Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TIGA PULUH DELAPAN

S A T U   B U L A N   K E M U D I A N

i s o b e l

Isobel bediri di ruangan kecil dan sempit di lantai empat rumah sakit St.Mungo's. Di depannya terdapat wadah logam besar, berenang di dalamnya cahaya perak ingatan Draco.

Satu bulan, isobel bertarung dengan ketakutannya sendiri. Ia tau menyaksikan ingatan Draco akan membuat perasaannya semakin kacau; akan membuatnya merasakan hempasan kesedihan dan penyesalan. Isobel takut menyaksikan kisah mereka - akhirnya menjadi saksi saat-saat yang dulu pernah ia alami - akan membuatnya semakin merindukan Draco.

Tanpa ia sadari, ia memang sudah sangat merindukan Draco. Ia tidak harus menyaksikan apa yang terjadi di kehidupannya dahulu untuk merindukan Draco hingga dadanya terasa sesak.

Isobel membangun keberanian untuk Apparate ke St.Mungo's. Ia mencari seorang Healer yang mengurus ibunya dan meminta tolong untuk menggunakan Pensieve. Dan tiba dirinya di sini, tidak ada kata mundur.

Ia menyaksikan ingatan ibunya terlebih dahulu, segera. Ibumu mengatakan segalanya yang ia tau, surat Draco tertulis. Tidak akan ada kejutan. Tetap, dada Isobel terasa sesak karena gelisah, dan jari-jarinya bergetar ketika ia mengosongkan botol kecil itu ke dalam Pensieve.

Ingatan ibunya berisi beberapa bagian dari kehidupan yang mereka lalui bersama. Gambaran-gambran dari masa kecil Isobel, di mana kedua orang tuanya bahagia dan sehari, di mana mereka tertawa dan menari bersama dan semuanya baik-baik saja. Isobel menyaksikan dirinya di usia 12 tahun mendapatkan surat Hogwarts dan bagaimana orang tuanya hanya mengamati dengan bangga, menyaksikan bagaimana Isobel memeluk ibu dan ayahnya dan melangkah ke dalam Hogwarts Express; menyaksikan ibunya menyeka air mata seiring pintu kereta tertutup dan berjalan.

Saat-saat yang Isobel tetap ingat, tentu saja, tapi rasanya aneh untuk melihat dari sudut pandang ibunya. Rasanya aneh untuk melihat hubungannya dan ibu dari pandangan ibunya, dan tibalah ia di saat ibunya mendapat kabar tentand kepergian ayahnya - ketika Isobel melihat gambaran ibunya menahan nafas seiring ia menunggu Isobel kembali dari Hogwarts - lalu Isobel mulai menangis juga.

Potongan gambar itu hilang, dan Isobel berdiri di ruang tengah rumah lama mereka. Melihat tubuhnya sendiri terbaring di sofa, luka bakar berbentuk bintang tergambar di lehernya. Ibunya berlutut di sebelahnya, menangis tersedu di depan putrinya yang hampir saja pergi dari pelukannya.

Ia melihat Lucius Malfoy mendobrak masuk, melihat ibunya berteriak dan berdiri tegak di saat Lucius mengancamnya. Isobel menyaksikan Maggie membuat keputusan ceroboh yang akan memberi dampak pada kehidupan mereka semua. Maggie membereskan barang-barang, menghilangkan ingatan anaknya di bawah tatapan tajam Lucius, dan seperti yang diminta, menghapus ingatan Lucius dan Narcissa juga. Maggie memindahkan Isobel ke rumah baru mereka, dan beberapa hari kemudian, Isobel tersadarkan kembali.

Potongan gambaran itu hilang dan Isobel menemukan dirinya di dalam kamar ibunya. Maggie berdiri di dekat jendela, membuka sebuah amplop. Ia mengeluarkan dua lembar kertas.

Satu surat ditandai dengan nama Narcissa Malfoy. Hanya berisi:


Aku turut berduka cita atas kepergian putrimu.

Aku menemukan surat ini di kamar Draco, dan menurutku lebih baik kau yang menyimpannya. Walaupun mereka bukan untuk satu sama lain, mereka benar-benar jatuh cinta.


Surat kedua adalah yang ditulis oleh Draco. Isobel menyaksikan ibunya memperhatikan surat itu, melihat air mata yang berjatuhan di mata Maggie seiring ia mulai mengerti sedalam apa rasa sedih Draco. Maggie melipat surat itu dan meletakkannya di rak paling atas di dalam lemarinya, diletakkan di bawah sebuah toples berisi Floo Powder. Gambaran itu juga menghilang.

Isobel menyaksikan Maggie yang terduduk di kursi dapur mereka tengah malam dengan tangan yang menggenggam rambut di kepalanya. Isobel sangat berusaha untuk membaca pikiran ibunya, berusaha untuk mengerti ekspresinya. Jika Maggie benar-benar ingin menjauhkan Isobel dari Draco, seharusnya Maggie menghancurkan surat ini dan pindah keluar negeri. Tapi Maggie tidak membawanya sejauh itu. Melainkan ia meneruskan rencananya untuk diam dan mengulur seluruh pertanyaan Isobel dengan harapan ia tetap bisa mengurung Isobel di rumah selama yang ia mampu.

Isobel melepaskan wajahnya dari Pensieve dengan tubuh yang gemetar. Iya, tidak ada kejutan memang, tapi sekarang ia akhirnya mengerti bahwa ibunya tidak pernah sepenuh hati ingin menjauhkannya dari Draco. Ibunya hanya memastikan Isobel tetap berada di dalam rumah semampunya; menjelekkan nama Malfoy dan berusaha untuk membangkitkan ketakutan akan Death Eater jauh di dalam hati Isobel. Tapi Maggie sudah sekarat sejak hari pertama kalung Isobel menyelamatkannya. Maggie tidak berharap untuk bisa mengontrol Isobel selamanya.

Dan sekarang Isobel berdiri, memandang garis perak ingatan Draco, merasa sangat takut. Karena ia membayangkan melihat ingatan ibunya dengan mudah - dan bagian yang sulit akan segera datang. 

Ia memeluk dirinya sendiri, berusaha mengumpulkan keberanian. 

Ginny menawarkan diri untuk menemaninya hari ini tapi Isobel menolak, berkata bahwa ia ingin melakukannya sendiri. Tentu saja - ia menghargai dukungan Ginny, tapi saat seperti ini terlalu pribadi untuk dilakukan bersama teman. Sebenarnya, seluruh bagian dari Isobel berharap ia bisa melakukan ini bersama Draco. 

Pantulan cahaya dari ingatan Draco terarah ke langit-langit ruangan, seperti cahaya bintang-bintang plastik di kamar Draco. Isobel memejamkan mata dan mecoba untuk membayangkan apa yang sekiranya akan Draco katakan sekarang, jika ia berada di sini.

Suara Draco terdengar sayup-sayup di kepalanya. Kalimat yang selalu Isobel katakan untuk dirinya sendiri - tapi ia belum lama ini baru mengerti dari mana asalnya, dari siapa ia mempelajarinya.

-

Beranilah, Gryffindor.

Isobel membuka matanya, memasukkan tangannya ke dalam Pensieve, dan terhisap ke dalam ingatan yang pertama.

Salju tebal yang menyelimuti. Beberapa meter dari Isobel, seorang Draco yang lebih muda - 14 atau 15 tahun, mungkin - bersandar di sebuah dinding. Draco menunduk menatap ladang salju itu, wajah pucatnya cemberut. Isobel mengikuti tatapannya dan melihat dirinya sendiri bersama Ron, tertawa dan teriak di salju itu. Isobel - yang lebih muda, terbungkus pakaian berbahan wol - memisahkan diri dari Ron, berlari ke hutan, melalui jembatan dan ke arah Draco. Isobel menyaksikannya, tersenyum seiring dirinya dan Draco bercekcok, mencemooh satu sama lain.

Isobel tidak mengingat saat itu, ia hanya menyaksikan dirinya yang dulu. Isobel tau ia seharusnya membenci Draco, tau bahwa Draco datang dari dunia yang bertentangan dengan dunia Isobel. Isobel bersikap atas apa yang ia pelajari, mencoba untuk menyembunyikan perasaannya.

Bagian itu hilang dan sekitar Isobel berubah menjadi sebuah atap di gedung kota pada malam hari. Isobel melihat dirinya sendiri bersama Draco di sebuah dinding bata, berbincang, duduk sangat dekat untuk dua orang yang seharusnya menjadi musuh. Isobel menyaksikan mereka berdua berusaha fokus pada pemandangan kota, tapi pandangan mereka tetap berakhir ke arah satu sama lain, bergantian.

Isobel menyaksikan mereka bertatapan dari seberang meja perpustakaan. Menyaksikan Draco menggoda Isobel, mengganggu, memaksa untuk memanggilnya dengan nama panggilan yang Isobel benci. Isobel menyaksikan mereka berciuman di koridor sekolah yang sepi.

Terus dan terus. Semua ingatan terbentuk dan hilang di sekeliling Isobel, dan ia berdiri, terpikat, menyaksikan semua itu berlalu seperti potongan video dalam film. Isobel menyaksikan dirinya jatuh cinta pada Draco Malfoy, dan menyaksikan Draco yang mencoba mendorongnya pergi saat dunia mulai terasa semakin gelap. Isobel menyaksikan Draco - sebelum usia 17 tahun - berdiri di atas menara Astronomi, mengarahkan ujung tongkat sihirnya dengan tangan gemetar ke arah jantung Albus Dumbledore.

Isobel melihat hatinya sendiri hancur saat ia mengetahui bahwa Draco adalah seorang Death Eater. Isobel menyaksikan tahun ketujuhnya berlalu; melihat bagaimana, di samping seluruh perbedaan mereka, mereka menemukan jalan untuk kembali bersama. Sebagaimana yang selalu mereka lakukan.

Isobel menyaksikan mereka berbaring di sebelah danau dan Draco mengelus tangannya dan Isobel meletakkan bunga saljut di belakang telinga Draco. Isobel menyaksikan bagaimana mereka menyusup ke dalam Manor bersama berpegangan tangan, menghindari beberapa ruangan yang berisi Death Eater; berlari untuk duduk di atas air mancur di kebun Draco dan mengabaikan dunia sekitar yang runtuh.

Isobel berdiri, dikelilingi oleh ingatan Draco, dada dan perut dan hatinya semua terasa seperti hancur dan sakit - dan saat Pertarungan Hogwarts berlalu Isobel pikir itulah akhirnya, Isobel pikir semua akan berakhir di situ -

Tapi tidak. Dan Isobel menyaksikannya, kaku seiring dipenuhi perasaan, saat Draco berdiri sendirian di apartemennya di London, Draco menatap foto Isobel dan menggenggam bunga salju itu di tangannya. Isobel menyaksikan Draco berbaring di tempat tidurnya berjam-jam, dengan semua jendela terbuka dan setengah lampu menyala.

Isobel melihat Draco menutup diri dari keluarga dan teman-temannya, dan membiarkan duka menelannya utuh. Seperti yang Isobel lakukan, sekarang.

Ketika Isobel kembali dari Pensieve, wajahnya basah karena air mata, Isobel mengambil ingatan Draco dan Apparate langsung ke rumah dari ruangan itu.

-

Malam itu ia berbaring di tempat tidur ibunya, semua yang ia saksikan tadi berputar lagi dan lagi di kepalanya. Bagaimana mereka tidak bisa menjauhi satu sama lain di samping dunia ini yang menentang mereka - cara Isobel memandang Draco yang terlihat sangat terpesona - ekspresi wajah Draco yang melembut saat Draco menatapnya -

Apa yang sangat menghantui Isobel - gambaran yang otaknya terus kembali, lagi dan lagi - adalah saat Draco berdiri sendirian di apartemennya. Tidak ada yang menegaskan cinta Draco untuk Isobel lebih dari satu tahun yang Draco habiskan, sendirian dan menyedihkan, membiarkan duka untuk menghisapnya. Draco bisa mengatakan hal-hal yang indah pada Isobel, bisa memberinya hadiah yang mahal - tapi tidak ada yang bisa membandingkan dalamnya kesedihan Draco saat ia kehilangan Isobel.

Isobel menggenggam semua surat Draco, satu surat di setiap tangannya. Ia membacanya berulang kali, hingga ia tertidur saat fajar tiba.

Di kehidupan yang lain Draco berbaring di sebelahnya, memeluknya erat.

-

Duka terasa menenggelamkan. Semua itu mengelilinginya, mencakar hatinya dan menariknya ke bawah - kegelapan menyelimutinya setiap ia menarik nafas.

Mereka datang seperti ombal. Ombak besar, kuat, menyesakkan yang entah dari mana datangnya dan membuatnya terjatuh; mengambil nafasnya. Tapi setelah beberapa saat, ombak-ombak itu menjadi lebih kecil. Dan setelah beberapa saat, ia pindah dari kamar ibunya dan mulai tidur di tempat tidurnya sendiri.

Hari-hari berlalu sangat lambat tapi bulan demi bulan berlalu cepat, dan sekaligus udara menjadi hangat dan es mulai meleleh. Kuncup hadir di dahan dan ranting, dan bunga mulai bermekaran lagi, dan sebelum Isobel sadar, musim dingin telah berlalu.

Ginny berkunjung rutin. Ia membuat topik pembicaraan dari semuanya, berusaha untuk mengambil perhatian Isobel dari kesedihannya. Memaksa bahwa Ginny membutuhkan bantuan dengan segala hal dari rencana pernikahannya di bulan Juni, dan meminta Isobel untuk menjadi maid of honor-nya.

Dan beberapa saat kemudian, ketika pepohonan dan jalanan dan kebun kecilnya terasa memuakkan, ketika sarung bantal dan selimut yang terbaring di tempat tidur ibunya mulai berdebu; ketika Isobel masih merindukan Draco dan memikirkannya membuat Isobel merasa sakit fisik -

Ketika Isobel tidak bisa lagi berdiri untuk menghabiskan satu menitpun di rumah pinggir kota itu, ia memutuskan sesuatu. Ia mengunci pintu, dan Apparate.

Isobel bisa merasakan udara yang terasa asin di pipinya sebelum ia membuka mata.

-

Ia membangun kembali dindingnya. Pondok itu sudah lama ditinggalkan jauh sebelum Draco menemukannya. Kondisinya tidak baik, tapi Isobel tidak mempermasalahkannya sedikitpun. Ia memperbaiki seluruh ruangan dengan lambaian tongkat sihirnya, memperbaiki barang-barang yang bisa ia perbaiki dan mengubah sisanya untuk menjadi pasir dan mengibasnya ke arah pantai. 

Lalu ia kembali ke jendela yang pecah dan suram yang mengarah ke laut. Dengan beberapa lambaian tongkat - dengan mantra memperbaiki, mengubah bentuk dan membersihkan, Isobel memperbaikinya juga. Dan jendela itu menjadi berkilau dan baru, dan pemandangan dari laut biru itu terlihat sangat jelas, seakan jendela ini tidak memiliki kaca.

Isobel membersihkan dan memperbaiki seluruh jendela di pondok itu, memperbaiki kursi yang rusak dan bingkai pintu yang jatuh. Isobel melakukannya sendiri.

Saat malam tiba, ia Apparate kembali ke rumah. Ia berbaring di tempat tidur dan sebuah senyuman tergambar di wajahnya, merasa lebih bahagia dibandingkan berbulan-bulan sebelumnya.

Hari berikutnya ia mengemas seluruh barangnya dan ibunya, dan pergi. Ia tidak akan pernah kembali ke rumah itu lagi.

Isobel mengunjungi kota terdekat dari pondok untuk membeli barang dan hal-hal kecil yang masih ia butuhkan - yang paling penting, selimut dan sofa untuk duduk di depan jendela -

Dan setelah semuanya selesai - rapi dan terisi - ia berjalan ke bebatuan mengarah ke pantai. Ia berdiri di pasir, menatap ke arah pondok dan tersenyum.

Sebagaimana yang mereka pernah bayangkan.

-

Isobel dengan mudahnya menyesuaikan diri di pondok itu. Semua yang ia inginkan dari sebuah ruma ada di sana - di dekat laut, nyaman; ukurannya biasa saja tapi cukup jika teman-temannya berkunjung. Ginny, Neville, Luna dan Hermione semua berkunjung, beberapa kali sekarang, dan sisa waktunya ia habiskan sendirian.

Dan semuanya baik-baik saja.

Isobel menjadi lebih sering keluar rumah - mulai menelusuri kota terdekat dan mengunjungi teman-temannya. Seiring pernikahan Harry dan Ginny yang semakin mendekat, Isobel membantu mereka untuk merancangnya.

Isobel tidak berhenti memikirkan Draco atau ibunya. Ia tidak merasa lebih tidak sedih dari sebelumnya, rasa sakit kehilangan mereka tidak hilang. Tapi perlahan, ia mulai bisa hidup berdampingan dengan rasa sedih itu.

Bahkan, ia memikirkan Draco lebih dari sebelum ia pindah ke sini. Ia merasa lebih dekar dengan Draco di sini, mengetahui bahwa inilah tempat yang dipilih Draco untuk mereka berdua.

Dan Isobel tau di kehidupan lainnya, Draco duduk di sebelah Isobel, di depan jendela. Draco akan membaca dan Isobel akan menulis, dan tidak akan ada orang lain.

-

Di pagi hari pernikahan Harry dan Ginny, Isobel bangun lebih awal untuk bersiap. Ia bersiap-siap sebelum ia tiba di Burrow, dimana Isobel, Hermione, dan kakak ipar Ginny, Fleur, akan membantu Ginny untuk mengenakan gaun pengantinnya. Upacara akan dilaksanakan di kebun Weasley.

Gaun pengiring Isobel berwarna merah muda pucat. Bersulam bunga di bagian tubuh dan rok yang ringan sepanjang mata kakinya. Dari waktu yang ia habiskan di luar di pantai, kulit Isobel terlihat lebih gelap. Rambutnya lebih panjang dari sebelumnya, dan hari ini rambut ikalnya bergantung ringan di pundaknya.

Ia membuka laci meja rias. Mengambil kalung bintang Draco, perak dan berkilai; sangat ringkih. Tidak tersentuh selama berbulan-bulan. Ia mengancing kalung itu di lehernya.

Lalu ia Apparate ke Burrow.

-

Para pengiring penganting mengelilingin Ginny berjam-jam, memperbaiki rambutnya dan memastikan gaunnya sudah terpasang dengan benar. Di luar, Isobel bisa mendengar para tamu yang tiba, berkumpul di kebun dan mengisi tenda besar yang dibuat untuk acara ini. Tapi fokus Isobel hanya tertuju pada Ginny, dan gaun dan tudung dan bunganya, dan memastikan rambut Ginny tidak ada yang berurai.

Saat seluruh tamu sudah duduk di dalam tenda, dan Harry berdiri di tempat dan Ginny sudah siap, para gadis berjalan ke tepi tenda, dan bersiap untuk masuk.

Ginny, bersinar dengan balutan gaun putih lembutnya, mengambil tangan Isobel dan menggenggamnya. "Terima kasih sudah datang," ia berbisik. "Kehadiranmu sangat berarti untukku."

"Tentu," kata Isobel, tersenyum. "Aku tidak akan melewatkannya."

Ginny mengangguk dan menghadap ke ayahnya. Fleur, melihat ke arah Ginny, menerima tanda untuk memulai acara. Musik bermain hingga suaranya keluar tenda, dan Hermione melangkah maju untuk menjadi gadis berikutnya yang masuk.

"Iz," kata Ginny dengan tajam, menjauh dari ayahnya. "Boleh cek tudungku lagi?"

Isobel yakin itu sudah sempurna. Tapi ia hanya menurut dan berjalan ke belakang Ginny untuk merapikan tudungnya lagi. "Sudah bagus, Gin."

Hermione menghilang, dan giliran Isobel untuk masuk. Ia mengenggan tangan Ginny dan berjalan, tapi Ginny menariknya kembali.

Isobel mengelus tangannya, di mana kuku Ginny baru saja mencakarnya. "Apa semua baik-baik saja?"

"Aku harus memberitaumu sesuatu."

Isobel cemberut. "Ginny, aku harus masuk sekarang."

"Aku pikir kau harus tau," kata Ginny, suaranya tergesa tapi tenang. "Aku mengundang Malfoy ke acara ini dan resepsi. Dan Zabini, dan Astoria. Mereka semua duduk di sana sekarang."

Isobel terkesiap. Tangannya langsung dibasahi oleh keringat dan jantungnya berdetak sangat kencang.

Ginny merapikan gaunnya, terlihat sangat tidak peka. "Ayo," kata Ginny. "Aku akan menemuimu di dalam."

"Tidak," kata Isobel gemetar. "Tidak, mereka tidak mungkin ada di sana -"

"Kami berteman sekarang," kata Ginny. "Rasanya tidak sopan jika aku tidak mengundang."

"Itu - itu bukan alasan kau mengundang mereka - "

Ginny mengangkat bahy. "Bukan," kata Ginny. "Kau benar, bukan itu alasannya. Tapi aku ingin mengundang Malfoy, karena menurutku ada hal yang belum selesai di antara kalian. Dan karena saat ini dia tidak mengenalmu, rasanya aneh jika hanya mengundang Malfoy."

"Hal yang belum selesai," Isobel mengulang. Ia bahkan tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi. "Ginny, semua sudah selesai. Ia tidak ingat siapa aku, tidak ada lagi -"

"Ini pernikahanku," kata Ginny, "aku boleh melakukan apapun." Ia mengangguk ke arah tenda yang terbuka. "Jalan."

"Tapi aku tidak bisa-"

Ginny menyisir rambut Isobel. "Sayang," ia berkata, "jika kau tidak jalan sekarang, kau akan membuatku terlambat ke pernikahanku sendiri." Ginny tersenyum. "Dan kau bisa. Kau akan baik-baik saja."

Isobel tidak yakin bahwa dirinya bernafas. Tapi ia berbalik ke arah tenda. Menggenggam rangkaian bunga di satu tangannya dengan gemetar dan dengan satu tangan lainnya ia membuka tenda.

Isobel menatap Ginny sekali lagi dengan ketakutan. Lalu ia melangkah ke dalam.

-

Maaf banget terlambat, satu chapter lagi semoga nanti malam kelarrr!


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro