Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Journey-17

"Nyatanya otak tidak pernah selaras dengan hati.
Dan, aku paling benci ini.
Ketika semesta bersekongkol dengan hati, untuk menempatkan ku di situasi ini"

Ryan Saputera from Poveste Dificilâ

Ryan's POV
Gadis Aneh.

Si Gadis Tomat.

Si Stalker Cantik.

Su Tukang Baca Buku Terbalik.

Si Benci Hujan.

Sudah berapa julukan ku padanya?

Dia, gadis yang selalu bertingkah aneh saat di dekat ku.

Dia, gadis yang selalu merona saat berbicara dengan ku.

Dia, yang sudah men-stalk ku selama hampir 6 bulan. Kenapa aku tahu? Hanya orang bodoh yang tidak tahu ada yang mengikutinya, dia bahkan hanya bersembunyi di balik tiang halte. Oh, ayolah! Dia, tidak sekurus itu sampai aku tidak melihatnya. Maksudku, dia memang kurus, tapi siapa yang tidak melihat gadis yang bersembunyi di balik tiang halte?
Memangnya seberapa besar, sih tiang halte itu?
Namun pada dasarnya, tidak menghasilkan apa-apa. Buktinya, dia saja baru tahu nama ku kemarin.

Dia, gadis yang kulihat mengikutiku kedalam sebuah kafe. Waktu itu aku sedang berjalan-jalan dengan seorang perempuan, dan mampir untuk mengisi perut. Aku tahu, dia sedang membuntuti ku, so? Sengaja aku membuat drama romantis, acara suap-suapan dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah sepupu ku itu. Hahaha, melihat ekspresi nya yang marah, dan berusaha bersembunyi di balik novel yang dibaca terbalik adalah scene terbaik, menurut ku.

Lalu, waktu itu. Waktu saat dia mengumpati hujan. Salah sendiri men-stalk ku saat latihan basket. Sudah tahu, latihan itu berlangsung berjam-jam malah terus menungguku, dengan sembunyi-sembunyi yang menurutku adalah sia-sia saja. Alhasil, aku berpura-pura meninggalkan payung, agar dia bisa memakainya.

Sungguh, sebenarnya aku tidak tahu apa yang dia suka dari ku.

Aku? Tidak terlalu most wanted seperti dia, yang terkenal di sekolahnya.

Yah, siapa yang tidak tahu geng cewek-cewek most wanted dari SMA Tunas Bangsa.

Keterkenalan mereka, bahkan sampai terdengar di telinga sekolah lain.

Aku buktinya. Sebelum dia mengatakan namanya padaku, aku sudah tahu terlebih dahulu.

Kali ini, aku tidak akan menceritakan banyak pada kalian.

Aku ingin "Kisah ku" tetap tersimpan rapi untuk ku, dan untuk nya. Seperti, bungkusan parsel lebaran.

Yah, mungkin kalian akan bosan. Karena, ini semua hanya berisi curahan hati ku tentang nya.

Tidak apa, jika tidak mau membaca. Setidaknya aku sudah membuka sedikit, rasa berbagi untuk kalian.

Aku. Ryan Saputera. Putra bapak Santoso Putera, dan ibu Siti Fatmala.

Pernah mendengar nama itu?

Tidak?

Bagus lah. Berarti kalian bukan tipe orang yang 'Sok Kenal'.

Kurasa, tidak perlu membahas orang tuaku. Karena apa? Ya, memang aku tidak ingin.

Sudah cukup basa-basi nya. Waktu ku tidak banyak.

Aku akan bercerita tentang bagaimana perasaan ku padanya.

Dia, cantik? Seperti yang kalian tahu.

Dia, pintar? Sepertinya 'iya'.

Dia, baik? Bisa jadi. Karena sampai sekarang tidak ada tuh, gosip the geng SMA Tunas Bangsa menindas siswa maupun siswi lain. Justru, mereka malah menolong siswa yang di bully oleh siswa lain. Dan, yah mereka juga sering mengadakan baksos.

Dan, mengenai perasaan ku padanya?
Sejujurnya aku memang tertarik padanya. Tapi, apakah kata 'tertarik' itu cukup untuk memulai sebuah hubungan?

Menurutku, tidak. Aku takut jika aku belum menyukainya, belum menyayanginya, belum mencintainya, dan dia tahu. Akan, berujung sebuah kerumitan.

Lebih baik aku memutuskannya sekarang. Sebelum, perasaan nya lebih jauh padaku.

Karena, aku juga tidak ingin menjadi orang jahat yang hanya menggantungkan perasaan seorang perempuan.

Aku, jahat? Tidak apa. Aku tahu ini yang terbaik.

Siang ini aku menghubungi nya, untuk bertemu di sebuah taman.

Dia menyanggupi. Kurasa sekarang pipinya sedang bersemu merah.

Ditengah perjalanan, ku sempatkan membeli se'buket mawar untuk nya.

Sepeda motor ku terhenti di sebuah taman, lalu ku parkirkan. Kaki ku melangkah. Mata ku tertuju pada gadis yang sibuk merapikan rambutnya. Terlihat sangat gugup.

"Hai!" Sapa ku.

"O.. Oh hai!" Jawab nya. Terlihat gugup, tapi berusaha tersenyum.

"Kenapa gak nawarin aku duduk?"

"O.. Ooh ya! Eum, kan emang lagi nungguin kamu, kan?"

Aku hanya mengedikkan bahu.

Sunyi sekejap.

"Eu.. Eum.. Ka.. Kamu mau ngomong atau mau sesuatu? Kenapa, kita harus banget ketemuan gini?"

"Aku gak maksa kamu buat 'Harus Banget' dateng ke sini, kok! Kalo kamu gak mau ketemuan. Ya udah sih, aku balik lagi aja!", aku menjahilinya dengan pura-pura berdiri, dan merapikan baju seakan ingin pergi.

Aku bergumam kecil, sambil menatap buket mawar yang aku pegang. " Hufft... Seharusnya gak usah beli bunga segala tadi!"

Dari sudut mata, Nur terlihat mengalihakan pandangannya padaku.
"E.. Ehh.. Ja.. Jangan! Kan aku ndak bilang kamu suruh pergi, sini duduk aja!"

Aku tersenyum menang.

"Eum, ini bunga buat aku kan?"

"Nih!", kata ku sambil menyodorkan buket bunga itu.

"Ma.. Makasih!"

"Everything for you!"

Shit! Dia malah merona dengan ucapan ku, barusan. Apa dia sesuka itu pada ku? Atau, jangan-jangan Nur malah terobsesi pada ku? Amit-amit. Karena apa? Menurut analisis ku dari film-film di tv, orang yang mengalami ke obsesian akut akan mengejar orang yang menjadi objek nya. Bahkan, yang lebih gila, dapat mengancam nyawa orang-orang disekitarnya.

Ngeri sumpah, kalo Nur mengalami obsesi kepadaku!

Ini harus ku akhiri sekarang!

"Eum.. Nur! Seb.. Sebenernya gue kesini cuma mau ngomong--"

"Ngomong apa? Cepetan!"

Tuh, kan! Dia terlalu bersemangat, ehem.. atau ke-geer-an? Disertai pipi merona, dan puppy eyes pula.

"Eum.. Lo suka sama gue, kan?"

Mulut nya menganga lebar. Begitupun dengan mata nya.

"Gak usah kaget! Gue tau, lo 6 bulan terakhir ini. Ngikutin gue, kan? Ngintipin gue, kan? Lo jadi secret admirer gue, kan?"

Nur menunduk, dan mengangguk kecil. Hahaha, sebelas-dua belas dengan anak kecil yang ketahuan nyuri permen.

"Nur gue--"

"Hiks.. Hiks.. Hiks.."

Oke, dia nangis sekarang.

Untuk menenangkan nya, aku pun meraih, dan menggenggam hangat tangan yang terasa mungil milik Nur.

"Nur! Gue.. Gak marah, kok. Gue malah mau ucapin 'makasih' buat lo, yang udah selalu ngingetin gue buat istirahat abis main basket. Lo yang selalu ngasih brownies tanpa nama di atas motor gue. Lo juga yang gue liat di kaca, lagi ngintipin gue ganti baju abis main."
Aku terkekeh kecil mengingat kejadian itu.

"Gue gak ngomong, gue marah tentang semua yang lo lakuin. Karena dengan lo sebagai secret admirer gue, secara otomatis lo pasti nyimpen perasaan buat gue. Dan, yah jujur gue ngerasa seneng aja. Ada yang suka sama gue--." Ucapan ku terjeda, dan semakin lama, semakin melembut.

"Tapi, gue.. Cuma mau bilang. Berenti suka sama gue! Berenti jadi secret admirer gue! Bukannya, gue sombong atau apa. Yah, siapa sih yang gak mau sama lo? Salah satu cewek dari SMA Tunas Bangsa yang most wanted, cantik, kaya, pinter pula. Cuma.. Gue emang belum mau mikirin kek gitu. Gue mau fokus sekolah, mau ngebahagiain ortu gue, mau jadi kebanggaan guru olahraga gue karena dapet banyak piala dari basket, gue.. Mau sukses dulu! Dan, gue juga pengen banget ngasih satu-satunya kata 'Cinta' yang gak akan gue obral ke siapapun, kecuali istri gue kelak."

Sial! Jahat lo Ryan, jahat!. Umpatku pada diri sendiri

Isakan Nur semakin keras terdengar, oleh ku.

Aku tidak tega melihat perempuan menangis. Apalagi karena diriku.

Semakin lama di sini, rasanya semakin sakit. Aku melepas perlahan tangan nya dari genggaman ku.

Pergi tanpa pamit, dan menghadirkan luka.

Iya! Aku banget!

Pecundang! Oke, terserah kalian mau ngebully aku apa. Pada dasarnya aku, juga tidak bisa berbuat apa-apa! Pada dasarnya semua yang ku katakan adalah nyata.

Aku ingin meraih kesuksesan ku dulu, baru cinta menyusul.

Bohong kalau aku mengatakan hati ku tidak tergoyah karena Nur.

Ku yakinkan hati ku, ku mantapkan langkah ku.

Tanpa menengok kebelakang, tanpa memberi ucapan salam pada gadis yang baru ku sakiti.

Namun, nyatanya otak tidak selaras dengan hati.

Aku menoleh, dan berkata sedikit keras agar dia mendengar.

"Tunggu aku sukses, dan siap menjadi milik mu!"

Semesta bersekongkol dengan hati untuk membuat ku berkata seperti tadi.

Oh, sial!
.
.
.
.
.
.TbC
.
.
.
.
Update cihuyyy!
Cuma mau ngingetin, work ini akan segera tamat, dan langsung aku revisi.

Kenapa?

Udah malu banget sama tanda baca yang salah di part awal work ini🙈🙈🙈
Dan, juga mau ganti judul!😙😙😙
*maklum author labil.

Ok, see you next part! Love you all.

1001 kiss for you😘😘😘
By: n_n💖

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro