15. Cinta Pertama
Pertemuan itu merupakan hal pertama yang tak akan pernah terlupakan oleh mereka. Beberapa hari setelah itu, persahabatan mereka semakin erat, hingga saling membutuhkan. Tingkah Rei yang lucu dan manis membuat pria itu bahagia setiap kali bertemu dengannya.
Lama-kelamaan rasa itu menjadi rindu. Namun apa namanya yang menimbulkan rasa ingin bertemu kalau bukan karena perasaan sayang yang utuh dari dalam lubuk hati terdalam. Kebersamaan yang terjalin begitu sering telah menumbuhkan rasa suka, kemudian sayang, dan setelah itu ketulusan cinta. Dan rasa itu telah membawa Rei berada semakin dekat pada Zacky.
Saat ini ia duduk di beranda belakang rumah Zacky. Tentu saja ia diundang makan malam oleh sang tuan rumah. Mamanya sangat ramah, sangking ramahnya semua pertanyaan meluncur setiap kali Rei diam. Tapi, untung saja Rei bukan tipe orang yang bisa diam. Duduk manis di beranda belakang rumahnya cukup menyelamatkan ia dari calon mertua yang terlalu hyper-ask.
Suatu hari Zacky mengundang Rei untuk datang ke rumahnya. Setelah menunggu beberapa menit sendirian di beranda rumah pria itu, Zacky Pun datang. Membawa dua piring ayam goreng kalasan yang aromanya sungguh menggoda selera.
"Nih... kalasan buatan mama aku. Enak banget lho, kamu pasti suka." Zacky menawarkan.
Rei menurunkan lututnya, menangkap piring yang disuguhkan Zacky.
"Wah... Enak nih. Aku boleh belajar nggak sama Tante? Kebetulan, aku kan lagi belajar masak."
"Pasti dong. Kamu bisa datang kapan aja kamu mau."
"Mama kamu baik banget ya?" Rei menggigit daging ayam dan mengunyahnya lahap.
"Ya iya donk, sama calon menantu cantik kayak kamu harus baik."
Uhuk! uhukk ...!
Rei tersedak mendengar pernyataan Zacky. "Calon menantu?"
"Loh, jadi apa?"
"Kita kan cuma temen? Gila kamu."
"Cuma temen? Astaga! aku udah bilang sama Mama kalo kamu itu pacar aku."
"What? Apa-apaan sih kamu? Kita kan belum jadian!" amuk Ema menatap mata Zacky garang-garang.
"Oh... gampang. Kita jadian sekarang aja." Zacky meletakkan piringnya di meja kemudian mengelap tangannya dengan tisu. Ia berdeham, lalu memasang tampang serius. "Ema! Kamu mau jadi pacar aku, kan? Mulai sekarang sampai selamanya? Aku bersumpah, selama aku hidup aku nggak akan pernah ninggalin kamu. Karena aku sayang banget sama kamu."
Rei terbengong. Tak percaya. Segampang itu Zacky mengungkapkan rasa sayang padanya. Sumpah, ia benar- benar tidak pernah menyangka. Selama ini ia menganggap Zacky hanya sebagai sahabat, tidak lebih. Hanya itu. Tapi melihat wajah Zacky yang memohon itu, entah bagaimana hatinya bisa sebegitu mudahnya meleleh seperti es krim.
"Ema? Jawab... Jangan bengong aja donk! Aku bener- bener serius cinta sama kamu."
"Tapi, Zacky! Kita sahabat, gak mungkin―"
"Pacar juga bisa dijadikan sahabat, kan?" Zacky menyela kata-kata Rei.
"I...iya... tapi―"
Zacky mencondongkan kepalanya, mencium kening Rei dengan penuh perasaan, membuat jantung gadis itu berdenyut hebat. Seperti melompat dari tempat yang sangat tinggi, merasa bebas, menakutkan, tapi menyenangkan. Rei ingin merasakan sentuhan lembut itu lagi di keningnya. Ingin berulang lagi, terus, dan terus seperti itu. Pasti akan sangat membahagiakan bila bisa seperti ini. Dan lebih dari sekadar ini.
"Zacky? Kamu?"
Zacky tersenyum ringan. "Kamu udah bersedia aku cium, itu berarti kamu menerima aku jadi pacar kamu. Makasih! Aku sayang sama kamu."
Laki-laki ini, sesuka hatinya saja mencium kening orang dan mengakuinya sebagai pacar tanpa persetujuannya. Kalau begini, mana mungkin Rei menolak. Lagi pula, tak ada salahnya jika sahabat jadi pacar. Toh, mereka punya banyak kecocokkan. Mungkin perasaan mereka sama. Saling menyayangi, saling menjaga dan selalu percaya.
"Aku ... juga sayang sama kamu, Zacky." jawabnya dengan wajah sedikit memerah.
"Beneran?"
Ema mengangguk. "Tapi kalau sampai janji kamu palsu, aku bunuh kamu!"
"Hahahahah..!!! gak usah repot-repot mengotori tanganmu cuma untuk membunuhku. Aku bisa bunuh diri aku sendiri, kalau sampai kamu sakit hati gara-gara aku. Kamu tahu, kan? Cowok di depanmu ini, paling nggak bisa melihat seorang Ema kecewa dan sakit hati."
"Baguslah kalau gitu!" tuturnya.
"Your love is my life, Ema and Zacky are the great couple! Kamu denger?"
Rei mengulangi lagi kata-kata itu bersamaan dengan Zacky. Menyatakan rasa yang tak pernah terduga selama ini. Seiring dengan gemeretak hati yang tak ingin keindahan ini berakhir. Teguh memegang janji dan seterusnya berharap hubungan ini tetap terjaga.
Hingga persahabatanpun berubah menjadi cinta. Zacky suka dengan kerendahan hati gadis dermawan yang selalu ramah pada semua orang. Keinginannya yang kuat untuk membahagiakan orang lain merupakan suatu karakter yang sangat langka untuk para remaja belia zaman sekarang.
Pendopo mini belakang rumah Ema sebagai saksi atas kisah indah mereka. Rei sudah kenal betul beluk liuk keluarga pria yang mencintainya itu. Putra kedua dari tiga bersaudara yang lahir dari keluarga Ibrahim, seorang anggota DPRD kota yang namanya lumayan terkenal di jagat politik. Adik dari Arya Lukman Ibrahim yang sekarang sedang menimba ilmu ekonomi di Aussie. Ema belum pernah melihat seperti apa wujud rupa kakak laki-lakinya. Dan ia juga tak mau ambil pusing jika hanya sekadar ingin tahu. Dan seorang kakak laki-laki dari anak perempuan berumur sebelas tahun. Namanya Risti, biasa mereka panggil Ichi.
Mereka suka bersama di bawah taburan bintang. Menceritakan masa kecil mereka. Untuk yang satu ini, Rei boleh menambahkan sedikit karangan bohong untuk melengkapi cerita mereka. Tak jarang juga mereka bermain di tengah hujan, mengguyur deras tubuh mereka dalam sebuah keriangan yang tak ingin usai.
Berangsur-angsur semakin menguatkan ikatan cinta. Berpeluk dalam buai kerinduan. Mengusap butiran air mata kesedihan. Pertengkaran kadang kala menjadi sebuah syarat dalam jalinan kisah kasih, yang nantinya akan berujung pada kalimat maaf. Air mata yang mengalir merupakan bujukan. Agar prahara nantinya berakhir pada senyuman damai. Hingga rasa sayang kembali membuncah, memancarkan corak warna kisah cinta mereka.
Langit menghadiahkan biru mayapada bagi matanya yang lelah akan sebuah sandiwara. Ada sisi lain yang menawarkan serentetan godaan berharga untuk ditelusuri. Mana mungkin Rei mau terlepas dari halimun nan indah. Yang selalu membuka jalannya untuk setiap kepuasan. Angan akan kekekalan terhadap apa yang telah ia peroleh menjadi suatu intan yang ia kubur rapat-rapat.
Bukan tak ada usaha Rei mencari tahu tentang identitasnya yang sebenarnya. Ia udah menelusuri setiap kemungkinan yang ada tentang dua orang gadis berwajah persis yang bisa hidup dalam perbedaan nasib.
Berulang kali ia bertanya pada saudara-saudaranya, mengenai masa lalu ibunya. Bagaimana dulu Ema dilahirkan. Seperti apa Ema dulu saat terlahir ke dunia ini. Hingga lelucon tentang kemungkinan ia punya saudara kembar. Semua orang hampir menganggapnya gadis konyol. Terlalu lelah mencari bukti yang nihil hasilnya.
Sejak itu, Rei pun tak mau lagi berurusan dan mencari tahu tentang siapa Rei dan siapa Ema. Karena ia sudah sangat terbiasa dengan lakon sesempurna ini. Ia tak ingin sampai semuanya hancur hanya gara-gara satu obsesi bodoh tentang siapa dirinya.
_______________________________
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro