Journey-10
A/N: baca pelan-pelan, hayati isinya! Dan, jangan lupa taburan bintang unyu nya.
Oh, iya putar mulmed nya juga yah!😊
--------------------------------------------------
----------------------
"Kalian tahu apa yang paling menyenangkan di dunia ini?
ialah,
Kebahagiaan yang datang dengan cara serumit itu"
~FriendShit~
Diva's POV
"SAH"
Deg
Deg
Deg
Demi apa, sekarang aku sudah menjadi seorang istri?
Belum siap, itu pasti.
Namun, mau dikata kan apalagi?
Semua terasa sebegitu cepatnya. Bahkan, aku masih berharap jika ini semua mimpi.
Aku memang mencintai nya, tapi tetap saja aku belum siap. Aku masih ingin menyongsong masa depan, ingin melalui masa remaja. Maka dari itu, syarat pernikahan yang ku ajukan adalah Marriage Secret.
Pernikahan ini memang sah secara agama, dan hukum. Tapi, yang kuingin kan, tetap merahasiakan nya dari khalayak ramai.
Hanya segelintir orang yang tau tentang pernikahan ku ini.
Ditengah ruangan ini, berkumpul keluarga ku dan keluarga suamiku.
Sedangkan, pria hampir paruh baya yang duduk sebagai saksi adalah kepala sekolah ku.
Di sudut ruangan, ada tetangga-tetangga terdekatku saja.
Dan, sebenarnya aku malas menjelaskan ini, tapi.., baiklah, sekumpulan cewek syalan yang entah kenapa bukannya duduk dan mengkhidmatkan prosesi ijab-qobul, malah duduk didekat meja perasmanan.
Sekesal-kesalnya diriku pada mereka, aku tidak akan tega jika sampai tidak mengundang mereka, ke acara sekali seumur hidupku ini.
Dan, bisa dibilang mimpi ku, untuk menikah dengan nya, tidak akan terwujud jika tanpa mereka.
Sesungguhnya, dalam hati ini aku berteriak girang, sembari membatin,
'Thanks kawan bejadku!'
*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_
Arif's POV
Tidak ada kata yang dapat menggambarkan diriku sekarang.
Saat ini adalah pernikahan ku.
Bahagia, karena aku baru sadar akan kecantikannya istriku, yang dibalut kebaya putih?
Tidak tahu.
Sedih, karena aku menikah dengan orang yang bukan pilihanku?
Aku, juga tidak tahu.
Yang aku tahu, pernikahan adalah sebuah komitmen besar dalam hidupku.
Bertahan dengan satu wanita, berjanji menerima segala kelebihan dan kekurangan.
Menjadi pakaian saat istriku malu, menjadi embun kerinduan saat aku jauh darinya, dan menjadi pengikat cinta yang belum tumbuh diantara kami.
Ya! Aku belum merasakan kata 'cinta' itu terpatri untuknya.
Tahu sendiri, pernikahan ku berawal dari drama yang sangat rumit.
Tapi, percayalah aku sedang berusaha menumbuhkan bibit-bibit cinta itu.
Do'akan saja,!
*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_
Author's POV
Pengucapan ijab-qobul itu terasa sangat singkat.
Mereka yang datang, sesegera mungkin memberi selamat.
Kecuali,
Rini bangkit dari kursinya, "Yukk!! Ucapin 'HWD' gitu kepengantin baru!"
"Masih pengen makan akutuh!", Nur memanyunkan bibir.
" Aku samaan sama Nur", Maya memandang Nur, sembari terus menikmati sate yang lezat itu.
"Setuju", Laela mengangguki.
Syifa kesal, "What the--! Aisshhh!! Kalian itu yah!! Makan mulu pikirannya! Dari prosesi ijab-qobul kita duduk dideket prasmanan,makan terus, kek jin ndak kenyang-kenyang"
"Tau tuh! Mentang-mentang gratis juga!", Lia menimpali.
" Heh!! Aku bayar kok! Aku ngamplop kali!", ucap Dhila sarkastis.
"Oh iya? Masa? Berapa?", ungkap Sabilla dengan nada mengejek.
"Yesterday is the what-what?! Dhila ngamplop?", Nur angkat bicara dan menampilkan ekspresi berlebihan dengan menutup tangan pada mulutnya seakan sangat, sangat terkejut. Dan, ya.. Jangan lupakan bahasa inggrisnya, yang diyakini 1001% hanya Nur sendiri yang mengerti.
"Hey!! Jangan berlebihan! Aku bawa amplop kok! Tapi ndak ada isinya!", Dhila nyengir kuda.
" Ya Tuhan!", itu Rheni yang berbicara, tidak biasa nya Rheni mengingat Tuhan.
Sabilla geleng-geleng kepala, "Dhila kurang asem! Ndak baik tau! Moso soib sendiri di kasih amplop kosong! Dan, kamu Nur! Kalo aku ndak amnesia, perasaan kamu koordinator tim bahasa, kenapa bahasa inggrismu seperti alien?"
Nur menepuk pelan pundak Billa, "Sabilla ku sayang! Ini bukan bahasa alien! Ini itu seni! Grammar baru dalam sejarah kebahasa inggrisan!"
"Dan, satu lagi Billa! Diva dan Pak Arif itu udah kaya, ndak usah dikasih amplop yang ada isinya!", kata Dhila meyakinkan.
" Tapi kan, nanti kalo mereka tau, malu setengah hidup kamu!", Rini berdecak sebal.
Dhila menyeringai devil, "Ya ndak akan ada yang tau, kan ndak aku namain amplopnya!"
"Jahannam lu!", Lia merasakan dorongan yang amat kuat untuk mencekik Dhila, namun--
Syifa menarik Lia untuk menjauh dari Dhila, "Jangan! Sabarin aja! Toh, Dhila memang orang dengan kadar kewarasan dibawah nol!"
Lia mendengus kesal sekaligus menang ke arah Dhila.
Dhila mengangkat tinggi sendok yang sedang dipegangnya, "Apa kamu? Dasar memedi sawah!"
(Orang-orang an sawah, yang biasa dipakai untuk mengusir hama)
Lia membalas tidak terima, "Aisshh!! Dasar kudanil!"
Teman-teman nya yang lain hanya memutar bola mata, malas.
"Eehh!! Ini kenapa nduk! Ayu-ayu kok tukaran?"
(Cantik-cantik malah berantem?)
Mama Diva, -Ny. Rahayu- melerai mereka.
"Ehhh!! Ndak kok bi!", Sabilla yang menjawab.
Melihat keakraban Sabilla dengan Mamanya Diva, adalah hal yang wajar. Pasalnya, mereka bersaudara.
Dunia memang sesempit itu.
Rini mengedarkan pandangan, "Tan! Kok Papanya Diva ndak ada?"
"Ohh itu, Papanya Diva lagi ada masalah penting", jawab Mamanya Duva prihatin.
" Kenapa Tan? Masalah kantor?", Syifa bertanya tidak sabar
Maya menimpali, "Atau karyawan Tante ada yang bermasalah?"
"Atau jangan-jangan kantor Tante ke gerebek?", tanya Laela horor.
" Isshhh!! Ngawur! Papanya Diva itu dapet panggilan alam", jawab Mama Duva santai.
Mendengar jawaban itu, sontak Nur terkejut, menangis sejadi-jadinya. "Tante! Maaf udah tanya ini! Maaf yah, jangan sedih Tan! Kasihan banget Diva, padahal baru 2½ jam yang lalu dia dapet suami, sekarang ditinggal papanya mening--"
Pletak
Dhila menjitak kepala Nur, "Gue jadi ragu kalo lu lulus SD! 'Panggilan Alam' itu maksudnya BAB! Balik lagi sana ke TK!"
Nur mencebikkan bibir, " Kan aku ndak tau! Biasa aja dong! Ndak usah pake acara jitak!"
"Udah, udah! Daripada berantem mending ngucapin congrats buat pengantin baru", Rheni menunjuk Diva dan Pak Arif dari kejauhan dengan dagunya.
Mereka pun satu persatu memberi ucapan selamat.
Pernikahan itu sengaja,tidak diadakan dengan mewah. Karena, memang tidak ingin mengundang perhatian banyak orang, terutama wartawan, paparazzi, ataupun mantan yang masih suka ngestalker.
Syifa mendapat giliran terakhir untuk bersalaman. Saat Syifa hendak berpamitan pulang,
" Syifa! Saya rasa kita perlu bicara "
Syifa memandang satu per satu teman-teman nya.
Syifa pun mengangguk singkat.
Pak Arif menatap meminta izin kepada Diva, "Saya perlu bicara dengan Syifa sebentar".
Diva menarik napas berat disertai anggukan kecil, "baiklah"
Pak Arif melemparkan senyum dan mengelus pelan surai Diva, yang dihiasi konde.
Diva hanya mampu menunduk dan, jangan lupakan pipinya yang sekarang seperti udang rebus.
*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_
Pak Arif dan Syifa sekarang berada ditaman belakang rumah Diva.
Hening beberapa saat, tidak ada yang memulai.
"Cepat selesai kan! Saya ingin cepat pergi", Syifa memulai pembicaraan.
"Langsung saja. Sebenarnya saya masih belum paham, apa tujuan kamu dan teman-teman mu melakukan drama kekanak-kanakan seperti ini?"
"Saya sudah jelaskan sebelumnya. Saya tidak ingin dijodohkan dengan anda.", Syifa menjawab dengan kaku dan dingin. Sangat ketara dari cara bicaranya yang formal.
" Jika seperti itu! Kita bisa bicarakan baik-baik"
"Baik-baik apanya? Anda sangat terobsesi pada saya waktu itu. Bahkan, anda kan yang berusaha mencabut beasiswa prestasi Mas Fatah waktu itu? Anda pikir saya tidak tau? Anda pikir saya bodoh? Dasar ber*ngsek!"
"Ok! Saya minta maaf atas itu, dan yang ingin saya bicarakan adalah, kedepannya saya mohon sebesar-besarnya untuk tetap berhubungan baik, sebagai teman dengan saya. Kalau itu bukan untuk saya, minimal untuk Diva. Dia sahabat kamu kan?"
"Tentu saja saya akan tetap berhubungan baik dengan nya! Toh, tidak ada yang bilang saya akan membencinya. Dan yah, anda benar Diva adalah sahabat saya. Jadi, camkan ini baik-baik! Jangan sekali-kali menyakiti Diva!", Syifa menatap tajam Pak Arif.
"Saya sudah menikahinya. Pernikahan bagi saya, adalah sebuah komitmen besar! Jadi saya tidak mungkin menyakiti Diva untuk alasan apapun! Dan, saya juga sudah berjanji pada diri saya sendiri, saya akan berusaha mencintai Diva mulai sekarang. Ralat, tapi detik ini"
Syifa mengulum senyum bahagia, "Bisakah aku memegang janjimu?". Syifa mengangkat tangan kanan untuk menjabat.
" Tentu", ucap Pak Arif yakin.
"Deal", mereka berdua saling menjabat tangan.
Kemudian, mereka saling tertawa bersama.
Yah, siapa sangka. Kebahagiaan untuk semua orang, berawal dari drama yang penuh kerumitan.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Follow yah say!
(Aku pasti follback, dm aja)
Kalo gak mau, vote or comment pun cukup.
Karena apa?
Baca di watty itu gratis loh!
Kalian baca,
saya yang menulis dengan kondisi jari pegal dan mata sakit, serta kuota yang cukup sulit?
So? Tidak kasihan kah kalian ke saya, wahai side readers?
Bukan sok ngartis! Tapi, memang hak penulis.
Thank a lot, sudah mampir.
Dan sorry, kalo kata-kataku kurang berkenan.
1001 kiss for you😘😘😘
Written by: n_n💖
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro