40. Trust Me, You Will Safe
Tyler masih berdiri di depan pintu apartemen lusuh milik Reliy.
Wajah babak belur Tyler, rambut berantakan Tyler, dan kemeja nyaris tidak terkancing sepenuhnya, membuat Reliy meletakkan kembali perhatiannya.
Seharusnya Reliy mengabaikan Tyler karena semua memang telah berakhir, tetapi lelaki itu melakukannya lagi-mengetuk hati Reliy dengan cara paling payah di Las Vegas.
Tyler akan tetap di depan pintu apartemen Reliy, hingga hadis itu membuka pintu dan memperlihatkan wajahnya. Membuat Reliy tidak nyaman karena membiarkan seseorang babak belur terlantar, sambil memanggil namanya-dalam kondisi mabuk.
"Tyler, it's over right?"
"Aku tidak ingat pernah mengatakannya."
Reliy kembali diam. Ia memerhatikan apa yang dimiliki Tyler dan selalu membuatnya gila.
Reliy ingin Tyler, tapi mom sudah memperingatkannya.
"No, I don't need that. I just want you believe me." Ucapan Tyler terdengar tanpa arah. Namun, Reliy adalah kompasnya. Ia tahu ke mana arah yang ingin dituju Tyler jadi gadis itu mengusap setitik air mata bercampur darah di sudut mata Tyler.
Hanya sampai di sini Reliy. Kau tidak boleh melebihi batas. Pikir Reliy ketika atensinya terpusat pada apa yang dimiliki Tyler, tetapi selalu ia tolak dengan landasan logika.
"Kau tidak seharusnya datang," kata Reliy.
"Yang berarti itu adalah suatu keharusan, Babe."
Mengembuskan napas panjang, Reliy mendekatkan bibirnya ke telinga Tyler.
Semoga ini bukanlah suatu kesalahan karena melanggar peringatan mom dan hanya mementingan keinginan terpendam Reliy.
"Just fuck me. Right now and make that bitch close her mouth. A-aku menginginkanmu dan ...." bisikan Reliy terdengar ragu. Jantungnya berdetak bukan main dan ia mengepalkan kedua tangan. "Aku tidak akan lari. Sungguh."
Reliy terbangun. Bukan. Reliy tersadar. Benar-benar sadar karena tidak tidur yang artinya dia barusan sedang melamun dan kini mengerjap beberapa kali, akibat teringat apa yang ia mimpikan beberapa malam lalu.
Reliy memimpikan Tyler dan sekarang ia melihat lelaki itu dengan penampilan serupa.
Entah apa yang terjadi, tapi Reliy tidak akan melakukan hal seperti di mimpinya-meminta agar Tyler memasukinya-meski kondisi lelaki itu, sama persis dengan apa yang ia lihat.
Tyler babak belur. Tetesan dan bercak darah terlihat di sana-sini, hingga membuat siapa pun sadar bahwa Tyler telah melalui masa sulit.
"Kau tidak diijinkan untuk mengatakan lebih, J," ucap Tyler kembali menegaskan kalimat sebelumnya, sambil melangkah mendekati Reliy.
Tidak ada seuntai senyum di wajah Tyler, setiap garis wajahnya menampilkan raut keseriusan sekaligus rasa nyeri yang berusaha ia sembunyikan.
Di lain sisi, Reliy tidak sanggup mengeluarkan suaranya bahkan jantungnya pun terasa berhenti saat itu juga. Satu hal yang bisa dilakukan Reliy hanyalah menatap Tyler dengan ribuan pertanyaan di dalam kepalanya.
"Tyler ... kau-"
"It's over, Babe," sela Tyler, matanya melirik ke arah jendela seiring dengan seringai di wajahnya. "Malam yang melelahkan, tapi juga menimbulkan nostalgia."
Mengerjap karena tidak tahu apa yang dimaksud Tyler, Reliy pun menoleh, mengikuti arah pandangan Tyler, melepas genggaman lelaki itu dan pergi ke arah jendela.
... lalu bibir gadis itu terbuka lebar. Diikuti dengan jeritan syok dari Bianca, umpatan kasar milik Jason, dan sirine kepolisian terdengar memenuhi ruangan tersebut.
"Trust me, Babe. Kau akan aman dan kalian,"—Tyler mengarahkan pandangannya ke arah Jason dan Bianca—"Bersikaplah seolah kita tidak saling kenal."
Tyler menyeringai, memberikan senyum paling angkuh yang dikenal Reliy kemudian melompat melewati pagar.
Reliy ingin berteriak, memanggil Tyler agar kembali dan bersembunyi. Namun, tindakan tersebut terlebih dahulu dicegah oleh Jason dengan menutup bibir Reliy menggunakan telapak tangannya, sertan mengisyaratkan Bianca untuk segera menjauh.
Bagaimana pun, hanya Jason yang tahu maksud Tyler dan seperti itulah cara dia menyelamatkan seseorang. Rela mengorbankan diri, meski harus kehabisan darah.
Tyler adalah manusia paling egois. Kurang lebih seperti itulah yang dipikirkan Jason dan ia menyayangkan hal tersebut karena tidak tahu apa pun, termasuk tentang rencana Tyler akan menghajar Clay dan Annie.
"Kuharap kau tidak membunuh, Ty," bisik Jason, sambil terus menyeret Reliy meninggalkan rumah besar dan Bianca yang mengikuti mereka di tengah kekacauan akibat keputusan Tyler.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro