Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

~2: Ark~

Surai hijau serupa daun mint itu bergerak mengikuti arah angin berhembus, manik kuningnya yang hampir sama dengan kilauan Emas terlihat sedang menatap hamparan langit biru yang indah dari jendela kamar.

Warna putih mendominasi ruangan tersebut, barang-barang mewah terpatri di dalam lemari kaca dan meja.

Ia terus menatap langit, memperhatikan burung-burung yang terbang bebas di sana.

Apa ia bisa terbang bebas seperti para burung itu? Melihat keindahan dunia yang selama ini ia dambakan? Apa ia bisa? Tidak terkekang oleh aturan dan tradisi yang selama ini selalu membelenggu kebebasannya.

Kriet~

Suara pintu terbuka mengalihkan atensinya. Ia masih tetap menatap ke arah langit--tak peduli dengan orang yang masuk ke kamarnya, karena ia sudah tahu siapa gerangan manusia yang berani membuka pintu kamarnya dengan sembarang tanpa mengetuk seperti tadi.

"Ada sesuatu yang anda butuhkan Ethernea-sama?"

Si Surai hitam dan putih hanya menatapnya datar si sosok pemuda yang tengah menikmati pemandangan langit tersebut.

Ethernea lah namanya. Pemimpin Gereja Nerve yang mengendalikan Ark beserta orang di dalamnya, pemuda yang menurutnya sedikit egois.

"Kau sedang apa Arme?"

"Melihat pemandangan"

"Apa kau tidak bersiap? Besok adalah hari festival dan kau harus muncul di festival tersebut"

Ya. Festival. Negeri ini selalu mengadakan festival setiap empat tahun sekali dan di setiap festival itu ia harus muncul di depan para warga.

Tenshi. Mereka semua memanggilnya seperti itu, walau begitu ia mempunyai sebuah nama. Arme.

"Ya. Nanti. Setelah aku puas melihat mereka"

Mereka yang ia maksud adalah para burung yang terbang di angkasa.

Merasa tak ada lagi yang perlu di perbincangkan, Ethernea keluar dari kamar tanpa suara. Arme masih setia pada posisi dan pandangannya.

Kriet~

Pintu kembali bersuara, tandanya ada seseorang yang kembali memasuki kamarnya. Ia masih menerka siapa yang memasuki kamarnya kali ini. Apakah itu Ethernea atau orang lain.

"Tenshi-sama.."

"Qual"

Ternyata yang mengunjungi kamarnya adalah Qual. Sang penjaga dan orang yang selalu melindunginya dari apapun.

"Mengapa kau datang kemari? Apa kau tidak memiliki tugas?"

Qual menggelengkan kepalanya pelan tanda ia memang tidak memiliki pekerjaan hari ini.

"Saya hanya ingin melihat keadaan anda"

"Apa aku terlihat sakit sampai harus di lihat? Aku sehat-sehat saja"

Qual terdiam. Ia tidak bisa membalas perkataan pemuda yang telah ia rawat selama beberapa tahun itu.

"Bisa kah kau keluar? Aku ingin sendiri"

Tanpa berbicara, Qual keluar dari kamar tersebut. Menutup pintu dengan rapat.

"Aku tak sabar ingin melihat Tenshi-sama!"

"Aku juga"

"I-ITU TENSHI-SAMA!!!"

Seseorang menunjuk dengan jari telunjuknya, mengedahkan tangan tersebut ke atas. Ke balkon  bangunan penting di depan mereka, pintu terbuka dan terpampang sosok yang sudah mereka tunggu-tunggu.

Itu adalah--

"TENSHI-SAMA!!!"

Sang Tenshi itu sendiri. Arme berdiri dengan wajah gugup dan gelisah. Matanya sedari tadi selalu melirik kesana kemari seolah mencari sesuatu.

"Tenanglah Tenshi-sama"

Suara bariton menyapa Indranya, pemuda dengan surai kuning berdiri tepat di belakang dan diikuti oleh sang pemimpin gereja.

"Misericorde... Ethernea-sama.."

"Lakukan apa yang perlu kau lakukan Arme"

Ucapan-- tidak. Menurutnya lebih seperti ancaman yang berarti jika ia melakukan kesalahan maka ia akan mendapatkan sesuatu yang buruk.

Ia maju selangkah, memperlihatkan dirinya kepada para warga yang telah menunggunya.

Suara teriakan sorak Sorai menyeru nama dirinya terdengar jelas. Ia sedikit menyunggingkan senyum kecil, senyum tulus dari sang malaikat.

"APA ITU?!"

Teriakan melengking seorang wanita terdengar menusuk kupingnya. Suasana yang tadi bahagia sedetik kemudian berganti menjadi rasa panik.

Dengan rasa penasaran Arme menoleh ke atas kepalanya.

Manik emas itu terbelalak lebar kala melihat sebuah benda aneh melayang di atas langit bangunan tersebut.

Benda itu melayang, membentuk lingkaran di angkasa.

"E-Ethernea-sama.. apa itu?..."

Sang penjaga gereja juga sama terkejutnya begitupun dengan orang yang di sebelahnya. Misericorde sang petinggi kedua setelah Ethernea.

"Itu--"

"Misericorde!"

"Ya, Ethernea-sama?"

"Bawa pergi Tenshi-sama dari sini dan perintahkan Unity Order untuk--"

"Huwaa Ethernea-sama!!"

Arme tertarik ke atas oleh gaya gravitasi yang di keluarkan oleh portal aneh tersebut. Ethernea dan Misericorde berusaha menggapai nya namun tak bisa.

"Tenshi-sama!!!"

Qual beserta anggota Unity Order sampai di tempat dimana Ethernea berada. Dia berteriak kala melihat Arme yang tengah melayang di udara.

"Benda apa itu?!"

"Reue-sama apa kau tahu itu benda apa?"

Pemimpin Unity Order bernama Reue melirik sang petinggi kedua setelah Ethernea. Misericorde menyadari tatapan dari sang pemimpin Unity Order tersebut.

"Ya. Itu adalah--"

"Eehh?! Aku terangkat!!"

Pemuda bersurai jingga itu tertarik ke atas melayang bersama Arme yang semakin tinggi dan hampir menyentuh benda tersebut.

"Apa benda itu menghisap orang?"

"Qual! Turunkan aku dari sini!!"

Teriakan ketakutan Arme membuat mereka semua khawatir. Si surai jingga yang berada di dekatnya berusaha meraih ujung kaki sang pemuda yang di sebut Tenshi tersebut.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Eh! Aku juga ikut melayang"

"Apa benda itu tidak bisa di hentikan?"

"Tidak. Benda itu tidak akan berhenti sebelum menghisap orang yang berdiri tepat di bawahnya"

Penjelasan Misericorde itu membuat mereka tersentak.

Bukan kah itu artinya mereka tidak bisa melakukan sesuatu selain pasrah di hisap benda aneh tersebut?

Tak butuh waktu lama mereka semua sudah mulai tertarik oleh gravitasi yang di keluarkan benda tersebut. Melayang di udara tertarik ke atas. Melawan pun tak bisa, daya tariknya terlalu kuat.

Para prajurit berdatangan namun terlambat. Pemimpin Gereja Nerve, Sang Tenshi dan pasukan khusus Unity Order sudah menghilang dari sana bersamaan dengan benda tersebut lenyap di angkasa.

Langit yang sebelumnya gelap, seketika mulai berubah ke warnanya semula.

Suasana tempat itu menjadi sepi. Sangat sepi dan tenang, hanya semilir angin yang menerbangkan beberapa ornamen festival.


---------------------------------

Yahoo~ author Gaje disini~

Maafkan bila gaje dan ada typo.

Arme: btw, kita mau di bawa kemana ini?

Ga tau.

Schau: udah. Berisik kalian.

Wokeh~ silahkan vote dan koment, kritik juga boleh^^

Jaa Nee 👋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro