4. Manajerku, mantan kekasihku
Happy reading..
***
"Tega kamu menyebut aku seperti itu Do? Padahal kamu penyebabnya. Aku serahkan kehormatanku untuk kamu. Aku tinggalkan harga diriku, demi agar kamu kembali sama aku. Bertahun-tahun aku berharap kamu akan menepati janji kamu Do." Tata terisak, mengungkapkan kekecewaannya.
"Sekarang aku datang buat kamu Ta. Kembalilah padaku, Ta. Aku mohon, aku nggak rela kamu jatuh ke pelukan laki-laki lain."
"Aku nggak akan tertipu kamu lagi Aldo! Cukup! pergi dari sini!"
"Kamu cuma milik aku Ta! Sampai matipun aku nggak akan biarin kamu hidup bersama orang lain!" Aldo menarik Tata mendekat padanya, tangan kirinya menarik rahang Tata, sedangkan tangan kanannya mendekap pinggang Tata hingga menempel dengan tubuhnya.
Tata meronta kala Aldo melumat bibirnya dengan kasar, memaksa Tata untuk membuka bibirnya dan menyambut ciumannya seperti biasa dulu mereka lakukan. Sekuat tenaga Tata melepaskan diri dan berusaha untuk berteriak. Namun tenaga Aldo tentu saja lebih kuat, dan hanya terdengar gumaman dari mulut Tata.
Sampai akhirnya terdengar bunyi klakson mobil Ardi dari bawah. Aldo menghentikan ciumannya lalu keluar dari kamar meninggalkan Tata yang menangis karena baru saja dilecehkan olehnya.
***
Sampai siang hari, Aldo tidak kunjung meninggalkan rumahnya. Tata merasa kesal karena ia diperintahkan Ardi untuk membuatkan makan siang untuk mereka. Dadanya masih bergemuruh hebat akibat ulah Aldo sebelumnya, tetapi Aldo bersikap biasa saja didepan Ardi.
Tata menyiapkan makan untuk Ardi dengan telaten. Mengambilkan nasi serta lauk-pauk pada piring Ardi. Dari ekor matanya Tata dapat melihat Aldo menatapnya dengan tatapan tidak terbaca. Tata pun sengaja dengan melakukan hal-hal yang memanjakan Ardi selama menghabiskan makan siang mereka.
Bahkan Ardi sampai tersedak saat Tata bersikap manja padanya. Lalu Tata membantu Ardi untuk minum, mengusap punggung Ardi dengan lembut, dan mengelap sisa-sisa air minum di sekitar mulut Ardi dengan tissue.
"Makanya nikah sana Val, jadinya gak iri lihat gue." Goda Ardi pada Aldo.
Aldo hanya terkekeh. Sedangkan Tata sibuk membereskan meja makan.
"Lo masih sama cewek lo yang dulu itu Val?" tanya Ardi.
"Yang mana?"
"Cewek lo dari SMA itu, yang sampai lo LDR-an waktu kuliah di Singapore."
"Oh, itu." Tata dapat melihat Aldo menghela nafas panjang, lalu matanya melirik ke arah Tata. "Gue datang kesini buat dia, tapi ternyata dia udah nikah sama orang lain."
"Lo sih LDR-an nya kelamaan. Nggak kuat anak orang, jadi kabur kan!" canda Ardi.
"Gue sih wajar, LDR nya jauh, Batam - Jakarta. Lah elo masih satu kota aja bisa kecolongan," balas Aldo seraya tertawa keras berusaha membalikkan keadaan. "Sesama ditinggal nikah mantan gak usah saling menghina deh."
Ardi meresponnya dengan gelak tawa. Mentertawai nasib mereka yang ngenes karena bertahun-tahun pacaran, pada akhirnya mereka hanya jagain jodoh orang.
"Terus lo nggak jadi pindah ke Jakarta Val?"
"Entah. Padahal gue udah berhasil yakinin Bokap biar dia percaya sama gue buat pegang cabang yang di Jakarta. Tujuan gue agar bisa dekat sama mantan gue itu. Gue juga gak nyaman terus-terusan LDR dan berencana buat nikahin dia tahun ini. Tapi ternyata ... ."
"Ya udahlah, cewek nggak cuma dia doang."
"Nggak Di. Gue masih belum tau alasan kenapa dia ninggalin gue, nikah sama orang lain. Dan gue nggak bisa lepasin dia gitu aja."
"Maksud lo?"
"Gue bakal rebut dia dari suaminya Di," jawab Aldo mantap.
Mendengar hal itu, Tata kembali merasa tidak tenang.
***
Akhirnya Tata dapat menghirup udara bebas, kala Aldo angkat kaki dari rumahnya. Aldo pamit pulang saat menjelang sore. Tata berharap tidak dipertemukan lagi dengan makhluk yang satu itu. Tata ingin memperbaiki hidupnya kali ini. Menutup semua lembaran usang masa lalunya yang penuh coretan hitam.
Tata sedang duduk di depan meja rias, menghapus make up-nya, menyisir rambutnya lalu ia akan pergi tidur. Pintu kamarnya diketuk dari luar. Tata baru saja akan beranjak dari kursinya untuk membukakan pintu, namun Ardi si pengetuk pintu itu telah masuk lebih dulu dan duduk di atas kasur Tata. Tangannya bersedekap mengamati Tata dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Ardi? Ada apa?" Tata merasa heran Ardi mau repot-repot naik ke atas dan menemuinya. Biasanya jika Ardi memerlukan sesuatu Ardi hanya berteriak dari bawah.
"Maksud lo tadi siang, apa?"
"Maksudnya?"
"Gak usah pura-pura bego!" Bentak Ardi lalu berdiri dan mendekat pada Tata.
"Aku nggak ngerti kamu bicara apa Di." Jawab Tata pelan.
"Seharian penuh gue berpura-pura bersikap baik dengan lo di depan orangtua dan keluarga kita udah buat gue muak. Dan tadi siang lo ambil kesempatan buat sok akrab sama gue didepan Rival. Maksud lo apa?"
"Aku nggak bermaksud apa-apa. Aku cuma berusaha jadi istri yang baik untuk kamu, Di."
"Tapi tadi lo over!"
"Aku pikir kamu merasa nyaman dengan sikap aku tadi. Karena kamu juga nggak menolak. Jadi, aku harus bagaimana Di?"
"Jadi lo mau gue tolak di depan orang lain?"
Tata hanya diam.
"Gue nggak pernah merasa nyaman sama sekali sama lo. Nggak perlu Ada kontak fisik kecuali gue yang minta. Paham?"
"Paham Di."
Ardi tidak membutuhkan kontak fisik yang menunjukkan kasih sayang antara suami - istri. Kecuali sex diatas ranjang. Tata merasa sedih, suaminya hanya menganggapnya sebagai pemuas nafsu saja.
Kemudian Ardi pergi keluar dari kamar Tata. Tata menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Matanya menatap langit-langit kamar, ia berusaha untuk berani tidur sendiri di lantai atas ini. Tinggal bersama Ardi membuat nya terpaksa menghilangkan sifat penakutnya.
Mengingat besok, Tata cukup senang, ia akan kembali ke kantor. Menghabiskan waktu seharian di kantor bersama sahabatnya dan bertemu Ardi hanya di malam hari. Mungkin dapat mengurangi resiko sakit hatinya atas sikap Ardi yang dingin dan ketus padanya.
***
"Duh pengantin baru, kesiangan!" Gina sengaja mengeraskan volume suaranya, sehingga terdengar satu ruangan divisi collection.
Lalu terdengar riuh suara-suara penghuni divisi collection saling bersahutan menggoda Tata si pengantin baru.
Tata yang beberapa menit lalu tiba di kantor itu masih mengatur nafasnya yang tersengal, menatap Gina tajam dari kubikelnya yang bersisian dengan kubikel Gina. Temannya satu itu benar-benar jahil.
Padahal Gina juga tahu sekarang Tata ikut tinggal bersama suaminya di kota sebelah. Jadi wajar saja ia terlambat karena belum menyesuaikan diri dengan jarak dari rumah ke kantor yang cukup jauh.
Tata mempunyai tiga teman dekat di kantornya. Tia, Gina dan Adel. Tia kini telah pindah divisi, tersisa Gina dan Adel. Namun Adel berbalik menjauhi dirinya saat ia memutuskan Dimas secara sepihak.
Adel memang berpacaran dengan Angga yang merupakan sahabat Dimas. Tata sendiri pun tidak mengerti mengapa Adel menjauhi dirinya hanya karena masalah itu yang tidak ada hubungannya dengan Adel.
Yang tersisa hanya Gina, yang setia saat Tata senang maupun susah, salah ataupun benar. Gina tetap berada di sisi Tata. Tidak segan memarahi Tata ketika salah, tetapi tidak sedikitpun berniat meninggalkan Tata sendirian.
Tata datang terlambat di hari pertama bekerja setelah cuti. Ia bangun kesiangan karena susah tidur semalaman. Belum lagi ia harus menyiapkan sarapan untuk Ardi, juga seragam yang Ardi pakai untuk bekerja.
Salahnya lagi, ia tidak berusaha mencari tahu lebih dulu jadwal keberangkatan dan waktu tempuh commuter line yang kini menjadi satu-satunya angkutan umum yang dapat Tata gunakan menuju kantor. Pukul delapan pagi ia baru tiba di stasiun dekat kantornya. Sedangkan ia masih harus menyebrang menggunakan jembatan penyebrangan orang (JPO) dan masih harus berjalan kaki lagi kurang lebih 15 menit menuju kantornya.
"Ciee pengantin baru rambutnya basah Ciee." Gina berulah lagi ketika melewati kubikelnya berjalan menuju pantri.
Dan seluruh penghuni kubikel di sekitar Tata sampai berdiri, hanya agar bisa melihat rambut Tata yang kata Gina basah.
"Iya, basah tuh.."
"Ciee.. Jenita cieee.. " Mereka berseru kompak.
Astaga. Sebenarnya ini kantor atau kelas Anak-anak SMA sih? Tata mengelap peluh nya. Rambutnya memang basah lebih tepatnya lepek, karena harus olahraga pagi naik-turun jembatan penyebrangan dan juga menyusuri jalan raya yang panas menuju kantor.
Tubuhnya serasa mandi keringat padahal pendingin ruangan menyala semua. Sesaat kemudian suara suara yang menggodanya tiba-tiba berhenti. Tata yang sibuk kipas-kipas dengan dokumen yang ada di mejanya, merasa aneh.
Matanya menoleh kanan-kiri mencari tahu penyebab suasana kini menjadi hening. Namun suara derap langkah sepatu didepannya menjawab.
Di sana mantan kekasihnya sedang berjalan menuju ruang manajer. Berjalan dengan wibawanya, menoleh pada Tata dan memberikan senyum tipisnya. Otomatis Tata ikut membalas tersenyum seraya menganggukkan kepalanya sebagai tanda menghargai atasannya yang sekaligus mantan kekasihnya, Dimas.
TBC
Maaf jika ceritaku terkesan dunianya hanya selebar daun kelor.. Selamat menikmati.. :)
Terima Kasih
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro