Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Arthur- 10

Kacau! Satu kata yang bisa kukatakan kala ini. Suasana hatiku memang sedang kacau. Bagaimana tidak, melepaskan wanita yang kalian cintai dan betul-betul kalian sayangi begitu berat, bukan? Inilah yang sedang aku alami. Aku tidak pernah menyangka, akan putus dengan Ayana semudah ini. Bagimana kalau Ayana sakit hati? Bagaimana kalau Ayana tidak selera makan? Bagaimana kalau Ayana mendadak jatuh sakit saat malam hujan itu?

Karena penasaran yang begitu tinggi, membuatku memutuskan untuk menyerahkan tokoku sementara pada karyawan-karyawanku, dan juga salah satu fansku ketika SMA. Ifi namanya.

Dia salah satu anggota Ayana and Arthur fans club. Ketika ia mendengar bahwa aku dan Ayana putus, nampak raut kesedihan di wajahnya, namun aku mengatakan pada Ifi untuk tidak menyebarkan berita ini pada teman-temannya. Aku tidak mau, membuat orang lain sedih karena dirku ini.

“Ifi, aku titip dulu tokonya. Ada hal yang harus aku urus!” seruku sembari melepas celemek dan diletakan di atas meja di dapur.

Ifi nampak tersenyum dengan pipi merah alaminya. “Baiklah aku mengerti.”

Aku pun pergi ke tempat Ayana bekerja. Menjadi penguntit dalam satu hari, tidak dilarang, ‘kan? Aku melakukan hal ini, untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja.

Kini aku sudah menyamar dan berbaur dengan para karyawan di tempat Ayana bekerja. Namun, sudah lebih dari lima belas menit, Ayana belum juga muncul.

Rasa khawatir mulai menghantuiku. Aku takut terjadi sesuatu padanya. Ketika aku hendak berdiri, dan menyusul ke rumah Houten, aku melihat dia bersama Jimmy. Ya, Jimmy Dirgantara. Si pria sialan, yang membuatku harus melepaskan Ayana.

Kulihat Jimmy nampak bahagia, sedangkan Ayana nampak kesal karena perlakuan Jimmy padanya. Hatiku panas, geram, rahangku sudah mulai mengeras, ketika Jimmy menganggap Ayana adalah miliknya. Ingin sekali rasanya aku ke sana dan menonjok wajah Jimmy di depan umum. Untuk menegaskan bahwa, Ayana masih mencintaiku!

Namun kuurungkan niatku ketika melihat Aldi. Aku merasa bersalah pada Aldi karena telah memfitnah dirinya dengan Ayana. Namun apa daya? Aku hanya seorang manusia biasa yang pernah melakukan kesalahan, sehingga aku terjerat dalam kesalahan itu.

                                          👑👑👑

Aku masih membuntutui Ayana ketika ia sedang makan di kafe favorit kami, ketika masih bersama. Namun bedanya, kali ini ia bersama Aldi bukan bersamaku. Kenapa hatiku terasa nyeri ketika melihat ia tertawa bebas bersama Aldi, padahal seharusnya aku yang ada di sana, bukan Aldi.

Cring!

Terdengar suara lonceng dari pintu, membuatku menoleh sejenak. Apa yang dia lakuakn, Jimmy? Kenapa dia ada di sini? Mau meganggu lagi Ayana? Ingin sekali aku mencegahnya, namun aku bisa apa? Menjadi yang kalah dalam pertarungan, tidak dapat melakukan apa pun.

Dia sedang duduk di antara Ayana dan Aldi. Nampak ekspresi ceria mereka—maksudku Ayana memudar seketika, ketika melihat Jimmy bergabung di antaranya. Aku yakin, Ayana belum sepenuhnya mencintai Jimmy lagi kali ini, namun bagiamana jika dia sudah mencintai Jimmy lagi? Bagaiaman dengan nasibku? Tidak ada yang perduli bukan?

Perlu kalian tahu satu rahasia tentang diriku, sebelum mencintai Ayana, aku lebih dahulu menyukai Marsha. Padahal kalau dari fisik dia kalah jauh dengan Ayana, namun siafat polosnaya terkadang membuat siapa pun ingin bersama dia, tapi tidak ada yang menyadari itu, sehinga ia sering terkena bully saat masih duduk di bangku sekolah. Aku harap setelah dia menjadi CEO, dia akan lebih dihormati daripada sebelumnya.

                                        👑👑👑

Setelah hari mulai larut malam, Ayana dan Aldi pergi dari kafe. Aku tidak dapat mendengar pembicaraan mereka, namun nampak jelas dari raut wajah Aldi kalau dia sedang kecewa berat dan meminta maaf pada Ayana. Hanya senyuman manis yang ditunjukan Ayana, karenanya Aldi kini masuk ke dalam mobil, menyetir sendirian tanpa ditemani Ayana.

Ayana hanya bergeleng pelan, terlihat Jimmy mengejar Ayana, namun Ayana nampak bersikeras untuk menolak. Ia sampai melotot, membuat Jimmy selalu tersenyum bahagia ketika bersama Ayana.

Namun, ego dari CEO itu, tidak dapat meluluhkan hati seorang bidadari. Dengan menyesal, Jimmy pergi mengendarai mobilnya, sementara Ayana juga pergi berjalan, dan aku membuntutinya. Karena Ayana itu cantik, aku takut banyak pereman mabuk yang menggodanya nanti, se-galak-galaknya Ayana, ia masih wanita lembut yang butuh peerlindungan, mana mungkin ia menang melawan para Pria berotot kekar.

Dan ya, benar saja, ketika sampai di gang sepi, sekelompok pereman nampak mengerumuni Ayana, namun tidak ada ekspresi cemas dan ketakutan dari Ayana. Justru wajah para pereman itu memerah ketika Ayana tiba. Entah apa yang terjadi. Tapi, ada salah satu pereman yang sedang mabuk. Ia seperti tidak dapat mengontrol emosi dan nampak bernafsu pada Ayana.

Dengan cepat, para pereman lain membantu untuk menyelamatkan Ayana, tapi tidak ada seorang pun yang mampu menahan amukannya. Kini Ayana sudah terpojok, dan hendak membentur tembok. Apa yang harus aku perbuat? Apa aku harus membantunya? Atau menjadi pengecut dan diam menonton aksi yang kejam itu?

Persetanan dengan rasa malu, aku harus keluar sekarang! Aku pun memutuskan untuk muncul, dan menghadang pereman itu yang akan menyentuh pipi mulus Ayana.

“Siapa kau, brengsek!” teriak pereman itu di depan wajahku. Mulutnya nampak bau alkohol begitu menyengat bahkan dari jarak satu meter.

Ayana dengan reflek menempel pada bahuku. Sungguh ini adalah hal yang akan kurindukan nantinya, menjadi pahlawan bagi wanita yang kau sukai, akan nampak hebat sampai kapan pun di matanya.

“Mundurlah dulu Ayana, aku takut kamu terkena luka karena terpukul olehku,” kataku lirih. Ayana mengangguk lembut, lalu mundur sedikit dari bahuku.

Bugh!

Satu pukulan telah aku daratkan pada pipi si Preman. Tidak mau kalah denganku, si Pereman itu membuang botol alkoholnya ke sembarang tempat, sehingga menimbulkan suara pecahan kaca yang begitu nyaring.

“Sialan!” geramnya sembari mendaratkan pukulan padaku, dengan asal. Tentu saja, karena pengaruh minuman membuatnya tidak bisa berkonsentrasi penuh untuk memukulku sekali pun.

Pegaruh alkohol sudah merasuki penuh tubuhnya kali ini. Dengan cepat, ia ditahan oleh teman-temannya, sementara aku refleks menarik lengan Ayana dan membawanya ke suatu tempat yang jauh dari sana. Kini kami sedang berdiri di dekat taman. Di sampingnya, menjulang sungai dengan air tenang, meski tidak sama dengan tempat aku putus dengannya, namun di sini lumayan mirip. Bedanya, di sini ada teman bermain di dekatnya. Kalau kemarin, hanya jalan raya di dekatnya.

“Arthur,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Tidak bisa munafik dengan diriku, aku langsung menyemburkan pelukan padanya. Pelukan melepas kerinduan.

Dia nampak memelukku dengan kencang. Suara tangisnya serasa semakin keras ketika aku mengelus rambutnya lembut. Tak bisa dipungkiri, aku pun terharu dicampur rasa senang ketika mengetahui, ia masih mecintaiku. Sama seperti diriku. Aku pun melepas pelukan dari Ayana dan menatapnya kosong. Dia juga menatapku, dengan tatapan hangat. Ah … mata bekas tangisan itu, sungguh lucu.

“Arthur, kenapa kamu datang dan menyelamatkanku?”

Aku menyeka air matanya di pipinya, kemudian tersenyum. “Mana mungkin, aku membiarkan seorang bidadari terkena pukulan dari seorang prajurit bawahan,” jawabku sembari terkekeh. Dia nampak memukul tanganku pelan.

Ia kini menunduk dan mengigit bibir bagian bawahnya dan berkata, “kamu licik Arthur. Aku masih menyukaimu, tapi kamu seenaknya pergi begitu saja.”

Aku memegang dagunya, menengadahkan wajahnya, sehingga kini bola mata kami saling bertemu. “Mau atau tidak, aku terpaksa harus melepaskanmu, Ayana,” lirihku dengan nada sendu

“Lalu, apa alasan itu sehingga kamu harus pergi begitu saja dariku?”

Aku bergeleng. “Suatu saat nanti, kamu pasti perlahan tahu dan akan membenciku. Sebelum itu aku ingin bersamamu terlebih dahulu. Kamu mau, ‘kan menerima permintaan egois dariku?”

Dia dengan cepat menangguk. “Kalau begitu, ikut aku ke Dunia Fantasi.” Langsung saja aku menarik tangannya dan membawanya berlari.

Malam ini sungguh malam yang indah, dengan langit menunjukkan senyumannya. Ditambah bulan yang menerpa kami, menyorot kami sehingga banyak pasang mata memperhatikan kami. Tentu saja, aku dan Ayana sudah terbiasa menghadapi situasai seperti ini. Tak bisa dipungkiri, kalau kami adalah pasangan serasi semasa SMA.

                                            👑👑👑

Mikurinrin_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro