Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. All I Want From You

Putar media di atas🥶⚠️

~*~*~*~

"Dia siapa?" tanya Brendan ketika mereka telah bermenit-menit hening di dalam mobil. Pertanyaan "dia siapa" terdengar seperti bukan hanya menanyakan nama, tapi juga sejarah Kiara bersamanya.

"Lo balik lagi aja ke cafe, semua orang pasti nyariin lo," tukas Kiara, nggak berniat membahas Geri sama sekali. Itu kan kehidupan pribadi Kiara.

"Mereka udah tau gue pergi," ujarnya.

"Gue minta maaf kalau alasan lo cabut karena nganterin gue."

Kiara sudah mulai bisa melihat dengan benar, Kiara juga telah minum air mineral agar kesadarannya segera kembali. Sekali pun Kiara sadar, tapi tetap saja tubuhnya lemas seperti tidak bertenaga. Setiap ototnya masih terasa lemah untuk digerakan.

Dari sudut mata Kiara, Brendan kerap kali meliriknya untuk memastikan keadaan Kiara. Entah apa yang membuatnya merasa bertanggung jawab atas Kiara, seharusnya Brendan cukup memesankan taksi untuk Kiara bukan malah bertindak berlebihan seperti ini. Bahkan jika Brendan memukul Geri saja itu sudah sangat membantu Kiara.

"Lain kali kalau lo gak bisa minum, gak usah pergi," tuturnya.

"Gue cuma berusaha jadi teman yang baik buat Edel sama Patricia." Kiara melihat keluar jendela mobil enggan siapa pun membaca emosinya.

"Dengan mereka cekokin minuman aja lo harusnya tau mereka bukan teman yang baik."

"Mereka cuma nggak tau."

"Katakan mereka nggak tau, dan lo memaklumi, berarti tindakan lo apa kalau mereka ngajak minum lagi?"

"Jelas nolak," tukas Kiara.

"Apakah itu berarti lo bakalan jadi teman yang buruk?"

Kiara menatap Brendan heran, ada apa dengan ucapannya yang begitu offensive itu?

"Nolak bukan berarti teman buruk, 'kan?" lanjutnya setelah melihat Kiara memasang ekspresi hampir protes.

"Ah, bener," Kiara mendengus lemah. "Next time gue gak akan ikut-ikutan lagi acara tim lo."

"Bukan itu," Brendan membelokan roda kemudi sesaat sebelum melirik Kiara.

"Brendan," panggil Kiara, mencegah apa saja yang akan Brendan ucapkan karena Kiara sedang tidak ingin mendengar protes atau nasihat. "Kalau mau anterin gue, tolong biarin gue istirahat dan bukannya debat."

Brendan tidak menjawab tapi Kiara dapat merasakan bahwa Brendan tidak menyukai gagasan itu. Entah karena Brendan tidak suka sikap Kiara yang tidak tahu terimakasih atau karena Brendan tengah menahan dirinya agar sabar sebab dia tidak bisa memukul Kiara. Tapi toh Brendan akhirnya memilih diam seperti yang Kiara inginkan.

Meskipun gitu, Kiara jadi kesal pada dirinya sendiri. Itu kan bukan salah Brendan, Kiara nggak berhak marah apalagi melampiaskan kekesalan padanya. Sampai suatu saat ketika masuk ke jalan utama yang menuju apartment Kiara, Kiara mulai merasa bersalah.

"Makasih," bisik Kiara. "Makasih udah nolongin."

Brendan tidak menjawab menambah Kiara merasa bersalah. Meskipun rasa penasaran dan keinginan Kiara untuk dimaafkan begitu besar, juga bagaimana Kiara benci diabaikan, toh Kiara hanya bisa memilih untuk diam juga; tidak ingin menyulut apa-apa jika seandainya diamnya Brendan itu karena dia masih menahan emosinya.

Well ... Brendan mungkin membenci Kiara? Bukan menahan marah?

Kiara meliriknya diam-diam, dan wajahnya tidak seperti yang Kiara kenal, begitu tidak ramah, dan hanya fokus pada jalanan. Dugaan dia membenci Kiara jadi membesar.

Apakah Kiara memang betul-betul belum berubah? Apa Kiara ternyata sepayah itu dari dulu hingga dia sulit menghilangkan kebiasaan menyebalkan? Apakah ini alasan Kiara putus sebelumnya?

Sampai kemudian mereka tiba di parkiran bawah tanah, Brendan masih bungkam tapi dia segera beranjak dari jok kemudi dan jalan memutar untuk membukakan pintu di samping Kiara. Dia masih tidak mengatakan apa-apa.

Kiara memilih untuk segera turun dan hendak mengucapkan terimakasih lagi tapi Brendan segera mengunci mobilnya hingga berbunyi "bip bip" sesaat sampai dia tiba-tiba menarik lengan Kiara menuju lobi. Bukan hanya itu yang menyeramkan tapi ekspresinya benar-benar sulit dibaca dan begitu antagonis.

"Gak usah anterin ke unit, lo pulang lagi aja—"

"Diem."

Kiara tidak berbicara lagi, dan jantungnya sedikit berdenyut. Apa yang akan dilakukannya? Sikapnya yang mampu membuat Kiara diam padahal Kiara terkenal gak mau diam dan sangat ngebos membuat Kiara tidak karuan. Kenapa dia menyuruh Kiara diam? Kenapa Kiara menurut saja seperti orang bodoh?

Hal sama terjadi di lift, dia masih memegang tangan Kiara, dan mereka menatap pantulan diri mereka di pintu lift. Bahkan di pintu lift saja, pantulan Brendan yang diam dan menatap tajam mampu membuat Kiara bungkam.

Kenapa sih?

Akhirnya Kiara tahu "kenapa sih" itu saat masuk ke unit apartment. Awalnya Brendan hanya diam menunggu Kiara selesai mengunci pintu, tapi saat pintu terkunci ... yang Kiara sadari selanjutnya adalah Brendan mengangkat Kiara ke pundaknya lalu menjatuhkan Kiara di tempat tidur hingga Kiara sedikit menjerit.

Di ujung tempat tidur sana, Brendan membuka kaosnya, lalu menarik gesper hingga Kiara refleks menutup mata dengan tangan karena Brendan menurunkan jeansnya. Rasa terkejut Kiara hanya sebentar karena detik selanjutnya Brendan menarik kaki Kiara agar mendekat ke tepi tempat tidur.

"Brendan!" seru Kiara masih sambil menutup matanya. "Gue mau ke kamar mandi dulu."

Brendan tidak menjawab, melainkan menarik rok Kiara ke atas dan memaksa celana dalamnya turun. Tapi Kiara menahan pahanya agar itu tidak turun. Seakan Brendan adalah musuh alami Kiara, yang selanjutnya terjadi membuat Kiara bungkam dan tidak berdaya, Brendan merobek celana dalam Kiara jadi dia bisa menariknya lepas.

"Jangan," engah Kiara.

Bersamaan dengan terengah, Brendan sudah menarik kaki Kiara agar bokongnya menemui tepi ranjang, dan tanpa persiapan atau peringatan, Brendan yang tengah berdiri di depan ranjang, mendorong miliknya masuk pada Kiara membuat Kiara lagi-lagi menjerit tertahan. Bukan hanya itu, Brendan bahkan tidak membiarkan Kiara beradaptasi. Dia segera menggerakan panggulnya seperti waktu itu bedanya kali ini bukan untuk dirinya sendiri tapi untuk mengekpresikan rasa kesalnya. Itu tidak sakit, karena sejak Brendan menyuruh Kiara untuk tutup mulut di parkiran, Kiara dengan tololnya mulai basah di bawah sana. Jadi Kiara hanya menggigit bibir bawahnya merasakan Brendan memenuhinya terus-menerus dan betapa dirinya menikmati itu meskipun tahu Brendan sedang memaksanya.

Sejak awal, Kiara tahu Kiara memang tolol banget, bahkan di saat seperti ini Kiara malah menyukainya dan bukannya berontak.

Kiara dengan enggan melirik wajah Brendan, tapi dia tidak melihat ke arah Kiara melainkan mulai meraih kancing demi kancing kemeja Kiara, lalu menarik ke atas bra Kiara hanya untuk meremas erat-erat apa yang ada di baliknya. Kiara terengah hampir meringis kesakitan, melihat Kiara menganga Brendan segera melepaskan dirinya dari Kiara. Bukan untuk menyelesaikan sikap kasarnya, alih-alih dia menarik Kiara turun untuk membelakanginya, dan mendorong Kiara agar setengah badannya telungkup di kasur. Belum-belum Kiara menarik napas, Brendan memaksa dirinya masuk lagi. Lolongan antara sakit dan menahan agar tidak berisik kembali keluar dari mulut Kiara.

Sementara Kiara menyesuaikan dirinya, Brendan tidak menghentikan dirinya memenuhi Kiara, tidak memberi ampun Kiara sementara tangannya meremas erat-erat kedua bokong Kiara yang membuat Kiara kerap kali mendesis, bagian menyebalkannya, itu menyenangkan. Setiap kali Brendan meremas kuat bagian belakang Kiara, perasaan sakit itu terganti dengan respon dirinya yang kian basah.

Kiara sudah lemah di bawahnya, belum lagi fakta bahwa otot Kiara masih terkena efek samping mabuk, menambah nilai pasrah itu.

Saat Kiara konsisten mengasihani dirinya, Brendan konsisten melakukannya, bahkan dia tidak memberi ampun ketika Kiara terengah menyerukan sudah "sampai" atau saat tubuh Kiara bergetar hebat dan otot-otot di bawah sana saling remas meminta jeda untuk di-notice dan dihayati, Brendan tetap tidak berhenti. Sampai kemudian dia mendorong dirinya jauh ke arah Kiara dan perasaan hangat yang membuat geli seketika memenuhi Kiara di bawah sana.

Brendan hanya berhenti di saat itu membuat Kiara memiliki waktu untuk menikmati setiap otot di tubuhnya yang sangat aktif. Hingga kesadaran—tentang kenapa di bawah sana tiba-tiba sangat geli daripada biasanya—menghantam Kiara.

Brendan memenuhi Kiara di bawah sana! Dia tidak bermain aman! Dia membiarkan dirinya "datang" di dalam Kiara!

Tapi saat Kiara hendak protes, Brendan mendorong lagi punggung Kiara; menekannya agar Kiara tidak bangkit, dia masih keras dan bahkan melanjutkannya lagi tanpa memberi jeda. Kali ini rasanya begitu memabukan, begitu ketat bahkan untuk Kiara, rasa geli itu menyebar, sesuatu yang tidak pernah Kiara rasakan di tubuhnya, hingga satu saat Brendan terengah dan meremas kuat kedua bokong Kiara sambil mendorong dirinya jauh ke arah Kiara dan mengirimkan perasaan itu lagi. Kiara bergetar, menggeliat dan merasa bahagia segaligus kesal jadi Kiara sedikit menangis.

"Kenapa di dalem?!" seru Kiara dengan putus asa.

"Karena gue kesel," ujarnya dengan biasa saja, dia segera menarik diri dari Kiara dan menuju kamar mandi tanpa merasa berdosa sedikit pun.

Karena kesel? Pikir Kiara. Emang cuma dia doang yang kesel?

Sambil setengah menangis Kiara membersihkan dirinya dengan tisu, menimang-nimang apakah Kiara harus mencakar Brendan? Apa yang harus Kiara lakukan? Dia tidak ingin mengirimi Mama seorang cucu kurang lebih dalam sembilan bulan ditambah itu dari orang asing.

"Kia!" panggil Brendan di kamar mandi. "Sini!"

"Gak mau, anjing!"

Brendan muncul di pintu kamar mandi dan menatap Kiara seakan berkata "coba ulangi".

"Gak mau...," ujar Kiara sedikit tidak yakin untuk melanjutkan, "anjing."

Brendan mendengus geli, tapi tatapannya jelas menunjukkan bahwa dia kembali kesal dan akan melakukan part dua sebentar lagi.

Mental Kiara kembali meringkuk.

Sialan.

Jancok.

Asu.

Ngent—

~*~*~*~

Kiara menangis di dekat jendela, masih telanjang, tidak memakai apa-apa hanya selimut.

Anak anjing itu pergi lima menit lalu setelah dua kali melecehkan Kiara dan bahkan tiga kali berturut-turut membiarkan dirinya keluar di dalam Kiara. Dia tidak berkata dengan jelas entah akan kemana, yang jelas Kiara tidak peduli. Kiara hendak menelpon temannya yang seorang apoteker bernama Juli, tapi bagaimana Kiara akan menyusun ucapannya. Tidak mungkin Kiara membuka aibnya sendiri dan menanyakan bagaimana caranya agar tidak hamil setelah seperti itu. Ditambah suaranya terdengar jelas seperti sedang menangis.

Jadi Kiara bermuslihat dengan mengirim pesan, bertanya pil pengaman kehamilan apa yang cocok jika Kiara menikah nanti.

Itu tidak berhasil, Juli malah menelpon dan Kiara segera panik karena suaranya akan terdengar sengau.

Lagi mabok jangan telpon
-Kiara

Gobloooo
Ngapain mabok
-Juli

Pake pil apa biar gak hamil?
Buat nikah nanti?
Misalnya suami gue gak tahan nunggu besok buat gue pasang KB
-Kiara

Emergency pills
Tar gue kirim fotonya
-Juli

Juli mengirim fotonya dan menjelaskan bahwa pillnya bisa diminum kurang dari 72 jam setelah pembuahan, lebih cepat lebih baik. Jadi Kiara mulai sedikit tenang dan berhenti menangis, Kiara biasanya tidak berharap ke sesuatu selain Tuhan, tapi kali ini Kiara sedikit berharap ke pengetahuan Juli.

Tidak lama dari chat Juli, pintu apartment Kiara dibuka dan Kiara sontak meliriknya. Di sana Brendan kembali lagi, tangannya membawa satu kantong plastik besar makanan minimarket, sementara tangan lainnya membawa kantong plastik kecil yang entah apa isinya.

"Ngapain?" isak Kiara dengan nada kekanakan bahkan untuk telinganya sendiri.

"Beli obat pengar, diminum besok sebelum berangkat kerja." Brendan menyimpan kantong plastik makanan di atas lemari pendingin lalu mendekat sambil membawa plastik kecilnya.

"Ini emergency pills, diminum kurang dari tiga hari," dia melempar plastiknya sesopan mungkin pada Kiara. "Sekali aja."

Kiara segera mengabaikannya dan lanjut terisak-isak melihat citylight di luar jendela.

"Ya udah, makasih," gerutu Kiara.

Dari suara langkahnya, Brendan berjalan ke arah Kiara memutari ranjang. Kiara segera mendongak, berantisipasi saat melihatnya.

"Sorry," dia mendekat dengan ekspresi ragu seakan takut ditolak, kemudian saat Kiara hanya memelototinya, dia mengecup kening Kiara; hal yang selalu dia lakukan setiap kali selesai berhubungan. Tapi ciuman di kening kali ini sedikit membuat Kiara goyah. Ini bukan ciuman euforia sehabis seks, ini ciuman permintaan maaf.

"Apa yang bikin lo ngerasa lebih baik?" tanya Brendan. "Lo mau gue pulang? Atau di sini?"

"Gue gak mau ada siapa-siapa di sekitar gue, untuk saat ini," ujar Kiara tanpa menunggu Brendan memberi jeda.

"Okay," tutur Brendan. "Sebelum pulang biarin gue ngabisin satu rokok dulu, lo gak keberatan, 'kan?"

Kiara tidak menjawab.

"Kalau diem, gue anggap itu jawaban iya."

Terserah, pikir Kiara, Kiara bisa menebak alurnya, dia akan menjadikan Kiara penjahatnya kalau Kiara melarang dia merokok di sini. Jadi Kiara diam, mengabaikan apa saja yang dilakukannya.

Tapi sulit untuk mengabaikannya ketika dia merokok di samping Kiara.

Dia duduk menghadap ke arah Kiara tapi satu kakinya terulur ke lantai, seakan sedang pamer semua hal-hal keren soal dirinya, misalnya kakinya yang panjang itu.

Dia mulai merokok sambil memperhatikan Kiara yang menangis, membuat Kiara kehilangan fokus menangisnya dan jadi ingin memelototinya lalu menyuruh dia berhenti menatap Kiara. Tapi hal itu terbayang sangat lebay dan kekanakan. Alhasil, Kiara meneruskan menangis karena setuju dirinya lebay. Apa saja Kiara tangisi seakan menantang tatapan Brendan. Dia sedang mengadu mentalnya, 'kan? Atau dia hanya mengetes semurni apa tangisan Kiara? Harusnya  meskipun Kiara sedikit mabuk, tangisan tetap lah tangisan.

"Jangan mabuk sama orang lain," ujarnya satu saat ketika Kiara tiba-tiba ingat FYP TikTok-nya tentang kucing yang tidak diajak main ikan di sebuah layar datar karena kucing itu kucing liar.

"Gue gak suka mabuk," balas Kiara sempat-sempatnya.

"Jangan terima tamu cowok lain sekali pun itu sahabat lo sejak kecil," lanjutnya.

"Nggak punya."

"Jangan terlalu polos menilai orang dan diri sendiri, gak semua orang hidup di dunia penuh awan-awan pink kaya lo."

Kiara berhenti terisak dan menatap Brendan, apa maksudnya?

"Dan yang terakhir," Brendan bergumam, "jangan jatuh cinta sama gue."

Kiara mendengus, siapa juga yang mau jatuh cinta lagi?

Kiara tahu dia nggak terlalu cantik, tapi gak ada yang bisa bohong tentang betapa pesona Kiara itu terkesan seksi dan flirty. Jika Brendan tidak terperangkap pesona Kiara yang itu ... yah, pokonya harus terpesona. Berani-beraninya dia memperingati Kiara.

"Tenang aja," gumam Kiara. "All I want from you is fvck."


~*~*~

VENUS' NOTE
Hai, selamat malem senin❤️‍🔥🛐

Menurut kalian part ini gimana, Ayangie?

Karakter Brendan udah makin jelas?

Karakter Kiara gimana?

Mulai sekarang aku mau panggil kalian ayangie boleh nggakk? Kaya lucu banget ayangieee

Ayang-ie

Btw, kalau cerita ini aku lanjutin di Karyakarsa, kalian tetep akan baca?

1. Aku gak akan labelin dengan harga mahal, mungkin Rp. 1000 untuk setiap 1000 kata, tapi karena di Karyakarsa gak bisa 1000 dan minimalnya itu 2000, aku bakalan nulis kurang lebih 2000 kata setiap part.

Atau ada opsi kedua

2. Aku cuma bakalan nulis part dewasa di Karyakarsa, harganya sama Rp. 2000 per part dan adegan dewasanya bakalan detail (tetep elegan kok, aku janji gak akan bikin kalian gak nyaman😭🙏🏻) ini juga bukan bagian dari fan servis, adegan dewasanya termasuk ke dalam alur

Hal ini aku lakukan biar aku semangat nulis 🥲🙏🏻 berhubung aku juga kerja dari Senin-Jumat, dan pengen ada side income, jadi hal ini aku putuskan. Aku juga belum ada niatan untuk nerbitin buku, lebih baik simpen di platform karena agak trauma sama penerbit.

Aku harap kalian maklum ya, aku nanya ini masih mempertimbangkan jawaban kalian juga jadi kasih aku opini yaa🤩

Sampe ketemu minggu depan, Ayangie💕

BONUS: MOMEN-MOMEN SAAT KIARA SEDANG DECA (depresi cantik)
P.s tadinya aku mau pake Jennie karena Jennie seksi, terus badass, dan lucu, tapi setelah pertimbangan, akhirnya aku pilih ulzzang ini untuk jadi Kiara.





BONUS LAGI
Mau liat ikan cupang?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro