Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

09. Mau Gue Anterin?

Brendan tiba 20 menit kemudian membuat Kiara punya waktu untuk mencuci muka dan menyikat gigi, dia datang membawa totebag Starbucks.

Hari ini dia memakai jaket kulit yang dibiarkan terbuka, kaos polos hitam dan celana jeans yang membuat kakinya terlihat panjang, Kiara tidak bisa berhenti menahan senyum karena mimpinya tentang Brendan barusan. Maksudnya, sebentar lagi mimpinya menjadi kenyataan, 'kan?

"Lo udah selesai nongkrongnya?" tanya Kiara.

"Gue pulang duluan, yang lain masih pada ngopi."

"Pasti kopinya enak," komentar Kiara.

Brendan melihat Kiara dengan geli, "kopi dingin maksudnya."

Kiara memiringkan kepala ke satu sisi.

"Kopi dingin?" ulang Kiara.

Brendan yang sedang membuka sepatunya memandangi Kiara dengan bingung juga.

"Maksudnya ... mmm, minum-minum," Brendan mengedikkan bahu seakan itu hal yang seharusnya sudah Kiara tahu.

Oh ... pikir Kiara, mabok-mabokan begitu.

Kiara memperhatikan Brendan tapi dia sama sekali tidak tampak mabuk, alih-alih dia tersenyum dengan semua aura bersahabatnya.

"Ini Choco Hazelnut-nya, masukin lemari es aja dulu biar dingin lagi," dia menyimpannya di meja samping wastafel.

"Gampang," ujar Kiara.

"Jadi, kenapa lo belum tidur?" tanyanya sambil membuka jaket dan duduk di samping Kiara membuat Kiara hampir gugup, khawatir Brendan memergoki pikirannya.

"Sebenernya, gue baru bangun," tutur Kiara. "Lo mau minum apa?"

"Minum ... lo?"

Jancok....

Mereka tidak mengambil waktu lama untuk sampai ke bagian favorit Kiara, dan Kiara baru menyadari Brendan sedikit mabuk ketika mereka saling menatap di antara engahan napas mereka; matanya sedikit sayu, setengah sadar, lalu Kiara juga menyadari bahwa Brendan tidak memakai pengaman saat melakukannya. Hal itu membuat Kiara agak resah.

"It's okay," bisik Brendan. "Percaya sama gue."

Betul juga, percaya sama dia ... hari pertama mereka melakukan ini hingga pagi; Brendan juga benar-benar polos semalaman itu.

Akhirnya Kiara memilih untuk menutup matanya dan menjalani mimpinya.

Itu adalah hari pertama Brendan menginap di tempat Kiara, mereka tertidur ketika pukul tiga pagi dalam keadangan mengantuk dan kelelahan.

Besoknya, Kiara bangun pada pukul sebelas siang, perutnya kelaparan dan hampir berteriak melihat ada orang lain tidur di sampingnya. Bukan hanya itu, yang paling membuat syok adalah dia bertelanjang dada.

Oh Brendan, pikir Kiara.

Biasanya Brendan pulang setelah selesai, ini sedikit mengejutkan menyadari dia memutuskan tidur di sini, tapi mengingat kondisi semalam, jelas jika menjadi Brendan, Kiara juga akan menginap.

Kiara lalu memilih turun dari tempat tidur dan mencari makanan di lemari es, pilihannya tertuju pada roti kemudian Kiara memutuskan untuk membuat roti panggang dan meminum susu protein juga. Setelah itu dia mandi berlama-lama dan keluar ketika dirinya merasa bersih alias semua daki di kulitnya telat tergosok menyisakan kulitnya yang merah-merah panjang.

"Udah bangun?" tanya Kiara ketika melihat Brendan meregangkan badannya di balik selimut.

Dia telungkup, menatap Kiara dengan pandangan lemah kemudian bibirnya mendengus saat sadar, "iya, baru bangun."

"Lo mau sarapan apa? Mau pesen makanan di resto bawah?"

"Gue cium roti panggang tadi."

"Mau roti panggang?"

Dia memandangi Kiara dari atas ke bawah. Kiara hanya memakai kimono, kepalanya memakai handuk, tatapan Brendan membuat Kiara mempertanyakan penampilannya, jadi Kiara ikut memandangi kakinya, tangannya dan semua tubuhnya yang bisa dia lihat.

"Mau," Brendan bergumam setelah beberapa saat.

Kiara menyuruh Brendan menunggu sementara Kiara akan memakai baju dulu, selama itu Brendan mengumpulkan kesadarannya dan hanya berkedip-kedip menatap Kiara.

Barulah ketika Kiara membuat roti panggang di atas toaster, Brendan bangkit dari tempat tidur sambil mengucek-ngucek matanya dan mendekat ke Kiara.

"You good?" tanya Kiara.

"I'm a mess," bisiknya lalu berhenti di depan Kiara, secara sengaja mendekatkan dadanya yang telanjang di depan hidung Kiara.

"I see," Kiara mengabaikan dadanya. "Boleh minta tolong?"

"Apa?"

"Semprotin bunga gue di balkon," ujar Kiara. "Semprotannya samping TV."

"Bunga?" tanyanya seakan dia baru mendengar hal itu. "Semprotan?"

Kiara mengangguk lambat-lambat pada Brendan dengan tatapan bingung.

Brendan lalu menuju ke jendela dan membukanya, dia mendengus ketika melihat ... entah apa saja yang ada di luar.

"Kenapa?" tanya Kiara.

"Ini kaktus, 'kan?"

Apanya yang lucu? Kiara hanya mengernyit, sesaat sebelum toaster berbunyi, dan dua roti terangkat ke atas.

"Mau pake selai apa?" tanya Kiara.

"Selai ... lo?"

Kiara hampir melukai tangannya dengan pisau selai saat membuka toples.

Maksudnya selai gue itu apa, Brendan, asu!

"Gue suka strawberry," usul Kiara yang tanpa menunggu jawaban langsung membuka toples selai strawberry.

"Iya itu aja."

Kiara membuatkannya, sangat seadanya, Kiara tidak mengukirnya seindah mungkin, hanya mengolesnya sebentar lalu menyimpannya di atas piring kecil.

Sementara Brendan masih di luar—menyemproti bunga Kiara—Kiara membereskan bed cover dan selimutnya.

Hari ini Kiara punya jadwal untuk membeli stok makanannya, biasanya Kiara pergi ke Summarecon hari Minggu pukul sepuluh tapi hari ini sedikit terlambat karena Kiara baru bangun dan ... masih ada tamu di apartment-nya.

Kiara menatap Brendan yang mulai mengajak ngobrol bunga.

Rangkaian kata apa yang harus Kiara ucapankan padanya agar Brendan segera pulang dengan terhormat...?

"Lo nikmatin dah nih mentari pagi, air bersih," ujar Brendan dengan logat Betawi-nya—yang terkadang muncul—pada bunga Kiara yang Kiara beri nama Cactae, "apa mau jalan-jalan ke bawah ketemu pohon bambu? Pohon cengkeh—?"

"Bren," panggil Kiara.

Brendan melirik Kiara.

"Roti panggangnya udah jadi," tutur Kiara. "Gue mau pergi ke Summarecon sebentar lagi, lo gak keberatan di sini sendiri?"

"Mau gue anterin?"

Kiara terdiam, menatapnya dengan antisipasi.

Kiara tidak akan membiarkan Brendan menemaninya kemana pun keluar dari tempat tidur. Investasi waktu atau berpetualang dengannya bukan hal yang ingin Kiara lakukan. Termasuk diantar belanja.

"Gue sendiri aja," tukas Kiara.

"Gue juga ada keperluan ke Summarecon," Brendan berhenti menyemprot Cactae dan kembali masuk ke apartment. "Nyokap gue nyuruh beli sapu baru."

Apa Brendan enggak tahu aturan enggak tertulis dari teman tidur?

1. Jangan menginap
2. Jangan cemburu
3. Jangan posesif
4. Jangan menghabiskan waktu di luar ranjang
5. Jangan pakai perasaan

Kiara hampir meringis sebab Brendan sudah melanggar yang pertama.

"Tempat Edel sama Pattricia deket Summarecon, mereka mungkin lagi belanja juga," Kiara mencoba menyadarkannya se-elegan mungkin.

"Gue gak masalah, Summarecon gede, Kya," Brendan melewati Kiara. "Tunggu sepuluh menit lagi gue selesai sarapan sama mandi."

Hhh, sial.

"Oke."

============================

Maap pendek banget🥲🤏🏻

Part selanjutnya udah aku tulis, aku pengen bikin jadwal update, kira kira bagusnya sabtu atau minggu?

Anyway, thanks God it's friday🫶🏻

1🤏🏻U

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro