Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Journey-11

Jangan lupa mulmed nya diputer yah cintakuuhh!!💗
--------------------------------------------------

"Satu hal yang sangat ingin ku katakan pada dunia,
Aku tidak selemah itu hanya untuk menangisi seseorang,
Aku tidak selemah itu hanya untuk terputusnya cinta,
Namun, kupikir aku akan selemah itu,
Untuk dapat membuka hati, dan merasakan sentuhan cinta (lagi),
Karena kuingin, gembok dalam hati tertutup dan tetap rapat"

-Mulia Hasna-


Lia's POV
Senyum yang cerah, pagi yang cerah, untuk hari yang cerah.

Pernikahan Diva sudah terhitung satu minggu. Dan aku, turut bahagia untuknya.

Dan, yaah, aku punya kabar baik lainnya.

Karena siang nanti, selepas jam sekolah, aku akan menemani Aziz menjadi bintang konser tunggal perdananya.

Yah, walaupun hanya konser kecil-kecilan di sebuah Cafe.

Tapi, rasanya hatiku turut membuncahkan rasa bahagia, melupakan rasa mual yang terus menyerangku. Oke! Sebenarnya siang ini jadwal ku check up ke dokter, penyakit tipes parahku yang memaksa. Tapi, aku tetap dalam pendirian ku, aku harus datang ke konser nya Aziz! Titik.

Kaki ku melenggang bebas, penuh semangat menuju ruang kelas.

Aku sudah sangat, sangat tidak sabar untuk memberitahu sahabat-sahabatku, tentang konser itu.

Tapi, sesuatu membuat pandangan mataku tidak nyaman.

Kuhentikan langkahku.

Aku memerhatikan nya baik-baik.

Deg

Seketika ku rasakan sayatan pedih pada hatiku.

Seketika ku rasakan paru-paru ku, kekurangan oksigen.

Dan, seketika aku merasakan lidahku sangat kelu.

Untuk sekedar mengucapkan kata,

"Az.. Azizz?"

Akhirnya kata itu terluar dari mulutku dengan tenaga yang amat, sangat lemah.

Aku terduduk di lantai, beruntung aku memilih tempat yang strategis, dibelakang tiang besar.

Tubuhku lemas, rasanya semua tulang rontok entah kemana.

Bagaimana tidak?
Aku melihat, Aziz sedang kissing, dibawah tangga yang sepi.

Sesuatu yang paling membuatku sakit adalah, dia kissing dengan seorang The B*tchest In The School?

Yang paling memprihatinkan, mereka kissing seakan tidak ada beban, dan penuh napsu.

Tanpa terasa, pipiku sudah basah oleh air mata, yang kurang ajarnya keluar dan membuat ku terlihat lemah.

Dengan tangan, ku bungkam
kuat-kuat mulutku sendiri.

Sekali lagi, karena aku tidak ingin terlihat lemah.

Saat mulutku sedang sibuk terisak, dan mataku terus mengeluarkan air mata. Aku, mendengar--

Plak

Plak

Plak

Apa?

Siapa itu?

Kubuka perlahan mataku, dan memberanikan diri kembali memandang.

Rini?

Aku terus memantau, terdengar sekali Rini berteriak didepan muka si baj*ngan itu!

"Dasar! Lelaki be*rengsek! Ndak tau diuntung!"

Hahaha! Rasakan, umpat batin ku pada mereka.

Lalu, telingaku kembali menangkap umpatan sengit yang terlontar.

"Dan kamu! Dasar you're the real b*tch! Menjijikkan!"

Telingaku juga menangkap berbagai kata pembelaan dari mereka, tapi sama sekali tidak digubris Rini.

Aku sudah muak dengan pembelaan tidak berguna, yang mereka katakan ke Rini. Ku kuatkan hati, dan membulatkan tekad.

Aku berdiri, dan mulai melangkah tegas ke tempat kejadian.

Aku berhenti tepat didepan cowok kurang ajar itu. Kulihat Rini yang hendak membuka mulut, tetapi segera dipotong oleh cowok sialan ini.

"Lia?", sekilas ketara sekali ekspresi terkejutnya, namun sepersekian detik, "Lia! Pag.. Pagi sayang"

Ketika tubuhnya mendekat, hendak memelukku. Aku terpundur.

"Sayang, apa yang terjad--"

Plak

Aku menampar pipi kirinya, hingga kepala Aziz tertoleh ke kanan.

"Lia! Apa yang kamu lakuin ke aku sayang?", tanya nya pura-pura bodoh, dengan ekspresi dungu.

Ku lirik Rini yang tengah menampilkan smirk devil terbaiknya.

"Itu untuk kamu yang menyakiti hatiku!"

Plak

Aku menamparnya kembali, dengan arah yang berlawanan dari sebelumnya.

"Itu untuk kamu yang mengecewakan ku!"

Plak

Lagi. Aku menamparnya untuk ketiga kalinya. Kulihat j*lang disamping nya, hanya mampu tertunduk dan menampilkan keprihatinan. Aku yakin 2500%, setelah ini, j*lang sok lugu itu akan membawa nya ke UKS, atau mungkin kamar? Heh! Aku sudah tidak peduli.

"Dan! Itu untuk kamu yang menghianati kepercayaan orang tua ku! Dasar biadab!"

Setelah itu aku berlari secepatnya menuju kelas.

Aziz meneriaki namaku, Rini mengejarku.

Sampai dikelas, mataku yang sembab menarik perhatian teman-teman ku yang lain.

Kududukan tubuhku dikursi samping Dhila.

Dan yang lain, mulai mengerumuni.

"Mata mu kok bengkak? Pasti abis ketawa yah?", aku tidak menimpali pertanyaan bodoh Dhila.

"Dhila!! Honey, bunny, sweety kuu!! Yang paling ayu sedunia-akhirat! Dari Neptunus, puter lagi ke Merkurius pun!! Yang namanya 'Mata Bengkak' itu abis nangis", Nur menjelaskan dengan kesabaran tingkat tinggi.

"Oh", jawab Dhila singkat, dan Nur seketika ingin menjadi kanibal.

Tiba-tiba Dhila berteriak,
"Aaaaa!!!! Sakit! May, kalo iri sama rambutku yang amazing ini, bilang! Ndak perlu tarik-tarik kali!"

"Cenderung pengen ngubur kamu hidup-hidup Dhil," Maya berkata seakan api membara dari tubuhnya, sehabis menarik rambut panjang Dhila.

Diva memeluk ku dari samping, "Aku udah di kasih tau sama Rini! Udah jangan sedih lagi, air mata mu itu berharga banget, cuma buat nangisin cowok kek dia,! Yang sabar yah! Kamu kuat kok!"

Aku mengangguk lirih, dan balas memeluk nya.

Tapi, ada yang aneh.

Bau apa ini? WTH, apa ini bau parfum pria?

Seketika terlintas kejahilan di otak ku.

"Iyah Diva, makasih yah. Oh iya, mau ndak ngelakuin sesuatu buat ngehibur aku!", ku keluarkan jurus puppy eyes ku.

"Lia!! Diva itu bukan wanita penghibur loh yah!", ucap Laela ganas.

Sabilla memutar bola matanya,
" Maksudnya lain Laela!"

Rheni menimpali, "Lama-lama kamu jadi pengikutnya Dhila!"

"Yes!! Akhirnya setelah bertapa sejak zaman Meganthropus, baru sekarang ada yang mau jadi muridku!", Dhila mengatakan secara berlebihan.

Rini mengejek, "Ajaran sesat juga disebar-sebarin! Dasar!"

Diva membuka suara, "udah, udah! Jangan ribut terus sih kenapa! Nih, kasihan Lia. Oh iya, terus Lia pengen aku ngapain". Semenjak menikah Diva terlihat lebih dewasa, dan Pak Arif berdandan lebih anak muda. Mungkin untuk menyeimbangkan satu sama lain.

"Ceritain dong! Gimana pas malam pertama kalian!", aku membeo polos.

"Hah?", Diva terlihat terkejut setengah mati dengan ucapanku yang frontal.

"Lia!", seru Sabilla dengan nada mengancam.

"Hai!! Morning everybody! I love you all", suara nyaring yang memekakan telinga itu bersumber dari Syifa.

Dia langsung menghampiri kami,

Dhila berujar, "Kok senyum mulu Syif, pasti lagi sedih yah?"

Syifa mencebikkan bibir, "aku bukan lagi sedih! Orang senyum, ya lagi seneng lah"

"Ohh", ucap Dhila singkat.

"Ndak ditanyain gitu, akunya seneng kenapa", bibir Syifa bertambah maju. Kurasa jika diukur panjangnya satu penggaris mika. LOL.

"Kenapa?", tanya Laela malas.

"Aku. Ndak. Telat. Yeay!", ucap Syifa penuh penekanan.

Sedetik kemudian.

Kriing, its time to begin the first lesson

Kulihat kedelapan temanku, mengangkat satu alisnya, mengejek ke arah Syifa.

"Heh", Syifa hanya mampu nyengir kuda dan menggaruk kepala nya yang tidak gatal.

Setelahnya, teman-teman ku kembali ke asal tempat duduk mereka masing-masing.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Lia's POV

Siang ini aku memutuskan untuk pulang kerumah.

Yah, siapa sudi jika kekasih nya sendiri melakukan penyelewengan.

Ketika aku memasuki rumah,

"Nduk! Kok pucet? Mboten sios check up opo?"
(Nak! Kok pucat? Gak jadi check up apa?), Ibuku menghampiri ku dengan raut yang sangat-sangat khwatir.

"MasyaAllah! Lia kesupe Bu! Mboten nopo lah, sepisan inih",
(MasyaAllah! Lia lupa Bu! Gak papa lah, satu kali inih),
Aku mencoba meyakinkan dengan raut wajah yang dibuat tegar.

" Yo wes! Mriko maem siang, seempune istirahat mawon teng kamar, njih!"
(Ya udah! Sana makan siang, sesudahnya istirahat saja di kamar, yah!)

"Nggih, Bu!" (Iya, bu!)

Setelah percakapan singkat antara ibu yang khawatir, dan anak yang keras kepala, aku pun langsung menuju ruang makan untuk mematuhi perintah ibunda ratu.

Baiklah abaikan, jika terdengar berlebihan.

Oh iya, jika ada yang bertanya,

kenapa bahasa jawa ibuku dan aku terdengar berbeda, dari bahasa jawa di Yogya?

Ya itu karena, keluarga kami berasal dari Banyumas.

Bahasa Jawa sendiri, dari satu daerah, dengan daerah yang lain terdapat banyak perbedaan.

Ok! Sekilas info sekian dan terima kasih.

Saat aku tiba di ruang makan, Bi Isah menawariku berbagai macam makanan.

Tapi, rasanya aku tidak berselera.

Aku pun hanya mengambil nasi dan sop ayam.

Ku sendok nasi, terasa pahit.

Ku singkirkan piring berisi nasi dari hadapanku.

Ku sendok sop ayam, malah aku--

"Hoek, Hoek, Hoek"
Aku mual dan tidak dapat menahannya lagi. Beruntung ibuku merancang ada wastafel cuci tangan di ruang makan ini.

Ku mutahkan nasi dan sop yang belum seberapa dari perutku.

Wastafel itu berisi muntahan air ku, ya karena nasi dan sop saja aku hanya masuk dua sendok.

Saat aku menoleh, ternyata Bi Isah sudah memanggil Ibuku.

Ibuku --Ny. Masyitoh-- terlihat sekali khawatirnya, bahkan sampai pucat pasi.

"Nduk! Ngeyel maning? Ayuh cuss OTW ke dokter! Nek ora gelem! Ibu ngomong maring Bapakmu, kon geret kowe maring Rumah Sakit!"
(Nak! Masih keras kepala? Ayo cuss OTW ke dokter! Kalo gak mau! Ibu bilang ke ayahmu, untuk menyeret kamu ke Rumah Sakit!)

"Nggih, Bu!" (Iya, Bu!)

Aku langsung menurut, karena apa? Jika, ibuku sudah berbicara dengan bahasa jawa ngoko Banyumasan nya, itu berarti adalah perintah mutlak.

Aku tidak mau berlama-lama berdebat dengan ibu, dan menambah dosa. Toh, rasanya badanku sudah tidak dapat diajak berkerja sama lagi.

Setelah tiga puluh menit perjalanan, aku dan ibu ku sampai di rumah sakit.

Saat aku keluar dari mobil, ku rasakan panas yang dua kali lebih menyengat.

Kepalaku teramat pusing, dan mataku berat untuk tidak ditutup.

Lalu, semuanya, buram.

*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Lia's POV
Saat aku membuka mataku, sudah dapat dipastikan aku berada di dalam ruangan dominan putih, disertai bau obat yang menyengat.

Suara bariton seseorang, mengintrupsi telingaku untuk menoleh.

"Kamu harus dirawat selamat dua minggu disini jika ingin sembuh total, dan lima sampai tujuh hari disini jika ingin sembuhnya setengah-setengah. Pilih opsi yang mana?", dokter itu menaikan sebelah alisnya tanda meminta jawaban.

Aku melotot lebar, tatapanku beralih ke ibuku.

Beliau hanya mengangguk.

Dasar dokter jahannam, batinku.

Karena seharusnya, yang dilakukan seorang dokter adalah mengupayakan kesembuhan pasiennya. Lah ini, malah meminta pendapat dari pasiennya. Beruntung, aku bukan pasien gila yang memilih mati, bukan hidup. Karena jika aku memilih mati, pasti dokter ini akan membirkannya.

Dasar syalan, umpat batinku lagi.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
(Tuberculosis)😂
.
.
.
Reader kepo 1: Thor! Kasih tau dong nama dokternya!
(Sambil senyum gaje)

Author: Namanya dr.Rivan di story ini, nama aslinya dr.Ayman Alatas

Reader kepo 2: pict visualisasi nya dong Thor!

Author: nih!

Reader kepo 3: iiihhh ganteng! Boleh gue nikahin Thor?

Author: di mimpi aja yah say!


Ok, bye bye!, BTW, ini paling banyak loh, 1632 kata.

1001 kiss for you😘😘😘

By:n_n 💖

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro