ROUND 1: Musuh Cinta
Al memainkan kunci motor di tangannya, berputar-putar indah di telunjuknya.
Orang-orang yang melihat penampilannya hanya bisa bungkam dengan mulut ternganga. Tak sanggup berkomentar apa pun. Al tersenyum. Peka akan sekitarnya yang selalu takjub akan kehadirannya.
Memang ya. Berbeda itu menyenangkan.
Menuju Aula Utama kampus, Al sempat mampir di kantin untuk membeli minuman. Tenggorokannya mengkarat seperti besi lama ditinggalkan.
“Kamu kenapa? Pakaianmu kotor sekali.” Itu suara pertama yang berani bertanya secara langsung.
Al terkekeh pelan. Menutup botol minuman, menatap lawan bicaranya. “Gue abis dikerjain orang. Kita lagi main game soalnya.” Dia sedikit menepuk celananya yang sama sekali tak mau bersih. Tanah bercampur rumput basah, dua hal kotor yang sempurna.
“Siapa yang berani celakain kamu??” Wanita paruh baya bercelemek itu turut duduk di sisi Al. Wajahnya sempurna penasaran. “Kenapa kamu gak lapor polisi?”
“Gak perlu. Lagian kita cuma lagi main, kok. Kita main game, tau? Jadi nanti ... pasti gue bales perbuatannya ini.”
“Ya, tapi mana ada main game sampe babak belur begini?”
Al tersenyum. “Celana gue cuma kotor. Muka gue sehat wal afiat.”
“Ya, tapi—“
“Udah deh, Tanteee. Jangan terlalu dramatis. Ini bukan drama korea kesukaan lo itu.” Al berdiri. Hampir tertawa melihat wajah menggembung sosok yang ia panggil tante itu.
Wanita bercelemek ini sama sekali tidak suka dipanggil tante meski umurnya sudah kepala tiga. Al melambai, menyudahi basa-basinya. Dia harus bergegas ke Aula Utama untuk mengurus sesuatu.
“Yo!” Al membuka pintu Aula lebar-lebar dengan dua tangannya. Tersenyum sumringah pada orang seisi ruangan.
“Lo dari mana aja??” Suara cempreng dan sangat tidak enak didengar itu menyambut kedatangan Al. Cewek bertubuh pendek berlari dengan langkah kecil ke arahnya.
“Astaga! Lo ... kenapa ... lo jatoh?” Lail menabok lengan Al keras. Al nyengir. Balas mengangkat tangannya di udara, hendak memukul Lail, tetapi cewek itu lekas menjauh.
“Lo mah, bukan mukul. Mau bunuh orang. Hehe.”
“Udah mulai dari tadi? Sory gue telat. Ada acara tak terduga tadi,” kata Al pada Yoga, sang ketua panitia acara.
Al mengabaikan Lail. Dia mendekati Yoga dengan senyum manisnya. Ruangan seluas lapangan basket itu masih saja hening. Seolah kedatangan Al adalah sesuatu yang sangat menarik untuk diperhatikan.
Lihat saja itu! Celana kotor karena tanah, ada robekan di bagian lututnya, sepatu yang becek, kemeja yang dipakai asal, oh. Itu sudah biasa. Al benar-benar seperti habis bertempur dengan sesuatu. Namun, perangainya yang tetap santai dan ramah sama sekali tidak menunjukkan kalau dia habis mengalami hal buruk.
“Lo kenapa deh, Al? Dateng-dateng langsung bikin heboh aja.” V, si cewek bule blasteran Jawa-Jerman itu mendekat. “Kerja aja lagi, men-temen! Ga usah peduliin si tebar pesona ini!” teriak V membuyarkan konsentrasi teman-temannya.
Mereka kembali ke aktivitas masing-masing.
TBIN’18 atau lebih tepatnya angkatan mereka sedang mengadakan perayaan hari jadi prodi yang ke-6, dan dengan itu ... kelas A ditunjuk untuk memimpin jalannya acara. Sehari setelah mendengar kabar itu, sebuah tim terbentuk. Al menjadi salah satu yang ikut berperan besar di dalamnya.
Dia ditunjuk menjadi sekretaris. Ya, bisa di bilang itu pekerjaan paling mudah yang diberikan Yoga untuknya. Kerjanya cuma mengurus kertas. Cocok dengan kemalasan Al yang mendarah daging.
“Gue abis jatoh dari sepeda. Makanya kotor gini.” Al akhirnya memberitahu.
“Jatoh di mana? Lo gak apa-apa?” Lail mulai panik, tetapi wajahnya sama seperti biasanya. Masih saja datar.
“Jatoh waktu mau ke sini. Di lampu merah itu.”
“Hh, pasti lo ngebut lagi.”
“Ya donggg!”
Lail melempar pensil yang dipegangnya. Al terbahak.
“Untung aja lo gak apa-apa. Kalo—“
“Kalo gue apa-apa, gue gak akan ada di sini, Bule Cantik.”
V terkekeh. Mengacungkan jempolnya. “Lo mau minum?”
Al mengangguk. Padahal dia sudah membeli minuman tadi, tapi ... tak apalah. Menghargai.
“Makasih.” V mengangguk, kembali melanjutkan pekerjaannya menggunting kertas pita. Dia di bagian dekorasi ruangan dalam acara. Satu-satunya bule di kampus dan lancar berbahasa indonesia. Keberadaannya sempat menggemparkan selama satu semester penuh.
“Istirahat aja dulu. Kerjaan juga udah 85% mau beres.”
“Tanpa lo suruh pun ...” Al berdehem. “... gue bakal 100% cuma duduk doang.”
Yoga tertawa. Netranya yang lonjong serupa kucing, menyipit. Dia orang paling baik sedunia yang dapat memaklumi kegilaan Al selain Lail dan V.
Panggung yang akan jadi tempat berlangsungnya acara juga telah dihias separuhnya. Bagian cewek membuat dekornya, bagian cowok menempelkannya di dinding. Kisruh saat menaiki tangga terlalu tinggi.
Lail sendiri mendapat mandat di bagian konsumsi acara. Dia benar-benar memesan katering terbaik satu jam setelah disepakati kalau dia penanggung jawabnya.
Selesai hari itu juga, bocah kecil itu segera mendatangi tempat katering untuk memastikannya sendiri.
Sungguh, dia adalah perempuan.
“Oh ya, Pak Ketu mana? Kok mata gue gak liat dia seliweran di sini?”
“Biasa. Dipanggil Pak Gantara di ruangannya. Paling disuruh ngurus berkas-berkas.”
“Loh? Pak Rektor belum setuju?”
“Bukan belum setuju.” Yoga menerawang. “Belum dibaca kayaknya.”
“Yeh! Itu sama aja, Bwambang!”
“Nama gue Yoga, please.”
Al nyengir. Tepat saat cengiran Al tiba di akhirnya, pintu Aula terbuka dan menampilkan sosok yang Al cari. Arga. Si biang kerok kesialannya hari ini.
Mereka bertatapan beberapa detik. Al dengan senyumnya, Arga dengan keterkejutannya.
Kenapa dia masih hidup? Itu yang tergambar jelas dari gestur tubuh Arga meski wajah temboknya masih bertahan. Padahal dia sudah mencabut rem tangan dan rem kaki di motor Al. Seharusnya gadis ini tidak ada di sini.
Al semakin mengembangkan senyuman. Mendekati Arga dan menyepak celananya dengan sneakers miliknya yang kotor, meninggalkan jejak tanah di celana jeans Arga.
“Yo! Calon pacar! Gue masih hidup buat ketemu ello, loh. Kangen?”
Arga benar-benar mati kutu di tempatnya. Al nampak sangat sehat.
***
Cerita ini saya ikutsertakan dalam lomba menulis bersama @candukafein . Dukung terus dengan vote dan komennya ^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro