Malik dan Klee
Cast:
Yami Malik (vision pyro, senjata claymore)
Klee
Bakura: bayangin antagonis psycho seperti Malik main sama anak imut itu.
Marik: gua sebagai alter ego baiknya, gamau turun tangan ya gan, gua gamau ikutan hal semacam beginian yang bisa-bisanya ... mereka berdua mengancam nyawa orang sekitarnya.
Ryou: semangat Malik! ฅ^•ﻌ•^ฅ
Diona: KAMERA ROLLING! AND ACTION!
.
.
.
Anak elf berpakaian serba merah sedang duduk di depan pintu, punggungnya menyender ke pintu, kedua kaki kecilnya saling diketukan, anak itu tidak sendirian, ada seorang landak dewasa dengan wajah sangarnya yang bisa membuat Hillichurl lari terbirit-birit saat melihat wajahnya.
"Kak Malik, Kak Malik kenapa ada disini juga?"
"Ah ...." Manik ungunya bergerak dari jendela ke anak elf itu. "Aku tidak sengaja melukai orang satu guild-ku ...?" Jawabannya diakhiri dengan tanda tanya alias dia sendiri tidak mengerti kenapa berada di ruang detention, seingatnya dia hanya memberikan suasana neraka pada para Hilichurl di sekitaran Mondstadt.
"Kakak kenapa nyerang teman kakak?"
"Aku tidak ingat."
"Apa kakak bakal nyerang Klee?"
"Hm? Tidak akan. Aku tidak mau dilempar sama Acting Grand Master yang kaya orang tidak pernah istirahat."
"Kak Malik pernah dilempar sama Tante Jean?"
"Ya ... aku dilempar ke Dragonspine."
Mata merah Klee bersinar bak habis mendengarkan dongeng seru dari Malik. Tatapan matanya seolah kagum dengan kekuatan anemo Jean yang bisa melempar sesuatu sampai jauh, sebaliknya Malik mendapat firasat buruk karena tatapan itu, untuknya tatapan itu seperti anak ini ingin melihat dirinya terlempar jauh ke Dragonspine.
"Kak Malik!" panggilnya penuh semangat, kedua tangannya terkepal erat, bentuk pupilnya berubah menjadi bintang. "Setelah hukuman ini selesai apakah Kak Malik mau bermain dengan Klee?"
"Main apa?"
"Bermain dengan para Mage Abyss."
"Hooo ... kedengarannya rame, aku akan ikut."
"Nanti pulangnya kita meledakkan ikan-ikan!"
"Ayo!"
Tepat setelah teriakan penuh semangat mereka berdua pintu terbuka dari liar, otomatis kedua mahluk hobi keluar masuk ruang detention ini melihat ke arah pintu. Pintu terbuka dengan lebar menampakkan Jean dengan tatapan curiga pada mereka. Tatapannya berusaha untuk mengungkap sesuatu yang membuat mereka berdua teriak penuh semangat.
Disaat seperti inilah akting imit Klee berguna untuk keluar dari masalah, kalau dia yang akting bayi subur bukannya dapat keringanan malah masa tahannya yang akan makin lama.
"Itu ... Jean danchou, aku mau main sama para Hillichurl!"
Tatapan curiga lalu dilayamgkan ke Malik.
"Aku ... aku mau minta maaf ke teman guild ...," katanya sambil lirik kiri dan kanan, mencoba untuk cari alasan lain karena dia tidak ada niat sedikit pun untuk melakukan itu, meminta maaf hanya untuk orang lemah, apalagi dia tidak ingat alasan berada di ruangan ini.
"Bagus, kamu sadar ternyata. Yasudah kalian boleh keluar dari ruangan ini."
Sekilas wajah Klee dan Malik dipenuhi dengan perasaan bahagia namun perasaan itu hilang sekejap saat mendengar kata "TAPI" dari mulut Jean.
"Tapi kalau kalian berani melakukan pelanggaran lagi, kalian akan kembali kesini." Suara Jean terdengar sangat serius dan ada sedikit nada mengancam.
"Klee dan Kak Malik ga akan nakal kok Jean danchou."
Malik dan Klee pun berhasil melangkah keluar dari ruangan, dilanjut dengan lari seribu langkah menuju gerbang Mondstadt. Mereka mencari tempat yang sepi dan tidak dilewati prajurit yang sedang berjaga dan dalam sekejap tempat itu berubah menjadi pesta kembang api yang disenangi keduanya. Abyss Mage elemen air, angin, es termasuk api mereka siksa habis-habissan tanpa rasa kasihan.
"Asik! Klee suka main sama Kak Malik!" serunya sambil loncat-loncat.
Saking asiknya bermain dengan para Abyss Mage mereka sudah dekat dengan Windrise.
"Rasakan ini! Kemarahan Dewa Ra!" Malik mengayunkan claymore-nya menggunakan satu tangan.
Perisai Abyss Mage air hancur, Klee memberikan sentuhan terakhir dengan ledakan bomnya. Boom! ledakan besar menggema dengan indahnya, rerumputan terbakar habis, sebagian masih ada api yang berkobar menyala ikut membakar teman-teman rumput lainnya. Klee melihat pemandangannya ini sangat senang, kedua pipinya merah, mulutnya terbuka lebar, menampakkan kekaguman tak terkira.
Sementara Malik tertawa maniak ala psikopat. "MATI KALIAN SEMUA! MATI! MWAHAHAHA!"
Venti mengamati mereka dari kejauhan, hatinya mengkhawatirkan nasib pohon besar kesayangannya ini, jangan sampai mereka mendekat dan membakar pohon ini.
"Aku harus laporan sama Jean," gumamnya penuh kekhawatiran.
Setelah membuli Abyss Mage mereka pindah ke kolam yang ada Statue of The Sevens. Dalam hitungan detik kolam itu menjadi gersang akibat api yang membakar, dan turut berduka cita pada ikan-ikan di kolam sana. Para ikan menjadi makan siang Klee dan Malik setelah menjadi ikan bakar.
Akhir dari perjalanan mereka hanya sampai makan ikan bakar karena laporan Venti langsung didengar oleh Jean. Keduanya kembali masuk ke ruang detention dengan perut kenyang.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro