Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kemarahan

Fahima hanya terdiam tanpa berbicara sepatah kata hingga makan malam selesai, tidak ada yang perlu ditanyakan karena keluarga Michael telah mengentahui semua tentang gadis Bangka itu.

"Fahima, kamu tidak perlu khawatir, nenek dan mama kamu baik-baik saja." Nyonya Li mengusap kepala Fahima.

"Sayang, Mama dan Papa kembali ke Villa." Mama mencium dahi Michael.

"Jaga wanita kamu baik-baik." Tuan Hardianto tersenyum dan menepuk pundak Michael yang hanya diam dan memperhatikan wanita cantik di depannya yang masih duduk dengan kepala tertunduk.

"Pakai cincin ini!" Michael membuka kotak perhiasan dan mengeluarkan cincin berlian.

"Aku tidak mau!" Fahima menyembunyikan jarinya.

"Kenapa kamu terus menolak ku?" Michael menarik tangan Fahima dengan kasar dan meletakkan di atas meja yang telah dibereskan sehingga bersih dari sisa makanan.

"Aw, kamu menyakitiku." Fahima menatap Michael.

"Jika kamu menurut aku tidak akan menyakitimu!" Jari kekar Michael mencengkram tangan kecil Fahima.

"Kita tidak bisa menikah!" Fahima berusaha melepaskan tangannya.

"Kenapa tidak bisa?" Michael tidak melepaskan tangan Fahima sehingga semua orang melihat kearah mereka. Tidak ada yang tidak mengenal pria itu. Orang terkaya di Indonesia, wajahnya selalu tampil di majalah, Koran, tabloid dan televisi.

"Ikut aku!" Michael memasukan kotak cincin ke dalam saku jas dan menarik tangan Fahima dengan kasar masuk mobil.

"Aww." Fahima benar-benar kesakitan karena didorong paksa duduk di kursi penumpang.

"Jangan membuat aku marah!" Michael memasang sabuk pengaman pada tubuh Fahima sehingga wajah mereka sangat dekat. Wanita itu hanya bisa memejamkan matanya dan tidak begerak.

Michael mengendarai mobil sport hitam dengan kecepatan tinggi membuat Fahima ketakutan dengan hanya diam, jari-jari indahnya mencengkram sabuk pengaman dan mata terus terpejam, ia menahan perut yang terconcang ingin memuntahkan makan malam yang belum selesai di cerna oleh lambung. Salah satu tangan Fahima menutup mulut dan tangan yang lain menepuk paha Michael membuat pria itu melirik dan dapat memahami keadaan wanita di sampingnya.

Mobil sport hitam berhenti di pinggir taman kota, dengan cepat gadis cantik itu turun dan keluar, ia berjongkok di pinggir trotoar, mengeluarkan semua isi perutnya hingga tidak bersisa. Kepalanya pusing dan terduduk di atas aspal.

"Apa yang kamu lakukan?" Michael kesal melihat Fahima yang sangat suka duduk di sembarangan tempat.

"Bisakah kamu memberiku minum?" Wajah Fahima terlihat pucat, dengan cepat Michael mengambil air mineral dari dalam mobil dan memberinya kepada gadis yang telihat lemah. Fahima berkumur dan meneguk air hingga habis.

"Apa kamu mau membunuhku?" Fahima menatap tajam pada Michael.

"Itu hanya hukuman kepada kamu yang terus menolakku. Aku tidak suka penolakan apapun itu!" Michael menarik tangan Fahima dengan paksa agar pindah dari tempat itu dan masuk ke dalam taman kota.

"Kenapa kamu sangat suka memaksa?" Fahima kesulitan mengikuti langkah panjang pria itu.

"Duduk di sini!" Michael menekan tubuh Fahima hingga terduduk di kursi.

"Aww." Fahima benar-benar tersiksa sejak bertemu pria kasar dan pemaksa itu.

"Aku ulangi lagi! Aku tidak suka penolakan!" Michael menekan tangannya di kiri dan kanan Fahima mendekatkan wajahnya pada wanita yang semakin ketakutan.

"Bukankah kamu mau aku membayar hutang lima ratus juta?" Fahima berusaha kuat.

"Aku akan membayarnya," lanjut Fahima.

"Sayangnya, aku sudah berubah pikiran." Michael tersenyum.

"Aku mau kamu membayar dengan tubuhmu," ucap Michael dengan seringai mengerikan tetapi kalimat itu membuat Fahima tidak bisa menahan diri sehingga ia mendaratkan sebuah tamparan keras di wajah tampan dan putih yang langsung memerah.

"Kau!" Michael mencengkram dagu lancip Fahima.

"Tidak ada yang berani menyentuhku!" Mata Michael memerah, ia tidak menyangka wanita itu akan menampar dirinya.

"Lepaskan! Aku memang miskin tetapi aku tidak akan pernah menjual tubuhku!" Fahima mendorong tubuh Michael hingga terduduk di lantai.

"Aku sangat membenci dirimu, pria tidak tahu aturan dan tidak bisa menghormati agamaku!" Fahima berteriak.

"Diamlah!" Michael segera menutup mulut Fahima.

"Mmm." Wanita itu terus berontak.

"Jika tidak diam aku akan mencium bibir kamu!" Michael menahan pedih di pipinya. Mata Fahima melotot dan terdiam.

"Pikiran kamu berlebihan, maksudku kamu harus menikah dengan diriku!" Michael berusaha menenangkan dirinya.

"Kenapa sulit sekali berurusan dengan wanita?" Michael mengacak rambutnya.

"Aku mohon, lepaskan aku. Kita tidak bisa menikah." Suara Fahima terdengar pelan.

"Kenapa!? Kenapa kamu terus menolakku? Berikan aku alasannya!" Tangan kekar Michael mecengkram pundak Fahima.

"Akan aku berikan alasannya. Bisakah kamu duduk dengan tenang?" Fahima menunduk dan Michael duduk di samping gadis itu.

"Katakan!" Michael membuka dan membuang dasinya ke rumput.

"Maafkan aku telah menampar dirimu," ucap Fahima pelan.

"Aku akan membalasanya," gumam Michael.

"Apa?" Fahima menoleh dan Michael hanya diam.

"Katakanlah!" Pria itu mengulangi perintahnya.

"Tunggulah sebentar." Fahima beranjak dari kursi dan berlari.

"Hey, kamu mau kemana?" Michael melihat gadis itu mendekati penjuas es dan meminta es batu.

"Apa yang dilakukan wanita itu? Ia tidak punya uang." Michael memegang pipinya.

"Tamparannya cukup kuat." Michael memejamkan matanya dan terkejut pipi yang panas tiba-tiba terasa dingin. Ia menoleh dan melihat wanita cantik dengan tangan lembutnya menempelkan es batu pada wajah pria tampan dan arogan itu.

"Apa lebih baik?" tanya Fahima pelan. Michael menatap wanita itu tanpa berbicara sepatah kata, ia menyukai kelembutan yang diberikan Fahima. Pesona yang tidak bisa ditolak oleh seorang pria.

"Bisakah kamu memegang sendiri?" tanya Fahima lagi.

"Ya." Michael menggantikan tangan Fahima.

"Maafkah aku." Fahima duduk.

"Untuk apa?" tanya Michael.

"Aku tidak bisa menyukai pria keturunan Chines," ucap Fahima pelan.

"Kenapa?" Michael memutar tubuhnya menghadap Fahima.

"Aku memiliki pengalaman buruk dengan pria Tionghoa ketika masih sekolah," jelas Fahima.

"Apa?" Michael menatap tajam pada wanita itu.

"Kalian sangat suka memaksa, melakukan sesuatu dengan tiba-tiba," tegas Fahima.

"Apa kamu pendendam?" tanya Michael.

"Apa maksud kamu?" Fahima balik bertanya.

"Hanya ada satu pria Tionghoa yang melakukan kesalahan tetapi kenapa kamu membenci semuanya?" Michael mendekati Fahima yang terus menunduk.

"Buktinya, kamu melakukan hal yang sama." Fahima menoleh dan terkejut melihat Michael yang sangat dekat.

"Apa ada alasan yang lain?" tanya Michael memperbaiki posisi duduknya.

"Kita tidak seiman," tegas Fahima.

"Apa arti dari tidak seiman?" Michael memicingkan matanya.

"Agama kita berbeda," ucap Fahima.

"Aku Islam. Apa agama kamu?" tanya Fahima.

"Aku tidak ada Agama," jawab Michael santai.

"Astagfirrullah." Fahima menoleh pada Michael.

"Bagaimana dengan keluarga kamu?" tanya Fahima lagi.

"Kong Fu Chu." Michael menatap wajah terkejut Fahima.

"Kita benar-benar tidak bisa menikah. Selain perbedaan Agama, aku tidak bisa tinggal di Jakarta karena pekerjaanku." Fahima mengalihkan pandangnya dengan menatap lurus ke depan.

"Jakarta-Bangka hanya butuh lima puluh menit penerbangan dan itu bukan masalah." Michael tersenyum.

"Kita tidak akan bisa bersama, jadi carilah solusi selain menikah." Fahima tersenyum. Senyuman cantik dan menawan.

"Sayangnya, aku mau kita tetap menikah, bagaimanapun caranya." Michael berdiri.

"Ayo pulang, kamu pasti lapar setelah memuntahkan semua makanan yang ada di perut." Michael berjalan menuju mobil dan seorang wanita duduk di bagian depan mobilnya.

"Hai El." Cleya tersenyum.

"Apa yang kamu lakukan di atas mobilku?" Michael menatap tidak suka.

"Aku hanya lewat dan melihat mobil kamu." Cleya melirik wanita berhijab yang muncul dari belakang Michael.

"Siapa gadis kecil itu?" tanya Cleya.

"Calon istriku," jawab Michael membuka pintu untuk Fahima.

"Apa?" Cleya terkejut dan turun dari mobil karena Michael telah berada di balik kemudi.

Michael mengendarai mobil dengan santai kembali ke rumah, ia tidak mau membuat wanita di sampingnya akan kesulitan karena emosi dirinya yang terus ditolak. Fahima hanya diam dan duduk manis, ia tidak bertanya apapun hingga sampai rumah.

"Apa yang mau kamu makan?" tanya Michael pelan.

"Aku mau tidur." Fahima berjalan menuju tangga.

"Makanlah sesuatu!" Michael menarik tangan Fahima menuju ruang makan dan membuat wanita itu terpaksa untuk duduk.

"Buatkan bubur!" perintah Michael pada pelayan.

Fahima menahan kantuk dan lelah dengan merebahkan kepada di atas meja beralaskan lengannya. Michael dengan setia mengawasi pelayan yang sedang membuat bubur hingga selesai dan tersaji di atas meja.

"Makanlah!" Michael menatap Fahima yang terlihat malas menikmati bubur hangat hingga habis.

"Aku akan tidur." Wanita itu beranjak dari kursi dan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Imah." Jordan menarik tali gamis Fahima yang melewatinya.

"Apa Michael menyakitimu?" tanya Jordan ketika Fahima menoleh.

"Sejak bertemu dengannya aku sudah disakiti." Fahima menunduk.

"Hey, kamu itu aneh." Jordan tersenyum.

"Kenapa?" Fahima mendongak.

"Ketika aku pura-pura menjadi sopir mobil, ada banyak gadis yang mau berfoto dengan diriku tetapi kamu seakan tidak tertarik sama sekali pada pria tampan." Jordan tertawa.

"Apa kamu penyuka sesama jenis?" Jordan menatap Fahima dengan senyuman tampan.

"Tidak lucu." Fahima memutar tubuh dan melanjutkan langkahnya tetapi terhenti karena tali gamis yang masih dipegang Jordan.

"Aku lelah dan butuh istirahat." Fahima melihat tangan Jordan yang masih memegang tali bajunya.

"Aku dan Michael adalah pria paling tampan, apa kami tidak membuat kamu suka atau jatuh cinta?" tanya Jordan pelan.

"Aku harap kamu tidak marah dengan kejujuran yang akan aku katakan." Fahima menarik tali gamis hingga telepas dari tangan Jordan.

"Aku tidak suka dengan pria Chines setampan apapun wajah kalian." Fahima melangkahkan kakinya masuk ke kamar. Jordan terdiam, ia tidak percaya akan mendengarkan kalimat itu dari mulut gadis yang lemah lembut dan tidak pernah marah.

"Apa dia sangat lelah? Apa Michael menindasnya?" Aku melihat pergelangan tangannya memerah." Jordan membalik badan dan menabrak Michaek

"El." Jordan menatap wajah emosi saudaranya.

"Kamu tidak sedang menggoda calon istriku, kan? Michael menatap tajam pada Jordan.

"Apa maksud kamu?" tanya Jordan.

"Aku tidak suka kamu dekat-dekat dengan Fahima karena dia adalah milikku." Michael melewati Jordan dan berjalam masuk ke kamarnya.

"Apa kamu cemburu atau menganggap wanita itu seperti barang yang hanya milik kamu?" Jordan kembali ke kamarnya.

Kesalahan merupakan salah satu bagian dari kehidupan. Suatu kesalahan dapat mempengaruhi orang lain tetapi belajarlah untuk memaafkan semua kesalahan dan berdamai dengan kehidupan baru.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro