Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

05. Appetizers Called Kisses

Hanna Arleen.

Alright, Reliy sangat ingin mengutuk wanita youtuber itu.

Alasannya sederhana, satu Hanna Arleen memiliki senyum memikat yang mampu menghipnotis para subscriber—termasuk Reliy, hingga menuruti semua perkataannya saat berbagi tips. Itu menyebalkan. Maksudnya bagaimana seseorang bisa tersenyum, di saat dirinya telah menyebabkan bencana untuk orang lain. Dua, karena tips melahirkan mood saat menari streaptease ala Hanna Arleen, Tyler jadi menyusup ke dalam kamar Reliy. Dan tiga, mungkin Reliy memang harus melakukan hal tersebut—mengutuk Hanna Arleen menjadi batu—agar tidak ada lagi korban lain. Akan tetapi, empat, Reliy tidak segila demikian—dia bukan penyihir atau orang suci yang bisa melemparkan kutukan dengan mudah.

Jadi silakan katakan bahwa semalam, Reliy hanya sedang sial dan kesialan itu berakhir seperti kutukan.

Yep, kutukan! Karena menjadi pelayan atau terlibat dengan kehidupan Tyler tidak pernah menjadi impian Reliy. Bahkan jika itu adalah impian terpendam sekalipun.

Dan sayangnya, Reliy tidak bisa menolak, meskipun ia ingin.

Damned!

"Sebaiknya kau mati saja." Berdiri di depan papan pengumuman, Reliy menyandarkan keningnya di sana—membentur-benturkan beberapa kali hingga beberapa orang yang melintas, menganggap gadis itu kehilangan akal.

Atau mungkin tidak.

Reliy hanya frustrasi karena Tyler memiliki rekaman saat ia melakukan striptease. Bahkan video berdurasi tiga menit itu tersimpan apik di memori ponsel Tyler, hingga Reliy mau tidak mau harus menjadi pelayan Tyler selama di kampus, di apartemen, dan di mana pun saat lelaki tersebut membutuhkannya.

Well, ini gila dan akan menjadi perbincangan hangat di Monarch University. Hanya jika Tyler bermulut besar atau para gossiper menebar banyak wacana, saat Tyler dan Reliy mulai menjalankan peran mereka masing-masing. Peran yang mana Tyler sebut sebagai raja dan pelayan.

God damned! Seriously, Reliy benar-benar akan gila setiap kali memikirkan hal tersebut.

"Hi, kau baik-baik saja?"

"Bianca, you're here?"

"Yes, kau sudah seperti orang sinting."

Reliy menoleh. Masih menyandarkan kening pada papan pengumuman—mengamati gadis berambut pirang berkilau dengan gaya pakaian paling fashionable di Swenson st. "Kuanggap itu sebagai ungkapan prihatin," kata Reliy setelah mengembuskan napas berat lalu memutuskan untuk beranjak.

Bianca mengekor, sembari mengamati raut wajah Reliy dan akhirnya berkata, "Darling, tell me what happen?"

"It's over, B."

"Huh?"

"Tyler Kavinsky. Kau tahu, dia menangkapku—"

"What?"

"Semalam saat kau pergi ke pesta Clay dan mengatakan bahwa Tyler ada di sana, dia—"

"Oke, ceritakan padaku." Bianca melipat kedua tangannya di bawah dada, menatap Reliy yang malah memutar mata.

Bagi Reliy, sikap Bianca barusan cukup mengesalkan dan itu bukan hal baru.

"Reliy, apa Tyler macam-macam denganmu? Jangan terlibat dengannya jika tidak ingin bermasalah, oke?"

"Oh, c'mon, B. Tidak bisakah kau diam dan membiarkan aku bicara terlebih dahulu?"

Bianca mengerjap, menatap Reliy yang terlihat frustasi, dan akhirnya mengendik untuk membiarkan Reliy bicara.

Seolah beban seberat jutaan ton berada di atas punggungnya, Reliy kembali mengembuskan napas. "Jadi ... Tyler mengetahui pekerjaanku. Semalam, entah bagaimana dia berada di beranda apartemenku, melihatku melakukan striptease, dan ... Tyler ingin aku menjadi pelayannya jika tidak ingin orang lain mengetahui statusku di situs Very Fun Girl."

Oh, oke, Reliy sudah mengatakannya. Tinggal menunggu reaksi Bianca setelah mendengar pernyataan singkat dari semua kejadian semalam.

Dan Reliy sengaja melewatkan rekaman tersebut. Bagaimana pun, dia tahu siapa Bianca. Jadi Reliy jelas menolak kekecewaan, apalagi jika terjadi adegan pertumpahan darah.

Hasilnya, Bianca hampir menjatuhkan rahangnya ke ubin berwarna putih paling membosankan, di lorong kampus. Lalu menoleh ke kiri-kanan dengan ekspresi terkejut, sekaligus setengah panik dan Reliy memang telah menduga hal itu akan terjadi.

Jika Bianca bereaksi seperti demikian, maka itu menandakan bahwa ia tidak akan tinggal diam.

... dan yeah, Reliy berharap Bianca akan membantunya. Minimal membuat Tyler lupa ingatan sehingga dia tidak perlu menjadi pelayan si lelaki bermata seksi itu.

Namun, hal paling mengejutkan benar-benar terjadi di hadapan Reliy, beberapa menit setelah melakukan sesi curhat dadakan. Seseorang memeluk pinggang Bianca dari belakang, mengucapkan selamat siang dan itu terdengar memuakan.

Mungkin tidak, karena sekarang sapaan selamat siang itu sukses membuat Reliy ingin mati saja.

Demi Tuhan, Reliy terkejut seribu kali lipat.

Bianca Paper, Jason Beukes. Oh, shit! Sejak kapan? Itu yang dipikirkan Reliy—pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban ketika melihat Bianca dan Jason saling berpelukan lalu berciuman. Di tempat umum.

Itu hal biasa, tetapi menjadi luar biasa bagi Reliy. Pasalnya, kejadian tersebut mengingatkan Reliy tentang apa yang diucapkan Tyler tadi pagi.

Bianca adalah pencumbu yang hebat. Kalimat tersebut melintas beberapa kali di pikiran Reliy dan gadis itu mengerjap.

"Oh my God," bisik Reliy tak percaya, yang berhasil mengembalikan pasangan tersebut ke dasar bumi.

Bianca tersenyum, tampak malu-malu (yang sebenarnya tidak sama sekali) dan Jason ... masih memeluk Bianca, menciumi leher jenjang gadis itu, seolah sedang sakau menginginkan lubang vagina. Reliy memutar mata.

"Apa kau bisa pergi duluan?" Bianca bertanya dengan nada manja, cenderung menggoda yang membuat Jason tidak berhenti mencumbu. "Aku masih ada urusan, Jason," kata Bianca lagi, sambil tertawa-tawa geli.

Reliy risi. Sungguh. Persetan dengan nasihat Bianca. Maksudnya lebih baik Reliy segera pergi sebelum—

"Reliy Dawson," suara bariton itu—milik Tyler—Reliy tidak mengharapkan kehadirannya. Bahkan sejak kelas pertama, ia selalu menghindar agar tidak terlibat dengan Tyler. Terutama selama mereka berada di kampus. "Di sini kau rupanya," katanya lagi, tetapi Reliy pura-pura tidak mendengar.

"A-aku harus—"

"Get a fucking room guys." Tyler memotong ucapan Reliy, sembari menatap Jason dan Bianca lalu dua manusia itu menurut. Sembari tertawa-tawa kecil, seolah menertawakan Reliy yang tidak sadar perannya saat itu adalah sebagai the duff.

Bianca melambai kecil, ketika Jason mengiringnya untuk pergi sekaligus memberi isyarat akan menelepon Reliy, sebagai bonus atau permintaan maaf.

Hell, yeah—apakah hal tersebut dibutuhkan? Reliy pikir tidak. Masalah itu sudah menjebaknya; dari rekaman video, hingga Bianca yang tiba-tiba berkencan dengan salah satu teman si Seksi Pengundang Masalah.

Reliy mendecak kemudian memutar mata, menghadapi kenyataan pahit di garis nasibnya. Ia hanya ingin hidup tenang, tetapi di waktu bersamaan Tyler memergoki tindakan Reliy.

"Apa itu sikap yang diberikan saat pelayan bertemu raja, eh?" Tyler lagi-lagi merendahkan punggung saat berdiri tepat di hadapan Reliy, hanya demi menyetarakan tinggi badannya dengan gadis itu.

Reliy meneguk saliva-nya. Ia melirik ke seluruh arah—memerhatikan reaksi mahasiswa lain yang juga berada di lorong.

"Sepertinya aku harus mendisiplikanmu." Tyler melangkah semakin dekat dan Reliy melangkah mundur. Lagi-lagi Reliy merasa sedang mengalami peristiwa de javu.

"Tidak."

"Aku bahkan tidak bertanya."

"What?" Pupil mata Reliy melebar, terlebih saat Tyler mendorong Reliy ke dinding sekadar memutuskan jarak dengan menempelkan semua tubuhnya.

Sayup-sayup jeritan tertahan dan penasaran terdengar di telinga Reliy. Dan ia tahu, itu semua berasal dari para mahasiswa yang berkumpul di sekitar mereka—menonton sikap Tyler yang seolah ingin memeras gadis cupu tak berdosa.

Jangan menjadi pusat perhatian. Pikir Reliy dan dengan sisa-sisa akal sehatnya, ia segera mendorong dada Tyler. Namun, na'as Tyler ternyata jauh lebih lincah dari perkiraannya.

Dan itu membuat pemandangan Tyler ingin memeras Reliy semakin kuat. Bahkan beberapa mahasiswa, diam-diam mulai mengambil ponsel—bersiap untuk merekam. Tanpa ada sosok pahlawan yang bersedia menyelamatkan Reliy.

Jadi untuk sekarang, karena tidak mampu bergerak sedikit pun, Reliy harus menerima tatapan yang menusuk itu dan ....

... sangat seksi. Reliy bukan gadis munafik dan dia mengakauinya.

Intimidasi?! Absolutly no, Tyler. Batin Reliy berusaha mempertahankan akal sehatnya ketika deru napas Tyler menyentuh kulit wajahnya.

"Kenapa, Babe?" Tyler berbisik. Jarak mereka semakin dekat dan Reliy tidak bisa bergerak atau pun mendorong. "Tidak bisa melakukan perlawanan, seperti di apartemen?"

Reliy menggeleng kuat dan Tyler tersenyum dalam hati. "Tidak. Aku harus pergi sekarang dan jangan menggangguku selama di kampus. Kau tahu, aku—"

Ucapan Reliy terputus, bukan karena intervensi seseorang atau kehadiran malaikat pencabut nyawa yang tiba-tiba mengambil kehidupan gadis itu. Namun, hal tersebut terjadi ketika Tyler melumat bibir Reliy.

That's crazy cray and Tyler such a mother fucker. Tidak ada kata yang lebih tepat untuk mengungkapkan kondisi sekarang.

Tyler mencium dan Reliy berusaha untuk terus menolak. Berusaha melepas cengkaraman tangan Tyler di lengan Reliy, tetapi sia-sia—tenaga lelaki itu lebih kuat, sedangkan Reliy sudah seperti daun kering tertiup angin.

Hingga akhirnya ketika Tyler memberikan gigitan lumayan keras di bibir Reliy, gadis itu melenguh kesal dan membuka mulutnya. Sayup-sayup, Reliy bisa mendengar ocehan mahasiswa lain yang sedang menonton mereka. Namun, terabaikan karena di waktu bersamaan, Tyler benar-benar mencium Reliy.

Ciuman yang tidak akan bisa ditolak Reliy. Bahkan jika ibunya melarang atas nama kesopanan.

Dan ketika Reliy ingin membalas ciuman tersebut, Tyler sengaja menjauh. Meninggalkan seringai penuh kemenangan pada wajah Tyler dan melahirkan makian dalam hati Reliy.

"Like it?" tanya Tyler sambil terus menatap Reliy.

Gadis itu memerah. Matanya hanya tertuju pada satu titik, di mana sebelumnya berkeliaran ke sana-kemari dan itu membuat Tyler bangga.

Bangga karena dialah yang membuat Reliy fokus pada titik tersebut.

"Aku lapar jadi anggap saja sebagai makanan pembuka." Tyler kembali mendekat, mencium Reliy untuk kedua kalinya dan meski awalnya menolak, Reliy menyerah—menurut—mengabaikan masalah apa yang akan terjadi setelah ini.

Kau tahu 'kan Tyler punya banyak penggemar dan Tyler adalah pencium yang hebat. Jadi Reliy—si fake nerd (menurut Tyler), sekaligus orang yang menghindari Tyler mati-matian harus mengaku kalah. Meski di waktu bersamaan Reliy bersumpah bahwa kejadian ini hanya terjadi sekali.

Err ... semoga saja.




****

Curhat; Gua nulis ini dadakan, diperjalanan pulang karena kemarin sibuk seharian lalu capek. Dan capek bukan alasan tepat, buat gak update jadi karena nulis di hp maafkeun jika ada typo atau kalimat rancu lainnya.

Aku bakal edit ini di jam makan siang yang penting sekarang update dulu.

Makasih atas perhatiannya.

Dan please, kasih kesan kalian saat baca chapter ini ya ^^

SPOILER: Chapter selanjutnya bakal ada perkelahian kecil antara ... RAHASIA 😁

Oke selamat hari Rabu dan enjoy.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro