The Beauty and That Boy : 0.1
Seeun itu cantik, tapi kenapa dia menyukai Changbin?
Sebuah topik yang masih menjadi misteri sampai saat ini. Seeun adalah gadis cantik, tapi kenapa dia menyukai Changbin?
Seeun merupakan seorang gadis berusia 17 tahun, memiliki perawakan yang terbilang ideal, berkulit putih, mata bulat bersinar, dan rambut hitam bergelombang. Setiap mata yang memandangnya kerap memuji cantik.
Ketika Seeun berjalan melewati koridor sekolah, orang-orang langsung menepi memberi jalan pada Seeun layaknya seorang selebriti. Para laki-laki langsung terpana dengan mata tidak berkedip, sedangkan para perempuan hanya tersenyum lemah. Mereka pasrah melihat kenyataan Seeun yang sempurna. Terlahir cantik sekaligus kaya raya.
Selain cantik, Seeun juga diketahui sebagai putri tunggal dari pengusaha sukses. Pakaian serta aksesoris mewah yang selalu ia kenakan ke sekolah memberi bukti bahwa hidup Seeun sempurna.
Namun, di balik kesempurnaannya itu, ada sebuah kejanggalan yang membuat orang-orang tidak habis pikir dengan Seeun----siswi tercantik di sekolah. Kenapa dia sangat dekat dengan Changbin? Bahkan terlihat mengejar-ngejarnya. Secara Changbin berbanding terbalik dengan Seeun.
Kehidupan Changbin memang berbanding terbalik dengan Seeun. Tidak banyak yang mengenal Changbin di sekolah, mungkin saja orang-orang mulai mengetahui keberadaannya saat melihat Seeun mendekatinya.
Banyak orang yang mengabaikannya di sekolah. 'Changbin? Siapa? Kelas berapa? Memang dia bagaimana? Tampan? Kaya?'
Jawabannya, Changbin bukan orang kaya, juga tidak masuk ke jajaran sepuluh pria tertampan di sekolah. Changbin hanyalah laki-laki berusia 17 tahun yang menyandang status sebagai siswa biasa. Saking biasanya, banyak orang yang tidak peduli dengan keberadaannya.
Changbin? Si hoodie hitam yang penyendiri itu? Jawab teman sekelas Changbin jika ada yang bertanya.
Sebuah tanda tanya besar----Bagaimana Seeun mengetahui Changbin?
Hampir setiap pagi Seeun akan mendatangi kelas Changbin membawa sekotak roti lapis berbagai isian. Seeun dengan riang menyapa Changbin dan duduk di depannya, membuka kotak bekal dan mengeluarkan sepotong roti lapis isi tuna.
Seeun tersenyum ceria menyodorkan sepotong roti lapis itu pada Changbin, sedangkan laki-laki itu hanya memandang Seeun dengan raut wajah datar. Matanya yang kecil menambah ketajaman tatapannya.
"Makan yang lahap, ya." Seeun tersenyum riang, menghiraukan tatapan-tatapan heran di sekitarnya.
Changbin langsung melahap roti lapis itu tanpa mengeluarkan kata. Ia mengunyah dalam diam, sedangkan Seeun yang di depannya mulai mengoceh semangat. Seeun menceritakan berbagai hal yang terlintas di pikirannya. Mulai dari cerita ia berbelanja aksesoris dan alat rias kemarin sore, semalaman berlatih bermain piano, sampai cerita ia barusaha bangun pagi untuk membantu pelayan menyiapkan bekalnya hari ini.
Seeun memang sengaja selalu membekal sarapannya agar dapat makan bersama Changbin. Syukurnya, laki-laki itu tidak pernah menolak.
Kembali lagi ke pertanyaan awal, Seeun itu cantik, tapi kenapa dia menyukai Changbin?
Pertanyaan itu masih mengudara. Tidak ada orang yang bertanya langsung pada Seeun maupun Changbin. Alasannya, karena tidak ada yang menjadi teman dekat Seeun maupun Changbin di sekolah. Meski Seeun memiliki karakter yang periang, dia tidak memiliki teman dekat. Tidak ada orang yang secara langsung mendekatinya, mereka khawatir akan ditolak. Seeun pun tidak berusaha mendekati mereka dan hanya berkomunikasi seperlunya.
Sedangkan Changbin? Dia adalah penyendiri dan tidak banyak bicara.
Sampai saat ini, orang-orang hanya dapat membicarakan Seeun dan Changbin dari belakang.
Biasanya, sepulang sekolah, Seeun juga akan kembali mendatangi kelas Changbin mencari sosok laki-laki itu. Namun, ia mendengus kecewa saat tidak menemukannya sore ini.
Seeun bergegas keluar gedung untuk menyusul Changbin. Matanya menangkap sosok laki-laki berhoodie hitam sedang berjalan santai di antara siswa-siswa lain. Tanpa memastikannya terlebih dahulu, Seeun berlari ke arahnya dan menarik lengan laki-laki itu.
"Kau sengaja meninggalkanku, ya? kesal Seeun seolah merajuk.
Changbin, laki-laki itu tampak menghiraukan kehadiran Seeun dan terus berjalan santai tanpa mengeluarkan kata. Changbin seakan hidup sendiri di dunia. Tanpa memperdulikan sikap tak acuh Changbin, Seeun tetap berjalan di sampingnya sampai gerbang sekolah.
"Hari ini aku ada les matematika dan bahasa inggris," keluh Seeun saat mereka berhenti di gerbang sekolah. "Bisakah kau menggantikanku?" tanya Seeun yang dijawab gelengan Changbin.
Seeun menghembuskan napas kasar.
Sebuah mobil hitam berhenti tak jauh di depan mereka. Seeun kembali melirik Changbin sebelum sang sopir memanggil namanya.
"Nona Seeun, mari berangkat! Kita hampir terlambat ke tempat les," ujar si pengemudi.
Seeu menghadap Changbin dengan dua sudut bibir yang tertarik membentuk senyum manis. "Aku duluan, ya. Besok kita berjumpa lagi," ujarnya sebelum berlari kecil menuju mobil.
Seeun masuk ke dalam mobilnya, menurunkan jendela kemudian melambai ke arah Changbin. Laki-laki itu memandang kepergian Seeun dengan tatapan datar. Setelah mobil itu melaju jauh dijalanan, ia memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana dan berjalan berbelok menuju halte bus di dekat sekolah. Diam-diam Changbin menghembuskan napas kasar yang sejak tadi tertahan.
Sesampainya di rumah, Changbin disambut nenek yang tengah menyiapkan makan malam sederhana. Setelah mandi dan berganti pakaian, Changbin menemui nenek yang sudah duduk di ruang tengah sambil menonton acara televisi.
Changbin tersenyum lebar menghampiri sang nenek dan duduk di sampingnya. Matanya berbinar saat melihat beberapa lauk yang tersaji di meja kecil mereka. "Nenek, hari ini masakannya banyak sekali."
Nenek sempat tertawa mendengarnya, kemudian membalikkan badan menghadap Changbin. Tangannya terulur mengusap bagian belakang kepala Changbin dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Tentu saja cucuku, hari ini kan ulang tahunmu. Nenek masakkan beberapa makanan kesukaanmu." Kulit wajahnya yang sudah kendor tampak bergoyang saat ia bicara.
Changbin sempat terdiam sejenak menatap beberapa lauk yang tersaji di atas meja. Ada sup rumput laut, kimchi jjigae, ikan makarel goreng, telur gulung, sampai japchae, juga dua mangkuk berisi nasi.
Changbin menarik kedua sudut bibirnya menampilkan senyum tipis. Ia berbalik ke arah nenek, kedua sudut bibirnya semakin tertarik menampilkan senyum lebar. "Terima kasih banyak nenekku tersayang," ujarnya seraya memeluk nenek erat, membuat wanita paruh baya itu tertawa renyah sambil memukul-mukul punggung Changbin pelan.
"Sudah, sudah, ayo makan," ujarnya.
Keduanya pun menyantap makan malam itu dengan khidmat, ditemani televisi yang menayangkan acara komedi kesukaan nenek. Nenek sesekali tertawa karena tingkah aktor yang lucu, Changbin tersenyum bahagia melihat nenek malam ini.
Sehabis makan, Changbin sempat melirik kalender duduk yang diletakkan di samping televisi. Ada tanggal yang dibulati dengan tinta merah di sana, ditambah tulisan singkat. Tanggal 14 Juni 2022----Ulang tahun cucuku, Seeun.
Changbin tersenyum tipis membaca tulisan itu.
"Selamat ulang tahun, Seeun. Teman bertukar kenyataan hidupku."
TBC
Hallo teman-teman semua, setelah cukup lama aku hiatus, akhirnya aku dapat mempublish cerita baru ini.
Semoga dapat menghibur :))
Jika kalian suka silahkan vote dan komen <3
Tunggu kelanjutan ceritanya yaaa ...
Cerita ini terinspirasi dari salah satu cerita webtoon yang baru aja diangkat jadi drama, silahkan menebak hehehe ...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro