah tunjuk Riku dan dia benar-benar melihat sebuah tanda di tangan kanan si Surai mint itu.

"Ya kau benar. Jadi mereka benar-benar bukan berasal dari dunia ini?"

"Sepertinya iya. Kau lihat Vida-san dan orang yang mirip Tsunashi-san itu? Sejak kapan Tenn-nii punya dendam dengan Tsunashi-san, jadi itu bukanlah Tsunashi-san. Begitu pun dengan sisanya"

"Ya. Sepertinya kau benar. Sejak kapan Rokuya-san bisa menjadi dingin seperti itu? Sudah pasti dia bukan Rokuya-san"

"Kan. Terus Sougo-san juga, dia bukan Sougo-san yang kita kenal"

"Mereka semua bukan lah orang yang kita kenal, hanya mirip dan sama tapi sifat dan karakter mereka sangat berbeda"

Dor!!

Keduanya langsung menghentikan obrolan itu kala sebuah timah panas melewati keduanya, mungkin jika mereka sedikit memiringkan kepala ke arah kiri salah satu dari mereka sudah hanya tinggal nama.

Mereka menoleh kebelakang dengan patah-patah, melihat ke arah mana peluru tersebut mendarat dan yang menjadi korban adalah jendela mobil salah satu warga.

Suara tembakan tersebut menyita perhatian publik, kumpulan gadis yang tadi berteriak histeris langsung terdiam. Beberapa dari mereka terkejut bahkan sampai ada yang berwajah pucat.

Mereka kira Osaka Sougo hanya mengeluarkan ancaman main-main, ternyata dia memang benar-benar menembak dan kali ini mereka beruntung karena bukan salah satu dari mereka yang tertembak.

"Osaka.....-san.."

"I-I-Iori.... Di-dia bukan Sougo-san.... So-Sougo-san tidak seperti itu.."

Keduanya langsung menoleh kembali ke arah orang yang mereka kira Sougo. Dia terlihat habis membidik seseorang.

"Kau terlalu gegabah Schau"

"Sebenarnya aku ingin menembak mereka tapi dia berhasil mengelak. Cih"

Pemuda yang di panggil Schau itu menunjukkan Placer yang berdiri di belakang Vida, si Surai Brunette terlihat marah dan langsung maju, dia ingin memukul si es batu berjalan di hadapannya.

Namun dia dihalangi oleh Surai perak panjang yang dia sangka adalah pemimpin dari Unity Order.

Tatapan dingin pun di layangkan, terlihat aura kemarahan yang besar menyeruak dari keduanya.

"E-Ethernea-sama.. hentikan mereka... Nanti kita kena masalah.."

Manik emas Arme menangkap dua orang yang terlihat ketakutan berdiri tak jauh dari para Kokujohyako. Dia langsung berlari menuju kedua orang tersebut.

"Kalian!"

"Y-ya?"

"Kalian orang sini kan? Tolong hentikan mereka. Aku takut nanti akan terjadi sesuatu, Seperti perang atau pembantaian dan disini juga banyak orang"

"A-ah baiklah, kami akan--"

Dor!!

"HEI AWAS!!"

Bruk

Riku di dorong oleh seseorang dan berakhir jatuh ke tanah. Suara tembakan kembali terdengar dan kali ini untung saja meleset dan tidak terkena kepalanya.

Kali ini Schau benar-benar ingin menembak kepala Riku akibat berdekatan dengan sang Tenshi yang merupakan seseorang yang harus ia lindungi.

Riku mencoba membuka matanya, melihat siapa gerangan yang mendorongnya sampai ia terjatuh.

Saat membuka mata, manik senja itu mengecil. Tak percaya dengan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya.

"Kau tak apa?"

Riku diam tak menjawab pertanyaan orang di depannya ini. Dia masih tercengang dan mungkin tidak percaya bahkan dia berpikir jika dirinya berhalusinasi atau bermimpi.

"Hei... Kau baik? Mengapa wajah mu tampak tercengang seperti itu?"

"A....a...aku..."

"Ya?"

"AKU ADA DUA!!!!!!"


-------------------------------------

Makin ga jelas aja nih book.

Riku: seperti Authornya.

Momo: Riku kerasukan?

Kamu punya dendam apa sih sama aku Rik:(

Riku: dari cerita di atas aku hampir mati tau ga? Hampir kena tembakan Schau-san. Dua kali pula.

Tapi akhirnya ga kena juga kan:(

Kuon: sudah-sudah. Kasihan author kita.

Kuon baik dech~

Arme: a-ano.... Minna silahkan tekan tombol vote dan komen, la-lalu... Itu... Huwaaa Haruka!! Aku ga bisa! Gantiin!!

Haruka: aelah. Jadi vote dan koment jika mau, kritik ataupun saran juga ga masalah.

All: Bye-bye.

Bagus~ walau Armenya gugup.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro