Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 5 - Tanpa nama



Yang aku tahu, aku suka
Saat-saat yang menyenangkan
Pelukan hangat yang menetramkan
Dan jiwa yang terus menerka-nerka

Apakah itu?




***



"Kembalikan tas-ku," kata Merah dengan malas.

Beberapa orang yang berseragam sama dengan Merah, termasuk Ratu, ketua geng pengacau sekolah tertawa mengejek.

Bagi siswa-siswa sekolah, geng yang diketuai Ratu adalah yang paling dihindari. Mereka akan mengerjai si korban, sampai orang tersebut pergi dengan sendirinya. Pindah sekolah misalnya.

Tapi, bagi Merah, mereka hanya sekumpulan manusia kurang kerjaan yang ingin mencari perhatian.

Merah tak peduli akan mereka, selama apa yang mereka lakukan tidak merugikan Merah.

Namun, sekarang tidak lagi.

Ratu berjalan dengan mendongakkan kepala, menunjukkan kekuasaannya. Makin mendekat ke arah Merah. Perlahan, hingga sampai tepat di depan Merah.

Ratu memutar bola matanya, kemudian menatap Merah tajam. "Kau seharusnya tahu diri, siapa kau. Kau hanya pembawa sial," tutur Ratu yang mulai diterjang emosi. "Dan apa-apaan kau mendekati Rama?! Orang sepertimu hanya sampah. Tak berguna dan tak diinginkan," sambung Ratu, kemudian mencolek kasar kepala Merah.

Merah yang tadinya biasa saja mulai geram.

Ditendangnya kaki Ratu.

Ratu terjengkal, jatuh tanpa persiapan.

Ratu meringis kesakitan.

Empat orang lainnya berdatangan dan menolong Ratu. Mereka membantu Ratu untuk bangkit. Sementara Merah pergi begitu saja.

"Jangan biarkan dia pergi, kita harus habisi dia," perintah Ratu pada ke empat temannya. Lalu mereka dengan cepat mengejar Merah.




***



Rama memperhatikan Merah yang wajahnya datar. Merah terlihat marah. Entah apa yang membuat Merah marah, Rama tidak tahu.

"Hei, apa yang terjadi," tanya Rama sambil mengelus rambut Merah lembut.

Merah menatap Rama, kemudian tersenyum manis.

"Tidak apa-apa, Rama. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," kata Merah mencoba menenangkan Rama.

Rama seperti merasa sesuatu. Dia khawatir sesuatu yang jahat terjadi pada kekasihnya. Dia hanya ingin Merah dalam keadaan aman.

Walau Rama tahu itu sulit.

"Benarkah?" tanya Rama memastikan sesuatu.

Rama memperhatikan raut wajah Merah. Tidak ada apa-apa di sana. Wajahnya masih seperti dulu.

Merah terlihat baik.

Namun dalam diri Rama merasa tidak.

Entah apa pastinya.

Merah memeluk Rama.

Mendekapnya erat.

Mencium bau tubuh Rama. Salah satu hal yang disukai Merah. Apalagi saat Rama pergi beberapa minggu, itu menjengkelkan bagi Merah. Merah tak lagi bisa merasakan hangat tubuh Rama.

Tapi sekarang tidak.

"Tidak ada apa-apa, Rama. Aku baik-baik saja," ucap Merah lembut,

Rama tidak mempunyai alasan untuk tidak mempercayai Merah.

Kekasih gelapnya.





***




Satu sekolah gempar dengan berita terbunuhnya geng bully paling terkenal di sekolah itu.

Entah mereka harus bersedih atau bersyukur akan hal itu.

Suatu pembunuhan yang penuh dengan tanda tanya.

Mayat kelima orang, Ratu dan kawan-kawan ditemukan gosong terbakar di dekat hutan.

Tidak ada jejak pelaku pembunuhan sama sekali, seolah semua telah direncanakan.

Mereka mengutuk si pembunuh yang keji.

Namun dalam hati, tidak dapat dipungkiri mereka mengagumi pembunuh yang dengan mulusnya melakukan pembunuhan.

Entah siapakah dia.




***



"Kamu tidak boleh pergi ke sana ke mari sendirian, Merah," kata Rama dengan tegas.

Merah menampilkan raut wajah penuh tanda tanya.

"Kenapa?" tanya Merah yang tidak mengerti akan Rama.

"Kau tahu, di lingkungan kita tidak aman lagi, Merah. Ratu dan teman-temannya menjadi korban pembunuhan. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu," ujar Rama dengan tulus.

"Kenapa?" tanya Merah lagi.

Rama mendekat ke arah Merah, kemudian memeluknya. "Aku mencintaimu. Sangat." kata Rama sambil mengecup rambut Merah.

Menghirup wangi rambut Merah, yang beraroma bunga wamar.

Hati Merah menghangat, bahagia.

Merah tahu Rama benar-benar mencintainya.

Namun, Merah tidak tahu harus melakukan apa. Tidak ada yang pernah memberikan hal semacam ini pada Merah.

Dan Merah tak pernah menyatakan cinta pada siapapun.

Ataupun membalas perasaan cinta orang lain.

Namun, entahlah.




***








Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro