Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 7 - Tempat

Saat kau merasa tak ada tempat berteduh
Kau masih punya tempat
Melepas sedikit jenuh
Meski luka masih melekat

Kau miliki tempat dan kau harus sadari itu
Selama dia masih menjadi 'tempat' untukmu




***

Dengan perlahan, Merah mulai mengambil tali dari ranselnya lalu mengikat semua rangkaian ke kursi meja makan masing-masing.

Merah membersihkan semua bekas makan mereka terlebih dahulu lalu membuang sayur dan mencuci semua perabotan sambil menunggu mereka sadar.

Meja makan itu sudah bersih dari benda apapun. Hanya meja batu yang berkilau tanpa alas.

Seseorang mulai terdengar mengerang menandakan salah satu dari mereka sadar. Mereka sangat terkejut mendapati tubuh mereka sudah terikat kuat tanpa cela.

Merah menyunggingkan senyum yang menakutkan. Dia mengambil sebuah garpu dari atas meja lalu menusuk mata Ratu terlebih dahulu. Jeritan suara Ratu teredam oleh suara musik yang menggema. Teman teman Ratu yang lain yang mulai sadar. Mereka menatap Merah ngeri saat bola mata Ratu dipaksa keluar lalu dimasukan ke dalam pelastik berwarna hitam.

Merah tertawa terbahak-bahak.

Ini adalah hal yang menyenangkan. Pikir Merah.

Lalu dengan gerakan cepat Merah menggorok leher Ratu hingga putus. Lalu memotong tangannya, lalu kakinya. Dia kembali memasukannya pada plastik hitam dan mengikatnya.

Teman Ratu lainnya sudah menangis histeris melihat tubuh Ratu sudah teronggok dalam plastik dengan cincangan kasar.

Merah mendekat pada wanita yang rambutnya di cat pirang. Dia memotong tangannya dengan golok tajam yang dibawanya jeritan kengerin dan rasa takut berbaur darah menggenang di lantai yang ternyata sudah merah lapisi dengan plastik yang akan membungkus tubuh mereka.

Merah tertawa keras melihat tangan yang berhasil dia potong.

"Inilah balasannya untuk kalian yang selalu memandangku jijik," gumam Merah kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Merah sudah membunuh ke 5 temannya. Merah mulai bosan. Jam menunjukkan pukul sebelas malam, Merah harus cepat.

Merah lalu dengan cepat menebas leher teman-temannya Ratu. Yang terakhir dia mengeluarkan jantung dan menyimpannya dalam kotak hitam di atas meja.

Merah menyeret mereka semua ke dalam mobil tanpa merasa takut ataupun khawatir. Jangan salah, CCTV di luar hanya melihat Merah menyeret koper mereka berlima saja.

Yang isinya tenyata tubuh kawan-kawannya yang sudah terpotong. Merah sudah menyusun semua dalam mobil.

Merah kembali ke dalam rumah, membersihkan sisanya dengan begitu rapi dan bersih mengkilat.

Jam menunjukan pukul 2.30 dini hari. Merah mulai pergi membawa mobil Ratu, kembali menuruni lereng gunung dengan kelokan tajam.

Merah berhenti tepat di bibir jurang itu. lalu Merah turun mengambil jerigen yang berisi bensin. Dengan sengaja Merah membuka bajunya lalu dimasukkan ke dalam mobil. Di sana Merah telanjang di tengah kegelapan yang pekat. Lalu baju itu berganti dengan dress selutut berwarna merah yang dibawanya dalam ranselnya bensin itu sudah tersiram keseluruhan badan mobil.

Lalu Merah menyalakan korek api.

BUM

Suara ledakan terdengar. Api mulai berkobar dan merambat pada benih yang terdapat di dalam militer itu lalu sebuah ledakan terjadi dan membuat mobil itu terdorong ke depan hingga tergulung dengan suara ledakan yang semakin keras diiring kobaran api yang membakar mereka.

Merah menghembuskan napas kasar, lalu angin dingin yang membawa lembab dan bau pengap itu. Kembali Merah rasakan bayangan hitam muncul di hadapan merah mendekapnya erat lalu menuntun dia untuk pergi dari sana.

***

Panggilan dari ibu panti membawanya ke tempat ini.

Ruangan ibu panti, ibu Halimah.

Insting Merah merasakan sesuatu. Akan ada sesuatu mengejutkan yang akan disampaikan.

Walau Merah tidak tahu pastinya apa.

Merah menunggu ibu Halimah bicara. Sampai beberapa menit.

"Keluargamu akan menjemputmu, Merah," kata ibu panti.

Merah terkejut.

Apa? Keluarga? Merah bahkan baru tahu jika dia punya keluarga.

"Siapa mereka," tanya Merah dengan suara rendah. Berusaha mengendalikan emosi.

"Kau akan tahu nanti, Merah." Ibu panti kemudian terdiam sebentar.

"Mereka akan datang. Secepatnya," gumam ibu Halimah sebagai akhir informasi yang diberikannya kepada Merah.

Dan Merah masih larut dalam pikirannya.

Kegundahan dan berbagai tanya yang terus muncul di benak Merah.

Dulu, mereka tidak pernah mengunjungi Merah.

Sampai 17 tahun lamanya.

Dan sekarang, mereka ingin mengambil Merah kembali.

Untuk apa? Tanya Merah dari lubuk hatinya.


***

Merah tak tahu harus bagaimana. Di satu sisi dia senang, bahagia. Dan di sisi lain dia jenuh, kecewa.

Dia ternyata punya keluarga. Keluarga yang kata orang-orang adalah rumah untuk pulang. Tempat paling nyaman dan paling tahu juga mengerti akan kita.

Tapi Merah tak yakin akan itu.

"Selamat Merah. Aku harap kau akan semakin baik dan selalu bahagia bersama keluargamu nanti," ujar Rama sambil tersenyum pada Merah.

Merah belum mengerti.

Atau mungkin tidak.

"Aku rasa, aku tidak perku ikut dengan mereka. Toh, tanpa mereka aku masih bisa hidup." Merah berdiri sambil meyakinkan diri dengan apa yang diucapkannya.

Rama mendekat pada Merah. "Tidak boleh begitu, Merah. Mungkin mereka punya alasan kuat kenapa menitipkanmu di panti. Alasan yang belum kamu ketahui. Kau seharusnya bahagia punya keluarga. Sedangkan aku? Aku hanya sendiri. Punya saudara tapi dia tidak tinggal denganku."

"Apa kau yakin aku bisa dengan mereka, Rama?"

"Ya. Kau harus mencoba."

Merah mulai meyakinkan diri. Setidaknya dia harus mencoba.

Walau belum pasti apa yang akan terjadi.



***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro