6.Dipermalukan Ardi
Terima kasih sudah mau baca, kasih vote dan komentar ..
Happy reading ... :*
***
"Lo yakin nggak mau ikut?"
"Nggak, Gin," jawab Tata cepat, seraya membereskan meja kerjanya.
"Sebentar doang padahal. Ayolah, Jen." Bujuk Ghina lagi.
"Nggak bisa, Ghina."
"Ahh BT. Gue nggak punya teman nongkrong lagi dong!"
"Kok gitu?"
"Iya, lo sekarang nggak bisa di ajak nongkrong lagi." Ghina memasang wajah sedih.
"Bisa kok tapi nggak sesering dulu."
"Padahal gue udah request ke Desi, makan-makannya di resto favorit lo Jen. Enak lho Jen, lo suka banget sama semua menu disana." Ghina tidak menyerah membujuk Tata.
"Gue mau makan malam di rumah sama suami gue Ghin. Dan itu rasanya jauh lebih enak. Lo sih belum tau rasanya."
"Masa sih?"
"Gue balik duluan. Have fun ya. Bye." Tata pamit saat keluar dari lift, mengabaikan Ghina yang masih saja tidak terima jika ia tidak ikut ke acara ulang tahun Desi, rekan kantornya.
"Jenitaaa nggak asik!" Pekik Ghina kesal melihat Tata meninggalkannya.
***
Tata akhirnya tiba di rumah pukul tujuh malam, ia langsung menyiapkan makan malam untuk Ardi. Setelah selesai memasak dan menyajikan hidangannya di meja makan, Tata bersiap-siap merapihkan diri untuk menyambut suaminya pulang kerja.
Seharusnya Ardi sudah pulang dari jam lima sore tadi, Tata pun merasa aneh kenapa Ardi belum pulang. Tata mencoba menghubungi Ardi, tapi tidak ada jawaban, resah menunggu Ardi, Tata memfoto masakan buatannya lalu mengirimnya pada Ardi.
Hingga tidak terhitung berapa kali ia menguap, kantuk menderanya. Ardi tidak kunjung pulang juga, masakannya juga sudah tidak hangat lagi. Tata menumpukan tubuh dan kepalanya pada meja makan. Tubuh Tata terasa semakin lelah, matanya juga sudah sangat berat menahan kantuk. Hingga akhirnya Tata tertidur pulas di meja makan.
***
Ardi mendapati Tata tertidur dimeja makan saat ia pulang ke rumah tepat pada jam sebela malam. Terlihat juga masakan Tata di atas meja makan, persis seperti gambar yang ia terima lewat aplikasi chat nya barusan.
Ardi harus lembur karena menggantikan Rudi, salah satu Spv-nya yang tidak bisa masuk karena istrinya sedang melahirkan. Sebenarnya bisa saja ia tidak lembur karena masih ada para spv yang bisa menggantikan tugas Rudi, tapi Ardi memilih lembur karena malas untuk pulang ke rumah.
Kulit Tata yang kuning langsat terlihat bersinar berada dibawah lampu yang berada tepat di atas meja makan. Tata mengenakan baju tidur berbahan satin yang panjangnya mencapai lutut nya. Rambut panjangnya di cepol asal-asalan namun tetap memperlihatkan leher jenjangnya yang indah.
Siapapun pasti akan mengakui kalau Tata memang sangat cantik. Begitupun Ardi, saat pertama kali bertemu Tata, Ardi tidak bosan memandangi wajah tirus Tata yang terawat itu. Pimosisi tidur Tata yang miring, menampakkan sisi kanan wajahnya yang mulus, tidak lupa bibir tipis Tata yang pernah Ardi lumat dengan kasar. Ardi mengingat-ingat kapan terakhir kali ia meminta jatahnya sebagai seorang suami.
Emmhhhh
Ardi tersentak kala Tata melenguh, mengeluarkan suara seperti mendesah. Masih dengan memejamkan mata, Tata meregangkan tubuhnya, mengulet sewajarnya orang tertidur. Namun hal itu mengusik Ardi. Tidak berpikir lama, Ardi menggendong Tata menuju kamarnya.
Ardi sudah diliputi nafsu yang tinggi, rasa panas yang mendera tubuhnya membuat ia melepas baju nya. Ia mencumbu Tata yang masih belum sadar dari tidurnya. Ardi mencium bibir Tata, lalu turun ke leher Tata yang memang menarik menurutnya. Mencium ceruk leher Tata dengan nafsu hingga membuat Tata terbangun.
Tata kaget saat membuka matanya, ia mendapati Ardi berada diatas tubuhnya tanpa mengenakan baju. Mata Ardi terlihat sayu, aroma keringat menguar dari tubuh Ardi, terdengar juga deru nafas yang memburu di telinga Tata.
Dengan cepat Ardi melepas baju tidur terusan Tata, namun Ardi kesulitan karena posisi Tata yang berbaring. Tata mengangkat sedikit tubuhnya dan membantu Ardi melepas baju tidurnya. Kini tubuh Tata hanya terbalut dalaman yang membuat Ardi meneguk air liurnya. Ia kembali melumat bibir Tata dan Tata pun menyambut bibir Ardi.
Keduanya kini diliputi nafsu yang membara. Saling menginginkan satu sama lain, tidak lama setelah itu tubuh Tata sudah polos tanpa sehelai benang pun. Tangan Tata mencoba melepas ikat pinggang yang melingkari celana bahan yang dipakai Ardi. Sedangkan Ardi sudah sibuk dengan tubuh Tata yang membuatnya semakin bergairah.
Namun ketika Tata berhasil menarik ikat pinggang Ardi hingga terlepas, di tengah kabut gairah yang melandanya, Ardi menyadari sesuatu. Sesuatu yang ia lupakan sebelumnya. Ardi menarik diri dari atas tubuh Tata, menahan pusing di kepalanya akibat nafsu yang ia tunda secara paksa. Ia berdiri dan mengancingkan kembali celananya yang kancingnya sudah dibuka oleh Tata.
Tata menatap Ardi dengan bingung, Ardi dengan tergesa turun dari tubuhnya dan kembali merapikan celananya. Meninggalkan Tata yang terbaring dengan keadaan tubuh telanjang, lalu masuk ke dalam kamar mandi di dalam kamarnya. Beberapa saat Tata terkesiap dengan sikap aneh Ardi, hingga ia lupa tubuhnya terpampang jelas tanpa sehelai benang pun, sadar akan hal itu ia meraih bed cover abu-abu milik Ardi untuk menutupi tubuh polosnya itu.
Lalu Ardi kembali ke luar dari kamar mandi, dan mendapati Tata masih berada di atas king size bed miliknya.
"Lo bisa pindah ke kamar lo sekarang Ta," ucap Ardi yang kini berdiri di hadapan Tata.
"Apa Di?" Tata sebenarnya mendengar, tapi ia hanya ingin memastikan.
"Balik ke kamar lo sekarang. Gue ngantuk mau tidur."
"Tapi, kita ... ."
"Kita apa? Cepetan, gue mau tidur, capek!"
Tata baru menyadari apa yang terjadi. Ardi menghentikan permainan yang ia mulai sendiri. Bodohnya Tata, sudah terbawa nafsu dengan sentuhan Ardi. Sekarang Ardi menghentikannya begitu saja tanpa memikirkan perasaannya. Ia masuk dalam perangkap Ardi yang membuatnya semakin terlihat seperti seorang jalang.
Dalam diamnya Tata membendung air mata yang sebentar lagi akan tumpah. Harga dirinya sebagai wanita di injak oleh perlakuan Ardi padanya malam itu. Yang ia tidak mengerti mengapa Ardi mengajaknya bergumul layaknya suami istri, tapi kini Ardi yang berhenti sendiri, bahkan mengusirnya pergi dari kamarnya.
"Kenapa bengong? Tunggu apa lagi?"
Pertahanan air mata Tata tumpah seketika. Hatinya sakit diperlakukan seperti ini. Ia melihat keadaan tubuhnya yang menyisakan beberapa kissmark ciptaan Ardi. Tapi Ardi sekarang jelas-jelas memperlakukannya seperti hewan peliharaan.
Tata menangis tanpa suara, membenahi selimut yang membalut tubuhnya, didekapnya selimut itu dengan kencang, tangannya terkepal menahan sesak pada dadanya, lalu turun dari tempat tidur Ardi.
"Baju lo sekalian bawa tuh!" Tunjuk Ardi dengan lirikan matanya pada baju tidur milik Tata yang tergeletak di lantai.
Tata menahan isak tangisnya susah payah agar tidak terdengar Ardi, hingga menyebabkan dadanya semakin sesak. Ia memungut baju tidur nya, lalu kembali berjalan menuju pintu. Bahkan Ardi tidak peduli saat Tata terjatuh karena tersandung selimut yang membalut tubuhnya karena menjuntai kebawah.
Penglihatannya menjadi buram karena tertutup air mata, Tata kesulitan untuk bangkit dari jatuhnya, sebelah tangan Tata meraba-raba mencari apa saja yang dapat membantunya untuk berdiri. Hingga ia menemukan handle pintu, lalu berdiri sendiri dan keluar dari kamar laknat yang menjadi saksi ia di permalukan begitu hebatnya oleh suaminya sendiri.
***
Tata ingin sekali menenggelamkan dirinya di danau buatan di sudut cluster tempat ia tinggal. Ia merasa sudah tidak punya muka lagi di hadapan Ardi. Ia merutuki kebodohannya mudah terhanyut oleh sentuhan Ardi. Ia merasa tidak ada bedanya dengan pelacur yang tidak mampu melayani tuannya.
Tapi apa daya, Tata masih berpikir akan statusnya sebagai seorang istri. Mau tidak mau ia tetap menyiapkan bekal sarapan untuk Ardi, membereskan pekerjaan rumah, lalu bersiap untuk pergi ke kantor.
Rencananya ia akan meninggalkan rumah dan berangkat ke kantor sebelum Ardi keluar dari kamarnya, lebih baik ia berjalan kaki sendiri ke stasiun daripada harus satu mobil dengan Ardi.
Namun, ia terlambat bergerak. Ardi sudah bergabung di meja makan dengannya. Tata menunduk berusaha menyembunyikan wajahnya dari Ardi, selain itu ia juga tidak ingin melihat wajah bajingan yang menyakitinya semalam.
"Nanti setelah lo pulang kantor, sebaiknya lo ke dokter kandungan atau ke bidan," ucap Ardi memerintah.
Tata muak dengan nada bicara Ardi yang memerintah seperti itu, mengingatkannya pada kejadian semalam. Hingga Tata tidak menghiraukan ucapan Ardi itu.
"Lo harus konsultasi alat kontrasepsi yang cocok buat lo. Gue semalem lupa beli pengaman. Jadi sebaiknya lo aja yang pakai kontrasepsi," jelas Ardi
"Alat kontrasepsi?" tanya Tata dengan nada tak percaya setelah mendengar penjelasan Ardi.
"Iya."
"Kenapa harus?"
"Lo tanya kenapa? Kalau nggak pakai pengaman terus lo jadi hamil gimana?"
"Maksudnya kamu apa, Di?"
"Serius, lo nggak paham?" balas Ardi dengan senyum sinisnya.
"Kenapa harus pakai kontrasepsi? Kamu nggak mau punya anak?"
"Gue mau punya anak, tapi bukan dengan lo."
Jawaban Ardi membuat Tata tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia bangkit dari kursinya meninggalkan meja makan tanpa pamit lagi pada Ardi.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro