2. Mama Mertua
Halo..
Selamat malam..
Semoga betah ya sama cerita ini..
Happy reading..
***
Terpaksa Tata mengisi kamar tidur di lantai atas. Lantai atas sendiri terdiri atas dua kamar tidur yang tersedia kamar mandi di dalamnya, dan sebuah ruang keluarga yang sudah terisi sofa dan televisi.
Ketika malam datang, Ardi memanggilnya ke bawah untuk mengajaknya makan malam bersama. Tata bersyukur Ardi masih memperhatikannya. Sepertinya Ardi memesan makanan melalui ojek daring. Hanya suara denting sendok dan garpu yang beradu diatas piring yang terdengar diantara mereka. Tidak ada percakapan khas pasangan suami istri diatas meja makan.
Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga Ardi lebih dulu menghabiskan makanannya. Menelungkupkan sendok dan garpu di atas piringnya, lalu menenggak habis segelas air putih yang sudah Tata siapkan sebelumnya.
"Mulai besok gue harap lo nggak lupa siapin makan buat gue," ujar Ardi pada Tata yang duduk dihadapannya.
"Iya, maaf. Tadi aku sibuk beresin kamar. Aku jadi lupa," jawab Tata.
"Uang belanja lo bulan ini udah gue transfer ke rekening lo. Uang untuk ibu lo juga."
Hati Tata menghangat, ia menatap Ardi dengan pandangan berbinar. Tidak menyangka Ardi masih berbaik hati padanya.
"Jangan geer dulu. Gue ngelakuin itu semata-mata karena kewajiban gue sebagai seorang suami, memberi nafkah untuk istri," ucap Ardi datar.
"Makasih Di," jawab Tata dengan suara bergetar.
Dengan cepat ia menghapus setitik air mata yang keluar di ujung matanya. Menahannya mati-matian agar tidak menangis didepan Ardi. Tata kemudian langsung membereskan piring bekas makan miliknya dan Ardi lalu membawanya ke kitchen sink.
"Oh ya, sebaiknya acara syukuran rumah ini kita adakan hari sabtu nanti. Sebelum masa cuti kita habis. Tolong lo siapin semuanya, nanti uangnya gua transfer." Tambah Ardi lagi meninggalkan Tata seorang diri di dapur.
***
Tata segera menelpon Ibunya setelah mendapat perintah dari Ardi. Meminta saran apa saja yang harus dipersiapkan olehnya. Akhirnya Tata memutuskan untuk memesan katering untuk hidangan syukuran. Ibu Tata juga bilang sebaiknya Tata menghubungi ketua Rt setempat untuk memberi tahu kalau ia akan mengadakan syukuran rumah baru. Sehingga para tetangga bisa hadir.
Acara syukuran itu akan dilaksakan pada besok lusa. Meski sudah memesan katering untuk hidangan, masih banyak yang harus Tata beli untuk kebutuhan dapurnya. Selain itu kulkas juga masih kosong, dan banyak perlengkapan lain yang Tata butuhkan.
Keesokan paginya, Tata menghampiri Ardi yang tengah membaca koran di halaman belakang. Dengan jantung berdebar ia mendekat, lalu duduk di kursi yang kosong. "Ardi, kamu bisa antar aku ke pasar? Aku mau beli perlengkapan dapur."
"Nggak bisa."
"Aku belum tau dimana pasar dekat sini Di."
"Lo bisa naik ojek di depan cluster Ta."
"Tapi Di, Aku gak bisa di bonceng pakai motor. Kamu kan tau ... ." Belum selesai Tata menjawab, Ardi langsung bangkit dari kursinya meletakkan korannya secara sembarangan lalu masuk ke dalam rumah.
Tata hanya menghela nafas pendek melihat sikap Ardi. Tidak lama kemudian Ardi kembali datang membawa sebuah kertas dan memberikannya pada Tata. Tata menerima kertas yang ternyata sebuah brosur itu lalu membukanya. Brosur perumahan tempat ia tinggal itu ia buka lalu di tutup lagi seraya melemparkan pandangan bertanya pada Ardi.
"Maksudnya apa, Di?"
"Di brosur itu ada denah perumahan ini. Lo bisa lihat dengan jelas dimana letak fasilitas umum yang tersedia di dekat sini. Pasar modern ada dekat sini dan bisa lo tempuh dengan jalan kaki. Gak usah manja mau ke pasar aja minta di antar pakai mobil."
Lalu Ardi kembali duduk dan melanjutkan aktivitas nya membaca koran. Tata hanya menatap sendu pada Ardi yang tidak begitu peduli padanya. Bahkan ini baru permulaan pernikahannya. Bagaimana kehidupan pernikahannya nanti, sanggupkah ia menjalani rumah tangga seperti ini? Batinnya bertanya sendiri.
***
"Mama mau kesini. Cepat kosongin kamar lo," ucap Ardi panik.
Tata yang tengah menyiapkan makan malam untuk Ardi menaikkan satu alisnya. "Kenapa?"
"Ya, nanti Mama tau kalo kita pisah kamar. Buruan!" Perintah Ardi lagi.
"Tapi aku lagi goreng itu, sebentar ya sampai bakwan jagung nya matang."
"Gue bilang sekarang ya sekarang! Nanti Mama keburu datang." Ardi langsung menarik kaos rumahan yang dikenakan Tata lalu mendorongnya menuju tangga.
Tata tidak siap ketika Ardi mendorongnya bahkan ia hampir tersungkur, untung saja ia bisa menahan keseimbangan tubuhnya.
"Bakwan jagungnya biar gue yang jagain. Udah sana cepetan."
Tata dengan cepat membereskan semua barang miliknya. Hanya yang penting saja ia pindahkan ke kamar Ardi. Ia juga mengosongkan lemari pakaian miliknya dan memindahkannya ke lemari milik Ardi di kamar bawah.
Ia pernah bertemu Mama Rani satu kali, di hari pernikahannya beberapa hari yang lalu. Mama Rani memang sudah bercerai dengan Ayah nya Ardi sejak Ardi masih duduk di bangku SMA. Hak asuh anak jatuh pada Wibowo, Ayah Ardi.
Wanita karier yang masih terlihat cantik di usia nya yang tidak lagi muda itu kini sudah tiba di rumah mereka beberapa menit yang lalu.
Rani datang seorang diri menggunakan taksi. Dito Ayah tiri Ardi akan datang esok pada hari-H acara syukuran rumah baru mereka. Tata langsung mengajak sang mama mertua makan bersama, karena kebetulan ia baru saja selesai masak.
Rani ikut turun ke dapur membantu Tata menyiapkan makan malam. Rani menahan senyumnya kala melihat bakwan jagung yang sudah gosong diatas piring.
Tata menyadari apa yang membuat Rani menahan senyumnya. Tata membalasnya dengan tersenyum malu. Ardi memang tidak menjaga bakwan jagung yang tadi sedang di goreng dan malah menonton televisi. Padahal Tata sedang repot memindahkan barang.
Baru saja Tata akan membuang bakwan jagung yang gosong itu tapi mama mertuanya sudah terlanjur melihat dan mungkin saja mertuanya akan berpikir Tata tidak becus memasak.
"Kok bisa gosong gini Ta, bakwan jagung nya?" tanya Rani sambil tersenyum.
"Emm itu Ma ... Aku ...," jawab Tata Ragu.
"Pasti Ardi gangguin kamu masak ya? Dia paksa kamu buat temanin dia sampai kamu ninggalin masakan kamu?" lanjut Rani lagi seraya tertawa kecil.
Tata bingung mau menjawab apa. Dugaan sang mama mertua sangat tidak masuk di akal.
"Ayahnya Ardi juga waktu pengantin baru seperti itu. Cuek tapi manja. Pengennya di perhatiin terus."
"Ardi itu persis seperti Ayahnya. Dingin, cuek, jarang bicara, sok cool gitu deh. Kelihatannya nggak sayang sama kita, tapi sebenarnya dalam hatinya perasaanya untuk kita besar sekali. Itu adalah hal yang harus kamu yakini dalam hati kamu. Secuek apapun Ardi, percayalah hatinya nggak seperti itu."
"Yang Mama tahu kalian saling mengenal belum lama. Mama nggak bisa menebak isi hati kalian masing-masing seperti apa. Sudah saling mencintai ataupun belum."
"Tapi Mama harap tujuan kalian menikah memang semata-mata untuk menyempurnakan Ibadah. Bukan Ada hal tertentu yang kalian tuju."
"Ardi memang menjalin hubungan cukup lama dengan Kanaya. Tapi yang penting kamu yang menjadi istri Ardi. Mama Senang sekali. Kamu cantik, kamu juga baik, Mama sudah suka sama kamu sejak kamu kecil."
Tata tersenyum bahagia mendengar pujian Rani. Rani membawa Tata dalam pelukannya dan Tata tidak sungkan untuk membalas pelukan Rani. Tata bersyukur memiliki mama mertua yang menyayanginya.
"Mama yakin kamu adalah sosok istri sempurna untuk Ardi. Kamu juga akan bisa menerima dan melengkapi segala kekurangan Ardi. Mama titip anak laki-laki Mama yang nakal itu ya, Ta," ucap Rani masih dalam posisi memeluk Tata.
Tata mengangguk cepat merespon permintaan Rani. Meski dalam hatinya menyesali keadaannya yang sudah tidak sempurna untuk Ardi. Andai saja Mama mertuanya tahu akan kenyataan itu. Apakah Mamanya akan menyayanginya seperti sekarang ini. Mendekapnya dengan sayang, atau malah jijik dengannya bahkan mendorongnya dengan kasar seperti yang anaknya lakukan beberapa saat yang lalu?
***
Acara syukuran rumah baru Ardi dan Tata baru akan dimulai pada jam tiga sore. Dini sudah datang dari pagi dan membantu Tata menyiapkan semuanya.
Begitupun Wibowo, dan Dito juga sudah datang. Ayah Tata sudah meninggal saat Tata berusia sepuluh tahun karena kecelakaan motor. Tata yang ikut bersama Ayahnya Saat kecelakaan terjadi hanya mengalami luka ringan. Sedangkan sang Ayah meninggal di tempat kejadian. Hal itulah yang membuat Tata menjadi trauma dengan kendaraan bermotor yang memiliki roda dua itu.
Satu persatu sanak saudara pun datang. Tata menyambutnya dengan sukacita. Ardi memainkan peran sebagai suami yang begitu mencintai istrinya dengan sangat baik.
Ardi selalu melemparkan senyuman dan tatapan penuh cinta untuk Tata. Merangkul, menggnggam tangan Tata bahkan tak segan untuk mengecup kening Tata di tengah obrolan bersama keluarga yang tentunya pembahasannya tidak jauh dari hal yang berbau pengantin baru. Sangat Berbeda Ketika mereka hanya berdua saja. Ardi selalu ketus dan kasar pada Tata.
Tata pun menikmati semua perlakuan Ardi dengan senang. Keluarga Ardi sangat menyenangkan menurutnya. Ia bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar Ardi.
Namun, dunianya mendadak terhenti. Kala melihat salah satu sanak saudara Ardi yang baru saja datang. Mata mereka saling bertemu dan menyiratkan kesakitan yang mendalam. Ia berharap apa yang ia lihat kini hanya halusinasi atau bahkan semua hanyalah mimpi saja.
Namun, harapannya pupus kala laki-laki itu berdiri tepat di hadapannya. Hening beberapa saat lalu terdengar suara dari arah belakangnya.
"Rival? Gue kira lo nggak dateng."
TBC
Ditunggu Kritik Dan sarannya ya.. Terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro