Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TS 10 - MENGAMBIL LANGKAH

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Saling mengingatkan dalam kebaikan adalah pondasi paling mendasar dalam sebuah pertemanan.

🍁TEMAN SEPELAMINAN🍁
kataria.byidria

Perasaan adalah sesuatu yang tidak bisa dikendalikan, karena di dalamnya ada andil dan campur tangan Tuhan. Kita tidak diberi kendali untuk mengatur hati agar berlabuh pada siapa yang kita kehendaki, tapi kita diberi akal serta kesadaran penuh terkait keputusan yang hendak kita pilih.

Mencintai seseorang bukanlah suatu kesalahan, tapi memilih untuk berpacaran sebelum halal itulah yang dinamakan dengan kekeliruan. Banyak di antara muda-mudi yang beranggapan jika Islam menentang keras jatuh cinta, padahal Islam hanya memerintahkan untuk tidak mendekati zina.

Sederhana, tapi tidak semua orang paham akan makna zina yang sebenarnya. Jatuh cinta tidak salah, menyukai lawan jenis justru sebuah fitrah. Namun, jelas harus pada koridor yang sesuai dan tak boleh keluar dari aturan yang jelas-jelas sudah Allah tetapkan.

Kita tidak bisa menyandingkan antara yang haq dengan yang bathil.

"Anti pacaran, tapi keluyuran sama lawan jenis di-oke, kan. Konsepnya gimana itu, Zayna?"

Perempuan itu dibuat mati kutu, tak bisa menyela ataupun menyangkal sebab apa yang dipertanyakan sang sahabat tak mampu dia jawab.

"Yang haram itu aktivitasnya, bukan pacarannya. Dipikir dengan label 'teman' sesuatu yang jelas-jelas haram bisa mendadak berubah halal? Ya nggak dong, ya. Kamu itu terjebak 'teman rasa pacar', awalnya nyaman lama-lama jadi kebutuhan. Ada yang hilang, kan kalau dalam sebulan kamu nggak ketemu dia, sekadar ngopi atau keliling-keliling nggak jelas udah jadi sebuah keharusan," katanya lagi saat Zayna tak kunjung buka suara.

"Suka kali kamu sama dia. Ngaku?" sambungnya penuh akan rasa curiga.

Zayna menggeleng tegas. "Nyaman dan suka adalah dua hal yang beda, Rinjani."

Alisnya terangkat satu. "Gitu ya?"

Lagi-lagi Zayna mengangguk. "Serius deh, aku tuh nge'iya'in ajakan dia ya cuma gabut aja."

"Oke-oke, kamunya gabut kalau dianya kepincut?"

Tawa Zayna pecah detik itu juga. "Mustahil itu. Mana ada A Cakra suka sama aku. Ngaco!"

"Hati manusia siapa yang tahu sih, Zay?"

Zayna menghentikan tawanya lebih dulu lantas berujar, "Aku tahu kayak apa selera cewek A Cakra, dan aku nggak masuk dalam kriteria. Lagian ni ya setiap kali kita nongkrong atau main juga yang dibahas A Cakra tuh perempuan yang lagi dia deketin."

"Terus kamu gimana?"

"Aku? Ya nggak gimana-gimana, selayaknya teman aja yang pasti dan akan selalu support setiap pilihannya."

Raut keheranan terpatri apik di wajah Rinjani. "Apa kamu nggak cemburu?"

"Pertanyaan macam apa ini, ya jelas nggaklah. Buat apa juga cemburu, ngaco kamu! Aku malah seneng kalau emang dia udah nemuin perempuan yang cocok buat dia peristri."

Rinjani menggaruk-garuk kepalanya. "Aku nggak ngerti sama pertemanan kalian berdua. Dari cerita kamu aku sedikit bisa menyimpulkan kalau cara dia men-treatment kamu itu nggak biasa, bukan cuma sekadar teman. Okelah kalau cuma sekadar ditraktir, dia kan emang provider seperti yang kamu bilang. Tapi ini lho, dia itu tahu fungsi kamera belakang, setiap kalian keluar dokumentasi pasti selalu ada dan banyak, dan kamu yang selalu jadi objek utama. Nyadar nggak sih?"

"Yaelah cuma sebatas difotoin sama divideoin kamu besar-besarin, Rin. Biasa itu, dia emang punya hape dengan spek kamera yang oke. Nggak ada yang spesial, dia emang men-treatment semua perempuan sama," terang Zayna meluruskan.

Rinjani menggeleng tak setuju. "Suami aku aja nggak kayak gitu, dia emang selalu pegang hape tapi asik dipake buat main game. Boro-boro fotoin dan videoin aku diam-diam, disuruh aja ogah-ogahan, Zay."

Zayna terbahak-bahak dibuatnya. "Itu mah emang suami kamunya aja kali yang nggak ngerti fungsi dari kamera belakang."

Rinjani mencebik sebal. "Puas banget perasaan ketawanya!"

"Kamu, kan yang mulai."

Terdengar bunyi decakan cukup nyaring. "Aku cuma mencoba untuk membuka mata dan hati kamu dengan teori perbandingan."

"Udah ah, kamu jangan kayak Mama aku. Liar banget perasaan tuh isi kepala, cuma temen. Harus berapa kali lagi sih aku pertegas?"

"Kalau tiba-tiba dia datang ke rumah gimana? Ngajak nikah misalnya."

Zayna spontan melempar bungkus bekas camilan ke arah sang sahabat. "Dibilangin udah, malah makin liar aja. Nggak habis pikir aku. Nggak mungkin banget!"

"Kalau sampai kejadian gimana?"

"Ya nggak gimana-gimana, aku suruh pulang, lha!"

"Astagfirullahaladzim, semudah itu?"

Lagi-lagi Zayna mengangguk mantap. "Bener-bener nggak ada feeling apa pun aku sama dia. Dibilangin cuma temen gabut, nggak lebih ih."

Helaan napas dikeluarkan Rinjani, dia memilih untuk tidak menanggapi. Mau mulutnya sampai berbusa pun, Zayna pasti hanya akan menganggap angin lalu setiap perkataannya. Memang bener-bener batu bernyawa Zayna ini.

"Tapi kayaknya aku harus ngambil sikap sih, Rin. Aku ngerasa aman, tapi ternyata orang tua aku agak lumayan rawan. Bahaya, kalau terus dibiarkan," katanya setelah beberapa saat berkawan geming.

"Terus keputusan kamu apa?"

"Mungkin aku akan terus terang terkait kondisi aku sekarang sama A Cakra. Opsi yang paling masuk akal dan aku yakin bisa menemukan titik terang yang mudah."

"Berani emangnya?"

"Apa yang harus aku takuti sih? Orang cuma ngomong doang juga. A Cakra udah jinak, nggak akan gigit. Bukan harimau juga karena dia, kan titisan buaya sejenis kadal," terangnya begitu santai, bahkan bisa-bisanya diakhiri dengan tawa renyah.

Anggukan kecil Rinjani berikan. "Aku mah gimana kamu aja, toh kamu juga yang ngejalanin. Tapi, kalau boleh aku kasih saran. Mending, nggak usah pake acara ngomong segala, ngalir aja gitu. Siapa tahu, kan dia bisa jadi teman menua bukan hanya sebatas teman biasa?"

Zayna bergidik ngeri dibuatnya. "Nggak mau, jangan sampai lha!"

"Jadi, mau kapan bilang sama dianya?"

"Kalau bisa secepatnya, aku juga jadi kepikiran sama yang kamu bilang. Emang kita nggak pacaran, tapi aktivitasnya menjurus ke sana. Hukumnya tetap haram, kan?"

Rinjani mengangguk kecil.

"Kamu minta aku bawa ke tempat sepi, tepi jurang, tapi punya pemandangan bagus bukan buat bunuh diri, kan? Nggak mungkin dong cuma buat curcol aja," ungkapnya kemudian.

Arah pandang Zayna tertuju ke depan. Udara dingin yang masih segar dengan pemandangan yang asri memberi rasa tenang tersendiri. Zayna memang menyukai tempat-tempat sejenis ini. Itulah mengapa jika melancong ke kota orang yang dicari lebih dulu pasti hamparan kebun teh, air terjun, atau bentangan danau dengan air yang jernih.

Kebetulan tempat tinggal Rinjani masih cukup asri dengan tidak dipenuhi polusi. Jadi, kalau sedang merasa tidak baik-baik saja dia akan menghubungi sang sahabat, meminta untuk dicarikan tempat pelarian yang nyaman dan penuh akan ketenangan.

"Kayaknya ada yang mengganggu pikiran aku akhir-akhir ini. Suka tiba-tiba kebayang masa lalu, bawaannya melow dan pengen nangis aja. Aku butuh healing, mau teriak sekencang-kencangnya di sini, dengan harapan bisa lega dan lupa," akunya berterus terang.

"Nggak mungkin tiba-tiba inget tanpa sebab yang jelas, kan?"

Zayna melirik sekilas ke arah Rinjani. "Mama mendadak bahas dia, setelah itu aku jadi kebayang-bayang terus."

"Udah mau hampir satu tahun setengah lho, Zay. Masih aja tuh hati belum selesai."

"Move on emang sesulit itu ternyata."

"Kamunya yang terlalu menutup diri, coba kalau berani buka hati. Sembuh karena hadirnya orang baru nggak papa kok, daripada kayak gini terus-menerus."

"Masalahnya setiap aku mencoba welcome sama cowok, otak aku dengan kesadaran penuh sibuk membanding-bandingkan. Itu yang justru buat trauma aku muncul, takut mengalami kejadian serupa kayak dulu," jelasnya dengan kepala sedikit tertunduk.

Rinjani menghela napas berat. "Susah sih, masalahnya dia emang yang pertama buat kamu, dan parahnya nggak ada rekam jejak jelek yang bisa buat kamu move on dengan jalur ilfeel. Mungkin kalau kecelakaan itu nggak terjadi kalian bisa happy ending?"

Zayna terdiam dengan pandangan lurus ke depan, serta mata yang sudah mulai berkaca-kaca.

🍁BERSAMBUNG🍁

Padalarang, 24 Januari 2025

Setuju dengan sikap yang diambil Zayna atau nggak nih? Atau mungkin ada pandangan lain? 🤔😉

Kira-kira dia yang dibahas Zayna itu siapa hayoh 🤭🤧

Mau dilanjuttt?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro