Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❲.C Hଽ 02012025 ✧ ❳

07┊Eメール

:¨·.·¨::¨·.·¨::¨·.·¨::¨·.·¨::¨·.·¨::¨·
e - m a i l

___

rekaman ketujuh

Copenhagen, 02 Januari 2025

"Sayang ... ini hari ulang tahunmu, Bunda ingin kau bahagia bukannya sedih seperti ini. Coba cerita, ada apa dengan dirimu?"

Gadis itu menggeleng kuat. Tangannya bergerak guna menarik coat tebal itu semakin rekat pada tubuhnya. Ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya kasar---seakan bebannya semakin berkurang bila ia melakukannya. Genggaman tangan Bunda di tangannya, semakin renggang. Gadis itu menebak, Bunda pasti lelah dengan sikapnya yang berubah semenjak pemuda itu tak lagi di sisinya.

"Bunda pergi buatkan teh hangat dulu, ya. Cepat pulih, puteriku..."

Gadis itu mendongak sekilas lalu mencetuskan kurva. Ia mengangguk pelan, seraya berkata, "Terima kasih, Bunda. Aku sayang Bunda."

"Bunda juga sayang banget sama kamu,"

Selepas untaian kata manis bak permen gulali itu rantus, kini, bayangan Bunda semakin mengaksa dari pandangannya. Bunda pergi keluar kamar guna membuatkannya teh hangat, meninggalkan dirinya sendiri di kamar yang terkesan suram ini.

Napasnya berembus, Keira hanya bisa menatap bulir salju yang turun lewat jendela kamarnya yang memburam.

Dengan gegas ia turun dari ranjang, dan berjalan dengan merangkak ke arah jendela sambil memasang raut wajah penuh gundah pula gulana.

Ia singkap sedikit tirai yang menghalangi pemandangan indah tersebut. Mengusap kaca jendela dengan hasta yang dibalut oleh sarung tangan berwarna biru mudanya. Dari matanya ia menangkap sebuah fenomena krusial, salju yang turun sudah tidak selebat dulu lagi; pertanda bila ia harus gegas mengecek laman email-nya detik ini juga.

Melesat. Ia berdiri dengan cepat. Beralih tuk duduk di atas kursi, tepat depan meja belajarnya.

Ia berniat tuk menyalakan laptop seraya merapalkan selaksa doa. Memasukan pin untuk login, lalu jemarinya menari dengan lincah di atas mouse seraya mencari nama yang selalu ia tunggu kehadirannya.

DaeHwi Lee

Bukan.

Joanna Illona.

Bukan juga.

Hannah Ettiene E.

"Astaga! Apa jangan-jangan---"

Ini dia!

Na Jaemin --- tap!

[ From : Na Jaemin
To : Keira ]

Selamat pagi, siang, sore, atau malam untuk gadis kesayanganku disana.

Tahun ini, aku berencana pulang. Tepat bulan Agustus nanti, kuharap kau mau menunggu ya, meski lama, hehehe.

Musim dingin di Eropa sendiri bagaimana? Kalau Korea sih, cukup dingin, salju yang jatuh juga sudah menumpuk---banyak sekali, sampai-sampai ada truk pengeruk salju (aku tak tahu apa namanya) berjalan hilir mudik, lewat blok dimana rumahku berada.

Kamu baik-baik saja, kan disana?

Apa kau sakit?

Sudah minum obatnya?

Pada musim semi kemarin, sudah pergi konsultasi ke dokter?

Kamu kalau mengeluh sakit, bilang ya? Jangan diam-diam saja, disana ada Bunda---jangan terlalu larut dalam kesedihan bila aku tak ada disana.

Aku disini juga sedih asal kau tahu. Aku merindukanmu kepalang sangat, tiap kue jahe kering maupun pelukan hangat darimu, aku rindu.

Dua tahun lagi rencana pernikahan kita akan diadakan. Tidakkan kau sabar menunggunya? Kalau jawabannya adalah iya, maka, aku pun sama!

Aku ingin selalu ada di sampingmu. Sedekat ini. Sedekat jari telunjuk dengan jari tengahmu.

Aku ingin mengenalmu lebih jauh. Meski sudah 11 tahun kita mengenal, masih ada satu hal yang tak ku tahu tentangmu;

Apa kamu mau berjuang bersamaku?

Kalau mau, sabar menunggu ya? Agustus nanti aku tiba. Sementara ini, kita berkomunikasi lewat email saja, ya? Pulsaku kesedot banyak tiap kali menelponmu selama satu jam lebih!

Hahaha! Ku harap kau mau mengerti keadaanku.

Sehat terus kesayanganku, semangat menjalani hari-harinya, ya~ ♡

Tertanda,
Jaemin.

Sudah. Sudah cukup.

Gadis itu sudah cukup senang dengan pesan yang baru saja Jaemin kirim beberapa menit yang lalu.





Dan ia berharap,
bahwa genggamannya
itu takkan pernah hirap.

Hampa.
Relung dirasa.
Sesak.
Hati di koyak.

"Aku sehat, Jaemin ... aku bukan gadis penyakitan yang kau maksud. Tidak, aku tidak selemah itu, Na..." gadis itu menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku ini spesial, makanya Tuhan memberiku sebuah kekurangan dibalik kelebihankh; yaitu bisa memilikimu, meski jauh dalam atma, kau tahu aku ini bukanlah sempurna."

.

.

.
.
;

[].tbc

+++
bISMILLAH, NGEBUT 😥😩
!!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro