Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ROUND 20: Ikut Gue

"Al, ikut gue bentar."

Al yang tengah sibuk tertawa riang dengan Lail dan V, seketika terdiam. Dia menatap Arga lama.

"Ke mana?"

"Ikut aja."

"Cie cieee ada yang mau jadian kayaknya, nih!"

"Iya tuh. Pake segala rahasia mau dibawa ke mana. Khem!"

Mulai. Duo julid sudah mulai mengejek Al setiap Arga berada di sekitarnya. Mereka kian gencar menjodoh-jodohkan semenjak kejadian di rumah sakit saat Al menarik Arga mendekat.

Duo sohibnya ini ternyata tau, tapi iseng sekali menggagalkan aksinya.

"Gue lagi males ke mana-mana. Kalo mau bicara, di sini aja." Al menyahut cuek. Dia sudah menyandarkan punggung ke kursi. Matanya terpejam dengan dua tangan di belakang kepala.

Arga mendesis lirih. Tangannya terkepal. Keras kepala sekali.

"Eh? Tumben lo gak jingkrak-jingkrak kegirangan, Al? Ini diajak doi lo, loh." V berspekulasi.

"Tau. Ada kesempatan langka malah gini. Udah, pergi sana. Kasian si Arga nungguin nih. Paling beneran penting." Lail menepuk lengan Al sangat, benar-benar keras agar Al membuka matanya.

Namun, Al juga sedang tidak ingin diganggu.

Tidak mau membuang waktu terlalu lama, Arga bergerak maju. Dia menarik tangan Al dan mengajaknya keluar. Ditarik-tarik layaknya kambing.

Perlakuan tak terduga Arga menjadi bahan sorotan dan kooran yang lain. Kelas kembali ramai.

Selama dua tahun kebersamaan mereka di kelas, Arga tidak pernah mau menyentuh atau disentuh perempuan. Selalu memasang tatapan dingin ketika dia nyaris saja bersinggungan dengan lawan jenis.

Teman-teman sepermainannya seperti Ical, Yoga, Janur, Vikra, Roki, dan Dika kadang mengira Arga itu gay atau masalah penyimpangan lainnya. Arga tidak pernah berinteraksi selain kepada mereka berenam. Hanya jika sangat genting saja dia mau menyapa.

Yaa, apalagi kalau bukan kedudukannya sebagai ketua kelas. Selepas itu ... jangan berani-berani say to hello atau memberi sesuatu. Tatapan menusuknya cukup untuk menjelaskan bahwa: Enyahlah!

Arga memang super tampan. Bentuk wajahnya yang sangat sulit ditemukan di kota mereka menunjukkan kalau dia akan sangat digilai para perempuan.

Selain hidung bangir, kelopak mata agak lebar, bibir tipis, badan Arga yang tegap dan terlihat berotot juga jadi salah satu faktor kenapa hampir perempuan di kelas mereka menyukainya. Hanya saja sayang sekali, pribadinya membuatnya tidak bisa didekati. Arga terlalu tinggi memasang tembok berkawat bagi lawan jenisnya.

Namun, ketika keenam temannya itu untuk pertama kalinya melihat Arga berani menarik Al, cewek tengil dan sangat anti mainstream itu, keenamnya dapat menyimpulkan kalau tipe cewek Arga ternyata sangat di luar jangkauan.

"Udah. Dia golongan makhluk alien. Jelas!" Vonis Ical sambil mengetuk-ngetuk meja dosen.

"Yaa gue gak kaget, sih," sahut Yoga tak seirama dengan Ical.

"Gue juga."

"Gue juga."

"Duain."

"Ibid."

"Oy!" Ical menggebrak meja dosen lagi. Kali ini lebih keras. Tidak terima teman-temannya tidak ada yang mendukung opininya.

Kenapa selalu dia yang ketinggalan informasi?

"Lo mah, ini udah cerita lama. Al itu emang udah suka sama Arga. Trus sekarang Arga juga suka. Lo gak tau juga?" Roki menggeleng kasihan. Pipi tebalnya seperti terlempar.

"Buta! Lo?"

"Mata lo!" sambung Janur pada ucapan Vikra sebelumnya. Duo biang rusuh itu mengadu tos, ciri khas mereka.

Mereka tertawa girang karena berhasil mengejek Ical.

"Diem lo, Duo Bagong!" hardik Ical.

"Makanya kalo mau jadi Fakboy tuh, juga kudu punya kepekaan. Gak bakalan ngegantung terus, baru dua bulan jadian, udah putus!" ledek Dika yang segera mendapat lemparan penghapus dari Ical dan tatapan menusuk dari V.

"Mampus! Makan tuh, mulut cabe." Yoga terbahak. Melihat sebagian wajah Dika yang menghitam.

Kelima temannya terbahak. Semakin gencar mengejek Dika yang hampir menangis.

***

"Ada apa, sih!" Al melepas tangannya kasar dari pegangan Arga. Mereka ada di sekitar gedung yang sepi. Berdiri berhadapan.

Arga masih lekat menatap Al sebelum akhirnya bicara. "Lo ke mana semalem? Kenapa gak ada di rumah?"

Al mengangkat alis. "Napa lo kepo?" Tak heran lagi mengapa Arga bisa tau dia ada di rumah atau tidak.

Arga sedikit melembutkan tatapannya mendengar nada membentak Al yang baru kali ini didengarnya. Biasanya dia berbicara pelan ketika bersamanya.

Ah, apa benar karena kejadian pelacak itu?

"Jawab aja. Ke mana lo semalem?"

Al berdecak. "Gak usah sok deh lo. Lo bukan siapa-siapa gue! Bye!"

"Gue suka sama lo."

Al sudah berjalan lima langkah jauhnya ketika telinganya serasa berdenging mendengar suara Arga berikutnya.

"Gue suka sama lo. Apa itu gak cukup buat jadi alasan gue pengen tau lo ke mana semalem?"

Al memejamkan matanya. Menghembuskan napas kesal. Dia menahan diri untuk tidak menubruk Arga sekarang juga.

Apa yang dikatakan cowok konyol ini? Suka padanya? Yang benar saja!

Al berbalik. Berjalan mendekati Arga dan menaruh satu lengannya di pundak cowok itu. Menantang mata Arga yang sehitam malam.

Area gedung itu makin sepi karena letaknya paling jauh dari gerbang kampus. Dedaunan bergerak jatuh ketika angin menyentuhnya.

"Dengerin ini, Arga Prakarsa Rahardi. Gue bukan cewek gampangan yang nerima gitu aja cowok yang pernah ngerendahin gue. Gue tau lo bilang suka bukan karena lo suka beneran, tapi karena lo mau tau sesuatu dari gue. Ya, 'kan?"

Al melepas pegangannya pada kerah baju Arga. Hendak menjauh, Arga sudah lebih dulu menarik tangan Al dan menahan punggungnya. Posisi mereka lebih dekat dari sebelumnya.

Kedua hidung yang sama-sama lancip itu bersentuhan ujungnya. Tangan Arga yang berada di punggung Al, membuatnya seolah memeluk gadis itu.

"Gue gak pernah seserius ini dalam hidup gue. Apa yang gue ucapin itu emang kenyataannya. Gue beneran suka sama lo, Almatara."

Arga melepaskan Al ketika ponselnya berdering. Memberikan ruang untuk Al bernapas dari keterkejutannya.

See? Itu sangat tidak terduga!

"Astaga, astaga! Gue pasti lagi ngimpi!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro