Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TS 16 - KOTA HUJAN

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Kelebihan dari seorang pemain, ia piawai dalam memberi pelayanan dan perhatian. Lain hal dengan pemula yang lebih banyak tidak tahunya.

🍁TEMAN SEPELAMINAN🍁
kataria.byidria

Siapa yang tidak kenal dengan julukan 'kota hujan', hampir semua orang mengetahui. Kota dengan suasana sejuk nan dingin, tempat paling cocok untuk sejenak merehatkan diri dari rasa penat. Suasana ademnya membuat siapa pun betah berlama-lama di sana.

"Serius mau ke Bogor? Nggak kejauhan?" tanya Cakra di tengah perjalanan.

Zayna yang duduk di jok belakang mengangguk. "Iya, kayaknya nggak sih. Cuma butuh sekitar 2 jam setengah, sama aja kayak kalau kita ke Ciwidey atau Pangalengan."

Cakra mengangguk setuju. "Orang tua kamu aman? Hmm, kamu ngerti, kan Zay maksud aku?"

Untuk beberapa saat Zayna terdiam, lalu kemudian berujar, "Aman, nggak usah khawatir. Diizinin kok."

"Baguslah, udah lama juga kita nggak pergi berdua."

"Hah? Gimana? Nggak kedengaran?" sahut Zayna sedikit memajukan kepala ke depan, suara bising kendaraan lain membuat indra pendengarnya sedikit terganggu.

"Hah, heh, hoh. Kebiasaan banget kalau ngobrol di motor banyak nggak kedengarnya. Udah lupain aja, bukan apa-apa juga," ujar Cakra dengan suara lebih keras.

Kegiatan saling bercerita di atas kendaraan beroda dua memang kurang begitu efektif, lebih banyak loading-nya ketimbang nyambungnya. Kadang Zayna hanya jawab iya-iya saja, padahal tidak benar-benar tahu apa yang dituturkan Cakra.

"Ini lurus atau belok?" tanya Cakra kemudian.

Zayna pun melihat gawainya yang menampilkan maps. "Belok, belok!" seru Zayna cepat saat Cakra hendak lurus.

"Kebiasaan, kalau mau belok kasih tahunya jangan mendadak. Kalau aku nggak nanya, bablas kita, Zay. Seinget aku emang tadi pas lihat maps ada belokan, tapi kamu anteng-anteng bae."

Zayna sedikit tertawa. "Perempuan tulen ini, maklum nggak bisa baca maps. A Cakra yang aneh cuma di-zoom-zoom doang bisa hapal dan inget. Heran!"

Cakra memelankan laju motornya agar mereka bisa mengobrol dengan cara tidak berteriak. "Berkilah aja kamu, Zay."

"Ya udah sih yang penting nggak jadi nyasar."

Cakra berdecak pelan. "Mana coba lihat lagi maps-nya," pinta Cakra kemudian.

Zayna pun mengarahkan gawainya ke arah depan, dan seperti biasa Cakra hanya memperkecil dan memperbesar layar tersebut. Salah satu kemampuan laki-laki yang tidak mampu ditandingi oleh kaum perempuan.

Motor kembali melaju, kali ini Cakra menambah sedikit kecepatannya, dan Zayna yang sudah paham memilih untuk mengunci rapat-rapat mulutnya. Membiarkan sang sahabat untuk fokus menyetir, di waktu-waktu tertentu jika motornya kembali melambat dan Cakra membuka kaca helm full face-nya itu berarti dia mengajak untuk kembali berbincang.

Sudah sama-sama hapal dan mengetahui kebiasaan masing-masing, perjalanan mereka jadi selalu terasa menyenangkan. Selain menyukai destinasi yang dituju, mereka juga menyukai perjalanannya. Setiap kota selalu memberi cerita yang berbeda-beda.

Cakra melambatkan laju motor, dia mengambil gawai dalam saku lantas menyerahkan benda pintar tersebut pada Zayna. "Mau ambil gambar dan video seperti biasa, kan."

"Tahu aja A Cakra," sahutnya antusias menerima gawai tersebut.

"Apa sih yang aku nggak tahu, Zay. Kebiasaan kamu itu, suka bikin video-video pendek aesthetic nan sinematic."

"Seratus buat A Cakra, hape aku, kan kameranya nggak sebagus punya A Cakra. Polanya masih sama? Belum ganti?"

Cakra terkekeh kecil. "Masih, Zay, 'X' ya."

Detik itu juga tawa Zayna menguar. "Dasar buta huruf, padahal 'Z' tapi bilangnya malah 'X' mana ngotot banget lagi. Berasa paling bener!"

Zayna masih mengingat betul saat mereka melakukan perjalanan ke Lembang dan untuk pertama kalinya Cakra memberitahu pola dari kunci layar gawai miliknya. Lelaki itu dengan percaya diri mengatakan 'X', dan sempat mengomeli Zayna yang dua kali gagal membuka kunci layar.

"'X', Zay, 'X' masa nggak bisa sih?"

"Dari kiri apa kanan? Ini udah salah dua kali, gagal lagi bisa ke-blokir."

"Serius nggak tahu 'X'? Ya Allah, Zayna!"

Zayna menyodorkan gawai tersebut ke depan. "Gimana caranya coba 'X' dijadikan pola. Susah, nggak bisa!"

Cakra menjauhkan gawainya, karena sedikit menghalangi penglihatan yang tengah fokus ke jalanan. Dia pun memperagakannya di udara dengan tangan kiri membentuk pola 'Z'.

Detik itu juga Zayna menonyor helm Cakra hingga dia sedikit terkantuk-kantuk ke depan. "Huruf 'Z' itu mah A Cakra. Emang bener-bener ya!"

"Hah? Gimana?"

"Dodol emang ya A Cakra. Huruf 'Z' itu bukan 'X', dasar buta huruf!"

Cakra meringis kecil. "Lidah keserimpet dikit, Zay. Huruf 'X' sama 'Z', kan deketan. Sodaraan mereka."

"Berkilah aja terus!"

Tawa Cakra berhasil kembali menarik ingatan Zayna. "Masih inget aja kamu, Zay soal itu. Malu asli kalau diingat-ingat."

Zayna berdecih pelan. "Udah mah ngotot, salah lagi!"

Cakra sedikit terkikik geli, mengingat kebodohannya kala itu.

"Bentar lagi nyampe, katanya tadi laper mau nyari sarapan dulu. Ini udah masuk pemukiman, kayaknya nggak akan nemu rumah makan deh," ujar Zayna kemudian.

"Jajan di depan, Zay, ada cilok sama batagor tuh. Lumayan buat ganjel perut, cemilan yang tadi kita beli juga lumayan banyak, kan?" tunjuk Cakra ke arah depan.

Zayna mengangguk setuju.

Cakra pun menghentikan motor di dekat penjual batagor. "Mau beli apa?"

"Samain aja."

Anggukan kecil Cakra berikan. "Mang dua, yang satu pedes tapi jangan pake pangsit, satunya lagi biasa tapi komplit."

Penjual itu mengangguk paham dan mulai menyiapkan pesanan mereka.

"Kirain nggak bakal inget kalau aku kurang suka batagor pake pangsit," ujar Zayna.

"Kacida pisan kalau sampai aku nggak inget."

[Keterlaluan banget].

"Iya deh iya si paling notice hal-hal kecil," ujar Zayna dengan nada meledek.

Cakra tersenyum bangga. "Ya iyalah, aku emang paling peka dan tahu kamu, Zayna. Nggak kayak dia."

Zayna memutar bola mata malas. "Mulai, hobi banget ngungkit yang udah-udah."

"Cuma sekadar mengingatkan, siapa tahu kamu lupa. Martabak pisang gimana rasanya, Zayna?" katanya diakhiri tawa renyah.

Zayna menggeplak bahu Cakra, tapi sebelumnya dia menarik lengan kemeja yang dikenakannya agar tidak bersentuhan secara langsung. "A Cakra bener-bener ya!"

Melihat wajah sebal Zayna, justru semakin membuat tawa Cakra pecah. "Kamu tuh emang aneh, Zay. Nggak suka pisang tapi kalau pisang keju suka dengan alasan udah diolah dan rasa pisangnya ketutup sama susu, meses, dan keju. Tapi, untuk kasus martabak pisang kamu sampai muntah-muntah karena seenggak suka itu kamu sama buah tersebut."

"Dan dengan polosnya dia beliin kamu martabak pisang mana ditambah dengan kalimat kayak gini lagi, 'Ini makanan kesukaan kamu'. Boro-boro suka, mual yang ada juga. Dia nggak peka dan nggak notice sampai sedetail itu, perkara kamu suka pisang keju disamaratakan kalau kamu suka semua olahan dari pisang. Padahal nggak sama sekali. Kacau emang! Kalau inget itu, aku ngakak mulu bawaannya."

"Dia nggak sama kayak A Cakra, aku perempuan pertama untuknya jadi wajar kalau dijadikan kelinci percobaan. Emang aku akui cara dia men-treatment dengan cara A Cakra sangat jauh berbeda. Dia mah pemula yang banyak nggak tahunya, tapi itulah kelebihan dia. A Cakra pemain, dia bukan. Kalau sama dia aku satu-satunya, kalau sama A Cakra aku salah satunya."

Bukannya tersinggung Cakra justru terkekeh kecil. "Iya deh iya si paling susah move on. Belain aja terus."

"Nggak gitu juga!"

"Ya terus?"

"Intinya A Cakra bukan dia, dan dia bukan A Cakra. Dalam hal men-treatment perempuan dia emang kalah jauh di bawah A Cakra, pengalaman dia nol soal tersebut. Tapi itu nilai plusnya, aku dijadikan yang pertama meskipun akhirnya kandas juga."

Cakra berdecak pelan. "Definisi dilanjut sakit, move on syulittt."

Zayna melirik sekilas. "Kisah kandas yang membekas."

"Berattt!"

🍁BERSAMBUNG🍁

Padalarang, 05 Februari 2025

Ketemu lagi nih sama Cakra dan Zayna yang doyan healing. Penasaran mereka mau ke mana aja? Kuyy, diramaikan dulu lapaknya ☺️🤗

Mau dilanjuttt?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro