Kalo di pikir-pikir gue dekat si waketos dah 3 bulan.

Awalnya gue ngedeketin karna mau nagih utang.

Tapi entah kenapa sekarang gue nggak terlalu mikirin itu.

Yang gue pikirin sekarang cuma dia, Rara.

Deandra Abhivandya Sagizza.

Entah kenapa sekarang gue mikirin dia mulu.

Mungkin karna uang gue belum di kembaliin.

Atau gue dah nyaman di samping doi?

Entahlah gue juga nggak tau.

"Ra, tumben berbuat maksiat." maksiat yang gue maksud bukan maksiat yang tidak-tidak.

Maksiat yang gue maksud disini itu melanggar aturan.

"Gue juga manusia Na, sekali-kali harus berbuat dosa." kata Rara.

Sekarang gue lagi ngebolos di atap dan apa yang  gue liat? Waketos yang disiplin ngelanggar aturan.

Pemandangan yang indah.

"Na, menurut lu, kenapa kak Frisly nggak suka gue?" lagi-lagi ini.

"Mana gue tau njir. Coba lu tanya ke orangnya langsung."

"Lu mau gue di bunuh ya?" emang salah juga sih, kalo gue nyuruh Rara berhadapan langsung dengan kakak gue yang ganasnya macam maung itu.

"Ra..." panggil gue.

"Yo, kenapa? Mau nagih lagi?"

"Enggak Ra, soal utang itu gue ikhlasin." kata gue sambil mandang Rara.

"Hah?" gue terkekeh, lucu banget sih nih cewek.

"Maksud gue tuh, soal utang lu di gue. Gue ikhlasin, nggak usah ganti." kata gue.

Niatnya gue mau ngelus kepala Rara, tapi dia malah nepis tangan gue.

"Kenapa Ra?" tanya Gue.

"Emang ya, lu sama kakak lu sama aja. Sama-sama ngerendahin gue." cewek emang ya, suka salah translate maksud cowok.

"Bukan itu Ra--

"GUE KECEWA AMA LU NA, GUE KIRA LU BEDA TERNYATA LU SAMA AJA KEK YANG LAIN." salah lagi gue.

"Jujur gue lebih suka kalo lu nagih utang lu di banding kayak gini." kata Rara sebelum ninggalin atap.

Dan sekarang hubungan gue dan waketos retak.

Tbc.