Journey-14
Diputar mulmednya yah, sayy!! Gak tau nyambung atau gak, yang jelas lagi kecanduan lagunya Mbak Ndith.
Typo? Komen in line!!
--------------------------------------------------
"Hidup memang sulit dijalani;
Takdir pun, seperti selalu menjadikan kita bidak dalam permainannya;
Tapi, hidup selalu saja menghubungkan kita pada kata 'sabar', dan 'kerelaan';
Karena, semua yang kita jalani sudah dituliskan secara rapi;
Lalu, apa yang diragui?"
~FriendShit~
Author's POV
(Flashback)
Dukk
Dukk
Dukk
"Weh!! Nggebuki samsak kok koyo nggebuki wong, toh le..le..!"
(Astaga!! Mukulin samsak kok kaya mukulin orang, nak!"
Mendengar sang Ibu, yang memasuki ruang fitness pribadinya, lelaki tampan yang shirtless membuat tubuh proporsional nya terlihat jelas dengan hanya
boxer yang menutupi tubuhnya, itu pun menoleh. Tersenyum kepada sang Ibu. Dapat dipastikan jika ada perempuan yang melihatnya, akan langsung mati ditempat.
Baiklah, abaikan.
Sang Ibu langsung menduduki kursi malas yang terletak di sudut ruangan.
Tangan paruh bayanya, yang masih nampak indah, meracik cantik seduhan matcha khas Jepang. Dan, tentunya di import khusus.
"Bu!" Tekan lelaki itu memperingatkan.
"Ibu, belum tua, le! Ibu belum pikun. Masih ingat selera kamu. Matcha or Green tea with low sugar, right?"
(Ibu, belum tua, nak! Ibu belum pelupa. Masih ingat selera kamu..)
Ungkap sang Ibu sembari menyodorkan secangkir.
Rivan menghampiri ibunya, duduk di sofa single tepat disamping sang ibu. Melepas glove adalah kegiatannya sekarang, kemudian menyisakan hand wrap yang melekat di tangan gagah Rivan.
"You're the most incredible Mom in the world!"
Cup
Sebuah kecupan mendarat di pipi putih, yang mulai kerutan itu.
"Kok pake cium-cium, toh! Ini ibu
kamu loh, yah! Ndak boleh durhaka, moso iyo mau ngulang legendha Sangkuriang gitu?"
(Kok pake cium-cium, hah! Ini ibu kamu loh, yah! Tidak boleh durhaka, masa iya mau ngulang legenda Sangkuriang gitu?)
Rivan hanya memutar mata malas, dan dibalas cengiran oleh si Ibu.
"Oh iyes!! BTW, on the way, busway! Kamu kenapa toh, nggebuki samsak kok ngantek ajur koyo ngono?"
(Oh iyes!! BTW, on the way, busway! Kamu kenapa, mukulin samsak kok sampe berantakan kaya gitu?)
"Dia kembali, Bu!",
Sekejap sang Ibu mengernyitkan dahi, namun sepersekian detik kemudian, " Ya Alloh, Rivan! Ini sudah tujuh tahun! Dan, kamu masih belum melupakannya? Ingat Rivan, umur mu pun sudah 24 tahun! Sudah seharusnya mulai memikirkan ke arah yang lebih dewasa, bukan cinta monyet yang menjerumuskan kamu seperti ini"
"Ibu! Ini bukan sekedar cinta monyet, atau cinta dari remaja labil lainnya, Rivan tulus Bu!!"
"Apapun itu, intinya kamu ndak boleh terpaku terus sama masa lalu, Rivan!", nasihat sang ibu dengan hati-hati.
"Rivan paham, Bu. Selama tujuh tahun ini, Rivan berusaha sekuat mungkin untuk tidak melangkahkan kaki kerumahnya. Selama tujuh tahun ini, Rivan berusaha untuk menyibukkan diri, dan mengalihkan pikiran Rivan dari nya, Bu. Tapi apa? Hasilnya nihil. Dia seperti magnet yang selalu menarik Rivan."
"Ibu ndak setuju kalo kamu begini terus. Semenjak kamu kenal perempuan itu, kamu seperti bukan anak ibu. Kamu orang asing yang menomorduakan Ibu! Pokoknya sampai kapan pun, Ibu ndak setuju kalo kamu sama dia. Toh, kae wes akeh nglarani koe toh, le..lee"
(Toh, dia sudah banyak menyakiti kamu, nak..nak)
Sang Ibu melenggangkan kaki keluar, dan saat kakinya sampai didaun pintu, badannya berbalik menghadap sang anak yang masih melamun
"Mau ibu yang memutuskan, atau ayah kamu yang memutuskan? Berhubung, dua hari lagi Ayahmu pulang dari luar kota"
Setelah berkata demikian, sang Ibu melanjutkan langkah kakinya. Keluar ruangan, menyisakan Rivan yang duduk termangu sendiri, meratapi kisah cinta nya yang rumit, serumit drama korea.
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Diruangan dengan dominan putih, dan penuh dengan berkas-berkas kedokteran.
Ya, diruangan pribadi khusus dokter, Rivan melamun.
Masih sangat jelas diingatan nya, perbincangan dirinya dengan sang Ibu.
Bagaikan memori yang terus diputar tanpa henti, tanpa terasa otaknya memutar kembali kejadian tujuh tahun lalu.
(Flashback 7 tahun lalu)
Saat itu Rivan yang berusia 17 tahun, bertetangga dengan gadis kecil yang sangat manis, berusia sekitar 10 tahun.
Ya, benar. Jika ada yang mengatakan gadis kecil itu adalah, Lia.
Suatu pagi yang cerah, Rivan, dan Lia bermain sepeda keluar kompleks.
"Rivan!!! iihhh kamu jangan cepet-cepet, katanya sayang Lia. Tungguin!"
"Ahhhh, dasar lelet!!"
"Iihhhhh kok Rivan gitu sihhh", sambil terus mengayuh sepedanya, Lia memanyunkan bibirnya lima senti. Sungguh, menggemaskan sekali.
Tidak terasa mereka berdua sampai di jalan raya.
Rivan yang berada didepan Lia, tidak sadar jika dari belakang ada mobil dengan kecepatan abnormal.
Lia yang menyadari itu, langsung mengayuh sepedanya, dan berhenti untuk menghadang Rivan.
Detik berikutnya---
*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_
(Masih Flashback 7 tahun lalu)
Setelah koma selama tiga minggu, akhirnya seluruh anggota keluarga besar Lia, dan keluarga Rivan dapat bernapas lega.
Lia telah bangun dari komanya.
Dokter memeriksa Lia, beruntung semua organ vitalnya berfungsi dengan baik.
Dokter pun sudah mengijinkan pasien untuk di jenguk, syaratnya satu persatu.
Kini, giliran Rivan dan ibunya memasuki kamar rawat inap Lia.
Tapi, apa yang terjadi?
Lia, sama sekali tidak mengingat Rivan? Lia malah berteriak, mengeluh kepalanya kesakitan.
Apa Tuhan tidak cukup menghukum Rivan? Selama tiga minggu saja, Rivan sudah seperti orang tidak waras.
Dan, kali ini?
Rivan, Ibunya, dan Ayahnya mengadukan hal ini kepada keluarga Lia.
Keluarga Lia pun, langsung menghubungi dokter.
Dan, dokter pun memeriksa keadaan Lia.
Dokter mendiagnosa, "Lia mengalami selective amnesia.
Amnesia ini sangat unik, kenapa? Karena si penderita hanya hilang ingatan pada peristiwa tertentu, tempat tertentu, ataupun orang tertentu yang sangat-sangat terpatri di hati, dan pikiran penderitanya."
Mendengar hal itu semua nya merasa terguncang, termasuk--
Rivan.
Akhirnya, kesepakatan yang diambil kedua keluarga adalah--
Menjauhkan Lia dan Rivan demi kebaikan semua orang.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
Seriusan aku berjuang ekstra nulis part ini.
Tau kenapa?
Aku lagi sakit Radang Lambung plus Anemia.
Pandanganku pun masih berbayang, so?
Hargai perjuangan ku, dengan vote dan comment.
Thanks.
1001 kiss for you 😘😘😘
By: n_n💖
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro