15. I Think You Will Lose Your Job
Reliy tidak pernah tahu bahwa pesta yang disukai Tyler—yang katanya merupakan pesta paling menyenangkan—akan sekacau ini. Bahkan kau bisa menyebutnya sebagai pesta liar—dilakukan saat orangtuamu sedang bepergian kemudian kau akan kerepotan di keesokan harinya atau ... jika kau sedang sial, polisi bisa saja membubarkan kesenangan tersebut karena dianggap sebagai kerusuhan illegal.
Yeah, kerusuhan illegal—Reliy bahkan sudah mengernyit terlalu dalam sejak langkah kaki pertama. Bayangkan saja bagaimana perlombaan adu panco kemudian seseorang yang kalah akan diolesi kotoran babi atau di lain sisi, Reliy juga melihat permainan konyol di kolam renang—mereka berendam—naked—sembari meminum air kolam tersebut.
Jangan khawatir, mereka—orang sinting itu—tidak minum air mentah, melainkan meminum cola (mungkin) yang entah berapa botol sekaligus menjadi air rendaman mereka.
Jadi ... eww! Demi Tuhan, itu sangat menjijikan. Reliy tidak bisa membayangkan jika ia menjadi bagian dari mereka. Maksudnya membayangkan kotoran babi menempel di wajahmu dan meminum minuman bekas rendaman seseorang yang telanjang saja sukses membuat Reliy merasa mual.
"Kita bukan bagian dari mereka," tukas Tyler tiba-tiba, seolah bisa membaca pikiran Reliy yang kini tampak pucat—menahan gejolak di dalam perutnya. "Tapi jika kau penasaran dan ingin menjadi seorang idiot, maka—"
"I am not a masochist and even a crazy person, Kavinsky." Tanpa ragu, Reliy melayangkan tinjuannya pada bahu Tyler.
Tyler mengedikkan bahu. "Well, hanya menawarkan sebagai service karena kau menurut," katanya penuh nada angkuh, sambil terus melangkah menuju lautan manusia teler di lantai dansa.
"Bukan menurut, tapi kau yang memaksa. Aku tidak punya pilihan dan kau mengangkatku di bahumu."
"Pertanda bahwa kau ingin jika aku mengangkatmu di depan dadaku?"
"Ck, jangan konyol," sela Reliy sembari mengikuti Tyler—berjalan di belakang lelaki itu karena menolak jika nanti ia menjadi gadis malang kehilangan arah. "Aku bahkan sukses menghajar punggungmu hingga lebam."
"What? Kau sebut itu sebagai pukulan?" Tyler tertawa kecil, sembari mengusap rambut bagian belakangnya yang diam-diam membuat Reliy meneguk saliva.
Jarak mereka terlalu dekat dan saat Tyler membalikkan tubuh untuk menghadap Reliy, gadis itu tidak sempat untuk menjauh. Bahkan jika Tyler ingin, mereka bisa dengan mudahnya melakukan ciuman panas—hanya dengan mencondongkan sedikit wajahnya. Alright, Reliy sempat memikirkan hal tersebut—cuma hitungan detik dan ia segera menepis pikiran tersebut.
"Kau meringis kesakitan," ungkap Reliy, "aku mengetahuinya."
Tyler mendengkus pelan. "Bagaimana jika kau mengetahui fakta tersembunyi, bahwa aku adalah seorang masokis?" mendekatkan wajahnya di telinga Reliy, Tyler mulai berbisik lirih—menenggelamkan suara bariton tersebut di bawah kemeriahan musik remix Drop It Like It's Hot hingga membuat Reliy sedikit merinding. "Asal kau tahu, pukulanmu telah membuatku horny," bisik Tyler, sembari menyentuh lengan bawah Reliy dan menggenggam tangan kanannya.
Dan lagi Tyler sukses membuat Reliy berdebar-debar.
"Aku akan menendang penismu, jika kau berani melakukannya," ucap Reliy.
"Terdengar menyenangkan."
"Kita mau ke mana?"
"Ke suatu tempat dan pastikan kau tidak akan pingsan."
Reliy mencebik. "Tidak akan."
"Chicken, kau pucat dan menggeletuk," kata Tyler, "Fobia keramaian, eh?" Nada meremehkan terdengar jelas dari bibir Tyler, sedangkan Reliy tiba-tiba saja terdiam—tidak mampu mengatakan apa pun karena memang itulah kenyataannya.
Sial! Lagi-lagi Tyler mengetahui kelemahannya.
Tyler tersenyum miring, menatap Reliy dalam-dalam barang sejenak kemudian menggenggam tangan Reliy—menuntunnya berjalan, seolah Reliy tidak bisa melihat saat melintasi lantai dansa—di antara lautan para manusia teler sedang menari seperti cacing di gurun pasir.
Demi Tuhan, Reliy ingin pingsan jika Tyler tidak menggenggam tangannya dan menuntunnya hingga keluar dari kubangan neraka tersebut.
Hingga akhirnya, mereka berakhir di halaman belakang. Tempat paling sepi—memiliki aura paling suram dari kemeriahan sebelumnya.
Reliy kembali mengernyit—bertanya-tanya ketika Tyler terus menuntun langkahnya semakin jauh menuju halaman belakang. Indra penciuman Reliy menangkap aroma bakaran dan beberapa saat kemudian ia menebukan beberapa abu menyentuh kulitnya dan saat ia menengadah, cahaya kobaran api terlihat di balik rumah yang entah milik siapa.
Dengan kata lain, Reliy sepakat bahwa rumah tempat pesta liar paling aneh dan kacau itu sangatlah besar.
Err ... mungkin sudah seperti rumah paling besar milik Ratu Inggris. Pikir Reliy sebelum akhirnya, ia benar-benar menjatuhkan rahangnya.
Well, ia benci permainan Truth or Dare. Namun, Tyler membawanya ke sana. Lalu ada Carrolyn—sang ketua pemandu sorak—dan Hanna—sang seleberiti Youtube—mereka penggemar Tyler sekaligus mantan fenomenal di kampus, hingga Reliy terlalu malas untuk berurusan. Namun, hal itu harus terjadi sejak Tyler mencuri ciumannya di lorong kampus.
Dan hari ini, hal itu juga akan terjadi. Dua gadis tersebut pasti kembali menyudutkan si nerd Reliy dalam permainan konyol ini.
"I don't like this party. Kau tahu ini bukan—"
"Bersikap seperti biasa, Babe. I have a plan and you are my girlfriend tonight," bisik Tyler, tepat di telinga Reliy.
Percayalah, Tyler tidak tahu apa pun tentang kekhawatiran Reliy dan Reliy, ternyata juga salah dalam memahami maksud Tyler.
Atau mungkin tidak.
Pikiran mereka jelas berbeda dan mereka tidak melakukan komunikasi lanjutan, selain terus mendekati perkumpulan tersebut lalu bersiap untuk bergabung.
Hingga beberapa saat kemudian seseorang menepuk bahu Reliy dan langsung berkata, "Ssup? Akunmu—kau tahu—The Sexy Jennie dibanjiri komentar haters dan seriously? Kau memajang fotonya sebagai foto profil-mu. Kupikir kau akan kehilangan pekerjaanmu."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro