Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Journey-8

"Terkadang sesuatu terlihat lebih berharga, jika dilakukan bersama"

~FriendShit~


Author's POV
(Dandelion Cafe)
"Jadi?? Mau gimana nih??" Nur membuka suara.

"Bingung" Maya mencebikkan bibir.

Sabilla menatap temannya satu-persatu "Ada yang punya ide bagus ndak?"

"Aku punya" Ucap Rini mantap.

"Gimana-gimana?" Saut Lia.

Rini tak langsung menjawab kepenasaran teman-temannya.

Kring..kring..kring..kring. Itu sepeda Laela yang baru saja tiba di Cafe Dandelion.

Ketujuh temannya. Iyah, TUJUH, karena tidak ada Rheni dan Diva. Mata ketujuh gadis itu mengikuti langkah kaki Laela, seakan menyiratkan 'Cepat Masuk'.

Sabilla menatap Laela yang baru saja mengambil kursi kayu untuk diduduki, "Jadi gimana?"

"Hasilnya nihil", Laela mengedikkan bahu

"Udah kuduga, pasti Diva lagi marah banget sama aku", Syifa menjawab lemah

Lia mengelus pundak Syifa, "Pasti Diva marah-marah sama kamu yah, La?"

Laela menghembuskan napas kasar, "Huffftt... Maksudnya NIHIL tuh bener-bener nihil!!! Diva ndak ada dirumah"

"Lahh? Kemana dia?", Rini bertanya penasaran.

"Kata Bi Idah sih, pergi ke Singapore" Laela menjawab tenang, berbanding terbalik dengan teman-temannya yang menatap tak percaya.

"Kalo lagi marah emang sukanya travelling dia!" Ucap Billa memaklumi

Lia mengangguk, "Dulu aja Diva keliling Raja Ampat"

"Waktu itu dia marah gara-gara ndak dikasih bibit bunga Raflesia Arnoldi dari Nur", Dhila terkekeh geli.

"Orang kaya mah bebas," Timpal Nur sembari menyedot segelas Soda Sparkle pesanannya.

"Berhubung kita udah kumpul, aku jelasin sekarang aja yah rencananya!"

Ucapan Rini diangguki oleh teman-teman nya yang lain.

Mereka mendekat dan saling berdiskusi.

"Oke! Deal!"
Mereka berkata kompak dan langsung meninggalkan Cafe Dandelion.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Mereka sampai di markas. Sebenarnya tempat ini, dulunya adalah pabrik cat, tetapi sudah tidak digunakan. Berhubung lokasinya strategis, sering digunakan oleh genk "Ten Somvlak ber-Attitude" Untuk berdiskusi. Yah, walaupun hanya untuk diskusi dan meributkan, giliran siapa yang membayar di kantin sekolah.

"Lia, Sabilla, Dhila tugas kalian membujuk Mamanya Diva, biar mau ngebuat anaknya pulang dari Singapore, jangan lupa bawa ini" Rini menyodorkan obat bius.

Ketiganya langsung mengangguk antusias.

"Syifa, Nur, Maya kalian urus Pak Arif"

"Aku.Ndak.Mau" Ucap Syifa penuh penekanan kepada Rini.

"Tidak menerima bantahan" Rini menyipitkan matanya kearah Syifa.

"Huuuffftt" Syifa menghembuskan napas kasar.

"Jangan lupa bawa ini!" Rini juga menyodorkan obat tidur kepada Syifa, Maya, dan Nur.

"Sekalian aja arsenik atau sianida gitu"

"Syifa! Kita itu, cuma mau buat orang tidur beberapa jam aja. Bukan mau buat orang tidur selamanya" Nur menerangkan.

"Kalo gitu, racun tikus pun cukup buat tuh cowok ke UGD"

"Sama aja Syifa" Ucap Maya.

"Oke! Laksanakan sekarang!" Rini memerintah, sambil membagikan Handycam, dan HT untuk berkomunikasi.

"Trus! Kamu ngapain Rin?", Dhila bertanya.

"Aku sama Laela mau ngebaso Bang Kumis dulu, laper aku tuh. Tadi pas di Cafe ndak sempet makan"

"Hemmmmb", mendengar jawaban mengesalkan dari Rini, serentak teman-temannya menggerutu.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

"Tugas kita cuma bujuk Mamanya Diva kan?"

Lia bertanya kepada kedua temannya dan diangguki bersama.

"Oke! Ndak susah kok", Lia menyemangati diri sendiri.

Dhila bernapas lemah, "Asal kamu bisa jamin kalo abis ini kita ndak babak belur, karena dilemparin panci sama Mamanya Diva. Aku sih, semangat-semangat aja"

"Heehhh! Jangan pesimis,! Kita pasti bisa, tenang aja. Alloh selalu menolong hambanya yang berbuat baik" Sabilla menyemangati.

'Gubrak-Gubrak-Gubrak-Jeng-Jeng-Jeng.. Sound 1'

Rini bersuara kepada Sabilla, Dhila, dan Lia lewat HT.

"Siap!! Sedang dalam perjalanan. Ganti. Sound 2"
Sabilla yang menjawab, dan langsung melempar ke tim Syifa, Nur, dan Maya.

"Kok aku ngerasanya lagi di konser Syahrini iyah??", Dhila menggaruk tengkuknya yangbtak gatal.

" Itu karena sandi yang dipake Rini, jargonnya Syahrini", Lia menimpali.

Mereka bertiga akhirnya tiba dirumah Diva.

Setelah tiga puluh menit membujuk Mama nya Diva, dengan 1001 Gaya Bujuk-Rayu akhirnya berhasil.

"Oke!! Tante bantu kalian"

Mama nya Diva mengeluarkan ponsel bermerek I-Phone, berbicara beberapa menit, lalu mematikannya kembali.

"Katanya Diva juga udah mau pulang kok, udah beli tiket. Bentar lagi pesawatnya Take Off"

"Oke makasih Tante", Dhila, Sabilla, dan Lia berterimakasih bersamaan.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Dilain Tempat

" Teruss??" Syifa bertanya malas.

"Ya, kamu bujuk dulu tuh cowok! Terus baru kita laksanakan rencana"

Syifa menatap Nur kesal, "Kenapa mesti aku siiihhhh!"

"Ya, karena kamu yang paling tepat" Maya berucap.

Syifa mendengus, "Kok aku jijik ya"

Syifa mendapat tatapan tajam dari Nur dan Maya.

"Oke!" Ucap Syifa lemah.

Syifa membuaka sandi layar ponsel bermerek Samsung Note-9.

Aplikasi What's App adalah tujuan nya.

Cepet dateng ke Cafe Esther, dalam waktu 10 menit harus udah disana.
#perintahmutlak

(Disebrang sana pria itu tersenyum lebar)
Laksanakan 💝

Syifa malas untuk membalasnya lagi. "Udah, dia dateng kok kesini"

10 menit kemudian

Pria yang menjadi akar masalahpun datang. Terlihat keren memang, dengan kemeja berwarna cream yang ditekuk sampai siku, celana bahan berwarna black, serta sepatu pantofel berwarna senada.

Pria itu melangkahkan kakinya ke meja yang di duduki seorang perempuan cantik.

"Saya tepat waktu Syifa" Pria itu melemparkan senyuman.

Syifa mengangguk singkat.

Waitress Cafe Esther memberikan segelas Cappuccino Latte kepada Pak Arif.

"Minum", ucap Syifa dingin.

Pria itu meneguk sampai habis secangkir Cappucino Latte.

Tidak menunggu waktu lama.

" Kok saya pusing yah Syif?"

Syifa menyeringai iblis.

Dan, pria itu langsung menutup manik hazel nya. Tidak sadarkan diri.

Syifa memapah pria yang sekarang tak sadarkan diri, dibantu kedua temannya yang sedari tadi memantau.

Beruntung, dengan beberapa lembar uang bergambar SoeTa cafe ini sudah dikosongkan selama setengah jam.

"Kok efek nya cepet banget sih?"
Nur keheranan.

Syifa menjawab santai, "Cuma masukkin 3 tablet aja kok"

Maya membulatkan mata sempurna, "Gila! Kamu bener-bener mau bikin nih orang masuk UGD?"

Syifa hanya mengedikkan bahu tak peduli.

Gubrak-Gubrak-Gubrak-Jeng-Jeng-Jeng.. Cek sound 2

Nur menjawab pertanyaan dari dalam HT nya, "Siap! Tersangka akan dieksekusi di Prambanan Culture Hotel, ganti."

Terdengar Laela bersuara dari dalam HT,

Siip! Kerja bagus.

Sehabis HT itu tak berbunyi lagi, Syifa, Nur, dan Maya membawa Pak Arif yang masih tak sadarkan diri ke Prambanan Culture Hotel.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Sementara itu, kurang lebih dua setengah jam sudah, Sabilla, Lia, dan Dhila menunggu kedatangan Diva.

"Aku pulang!" Terdengar suara yang memekakan telinga khas Diva.

Diva melenggangkan kaki memasuki ruang tamu.

"Hai!! Kalian? Ada apa?", Diva berkata ramah.

" Emmm kami-"

"Eehhh anak Mummy pulang! Sini duduk dulu, minum Lemon Tea nya dulu!"
Ucapan Sabilla terpotong, ketika Mamanya Diva melangkah memasuki ruang tamu, sembari membawa nampan berisi segelas Lemon Tea.

"Thanks Mummy"

Diva tersenyum lebar, dan langsung menandaskan Lemon Tea nya.

Sekitar 6-10 menit berlalu, Diva mulai merasakan pusing, dan tidak sadarkan diri.

Lia, Sabilla, dan Dhila membawanya ke Prambanan Culture Hotel.

Tidak lupa, mereka bertiga berterima kasih dan pamitan kepada Mamanya Diva.

Mamanya Diva tersenyum anggun, dan berkata didalam hati, 'anak-anakku mempunyai sahabat-sahabat yang luar biasa'.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Setibanya Dhila, Sabilla, dan Lia yang membawa Diva, di kamar hotel itu yang sama, juga sudah ada Syifa, Maya, dan Nur yang membawa Pak Arif.

"Jadi?", Maya membuka suara.

"Sesuai rencana", jawab Syifa antusias.

" Oke! Ayo mulai! ", perintah Sabilla, dan teman-teman nya yang lain mengangguk.

(15 menit kemudian)

Syifa menatap serius layar ponselnya,

Sending photo is success

Syifa tersenyum bangga, "Binggo!"

Lia menepuk bahu Syifa, "Selamat! Sekarang perjodohanmu akan dibatalkan"

Syifa membalas dengan senyuman lebar.

Sementara, Laela dan Rini baru tiba dikamar hotel itu, dan bertanya nyaris berbarengan.

"Bagaimana?"

"Berhasil" Jawab Nur, Maya, Lia, Dhila, Sabilla, dan Syifa kompak.

Mereka pun saling berpelukan, menyalurkan kebahagiaan.
.
.
.
.
.
..TBC
.
.
.
.
.
Reader 1: author jangan gantung iihh!!

Ten Somvlak ber-Attitude: kenapa sih nih author selalu bikin kita repot

Reader 2: Bang Arif buat aku aja!

Reader 3: apaan sih nih cerita!! Gaje!

Dhila: Telor-telor!! Telor asin!🐣

Gue: syuuutt!!! Diem!!
Author dapet arisan nih!!




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro