Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. Badai

Tidak perlu waktu lama untuk menunggu gosip datangnya Zian ke sebuah seminar menyebar. Berita sederhana itu berubah menjadi berita besar seperti segumpal bola salju yang berubah menjadi bencana setelah bergulir beberapa saat.

Ketika Zian berjalan menuju toilet, ia sempat heran mendengar bisik-bisik yang selalu menyertainya sepanjang jalan. Suara-suara itu berdengung di telinganya. Sesekali ada orang yang takut-takut menunjuknya, tentu dibalas dengan lirikan tajam dari laki-laki bercelana sobek-sobek itu.

"Oh, hai, Bella." Tanpa terduga, Zian bertemu dengan Bella di depan toilet.

Gadis berponi itu hanya tersenyum dan segera beranjak dari sana. Meninggalkan Zian tanpa kata.

Setelah kepergian gadis itu, Zian bisa mendengar kalau suara bisik-bisik dari sekitarnya semakin kuat. Belum juga ia bertanya pada seseorang di sana, satu pesan masuk ke ponselnya.

Zi, coba lo baca Lambe Jatayu.

Zian menutup pesan itu dan segera menuju sosial media milik seseorang yang selalu menyajikan info terpanas di Jatayu. Baik itu berita prestasi atau berita tragedi. Zian tidak terkejut apalagi panik, ia adalah salah satu mahasiswa yang wajahnya paling sering berlalu lalang di akun tersebut. Beberapa korban palaknya melapor dan hal itu mampu membuat Zian tiba-tiba populer seantero Jatayu.

Mata cokelat Zian membelalak ketika melihat foto dan sebaris caption yang muncul di sana. Ia sudah terbiasa dengan kalimat menghujat yang selalu memenuhi komentar di bawah beritanya, tetapi kini ia tidak sendirian atau bersama Alka.

Ketika preman nomor satu Jatayu kencan dengan Cewek Ularnya Arsi.

Zian jelas melihat foto mereka ketika Zian dan Bella berkeliling komplek untuk mencari Rara. Dengan cepat, Zian langsung menelepon nomor Alka.

"Ka, gue mau ke Arsi dulu. Lo tunggu di parkiran aja."

Belum juga Alka sempat menjawab, Zian sudah mematikan panggilannya. 

Gedung Jurusan Teknik Sipil dan Jurusan Arsitektur di Universitas Jatayu terletak berdampingan. Jarak yang begitu dekat, membuat Zian tidak memerlukan waktu lama untuk tiba di gedung Jurusan Arsitektur. Zian familier dengan gedung tersebut karena beberapa kali mereka melakukan kuliah dasar di gedung ini. Ia yakin kalau Bella tidak akan berada jauh dari area toilet tempat mereka bertemu sebelumnya.

Suara bisik-bisik mengikuti Zian sepanjang jalan, semakin kuat ketika ia masuk semakin dalam ke gedung Jurusan Arsitektur. Ia tidak peduli, lagipula ia sudah terbiasa dengan hal semacam ini. Kini, ia mengkhawatirkan Bella. Gadis itu pasti tengah jadi pembicaraan seantero Jatayu. Di jurusannya, mungkin Bella sudah terbiasa, tetapi seantero Jatayu adalah skala yang mungkin tidak bisa ia atasi.

Zian sudah tidak sabar, akhirnya ia bertanya pada seseorang yang tengah duduk sendirian. Gadis itu kelihatan tidak suka bergosip karena ia sangat santai ketika melihat Zian menghampirinya. 

"Lo liat Bella?" Zian bertanya sambil memelankan suaranya. Ia sengaja tidak menarik perhatian orang yang ada di sekitar sana. Padahal, biasanya Zian sangat suka perhatian.

Gadis berkacamata itu mengangguk. "Dia di ruang AR95. Di ujung lorong ini. Kelasnya udah selesai, tapi barusan Kak Arabella balik lagi ke sana. Dia tadi jadi Asisten Dosen di sana."

Tanpa berterima kasih, Zian bergegas menuju ruang kelas yang disebutkan oleh gadis tadi. Benar saja, hanya tersisa satu orang di ruangan. Seorang gadis yang tengah tertidur beralaskan tangan dan beberapa buku yang ditumpuk untuk menggantikan bantal. Zian yakin kalau itu Bella. Ia bisa mengenali Bella dari sepatu kets putih yang dikenakan gadis itu.

Ragu-ragu, Zian menyentuh lengan gadis itu. "Bella."

Bella mengangkat wajahnya dan tersenyum ketika melihat Zian di hadapannya. 

"Lo baik-baik aja?" Zian semakin khawatir ketika melihat wajah Bella memerah.

Gadis bermata besar itu mengangguk. "Gue baik-baik aja, cuma ngantuk. Semalem sibuk revisian. Harusnya gue yang tanya, lo baik-baik aja?"

Zian mengerutkan dahi. "Lo tahu berita di Lambe Jatayu, kan?"

Bella tersenyum. "Tahu, makanya gue tanya. Lo baik-baik aja?"

Zian menggeleng. "Gue khawatir sama lo. Lo jadi terkenal seantero Jatayu karena berurusan sama gue. Gue udah terlalu sering masuk berita di sana. Gue udah biasa, tapi lo? Lo pasti ketakutan denger semua bisik-bisik orang. Maafin gue." 

Bella malah tertawa. "Nggak ada hal yang bikin gue terbiasa. Di hidup gue, nggak ada namanya terbiasa. Semua yang gue alamin hari ini, itu baru. Setiap hari, semua baru. Nggak ada masalah, gue seneng kalo lo baik-baik aja."

"Bel." Zian menaatap Bella, masih merasa bersalah.

"Kenapa? Lo malu digosipin pacaran sama gue?" Bella bertanya sambil menatap Zian curiga.

Zian menggeleng dengan cepat. "Bukan gitu."

"Oh, berarti lo seneng." Bella tertawa. Kemudian ia bangkit dan berjalan menuju pintu keluar.

"Eh, enggak gitu." Zian jadi serba salah. Ia berlari untuk menyusul Bella. 

Keduanya berjalan berdampingan sambil bercanda tentang dansa yang mereka lakukan kemarin. Zian mengeluh karena kakinya sering terinjak. Bella membalasnya dengan wajah yang cemberut. 

"Lo aja yang nggak bisa perhatiin langkah. Suruh siapa kaki lo di sana. Salah lo pokoknya." Bella masih kesal, tetapi ia tetap tersenyum. Entah mengapa, kehadiran Zian di sampingnya membuatnya nyaman. Dunia terasa berbeda ketika laki-laki bertindik itu ada di sampingnya. Bella merasa baik-baik saja selama ada Zian di sana.

"Idih, nggak mau ngaku. Lo keras kepala banget." Zian meledek sambil tertawa kecil.

"Cocok banget, yang satunya preman, satunya lagi penjilat dosen." Seorang gadis mencibir Bella dan Zian ketika mereka lewat di depannya. 

Zian terus melangkah, tetapi Bella malah berhenti di sana. Laki-laki bertindik dan bercelana sobek-sobek itu berbalik dan sempat tidak percaya pada matanya sendiri. Ia melihat Bella berdiri di hadapan gadis tadi tanpa kelihatan terintimidasi. Ia melipat tangan di dada dan memelototi gadis itu. 

"Kalo mau ngomong, sini ngomong langsung sama gue!"

"Apa?" Gadis itu bertanya sambil berusaha tidak teritimidasi dengan tatapan menusuk Bella.

"Kalo gue sama Zian pacaran, urusan sama lo apa, ya?" 

Zian menganga, tidak percaya kalau Bella seberani itu. 

Gadis yang tadi mencibir mereka, kelihatan tidak berkutik. Ia diam dan matanya berusaha melihat ke arah lain.

"Nggak ada urusannya sama lo, kan? Makanya nggak usah repot ngusurin hidup gue. Urusin aja hidup lo sendiri." Bella berbicara pelan, tetapi nadanya tetap mengintimidasi.

"Mentang-mentang pacaran sama preman, lo jadi sok jagoan begini, ya. Liat aja nanti." Gadis itu berlalu dengan tergesa-gesa.

Bella berjalan mendekati Zian dan tersenyum setelah tiba di samping laki-laki bertato itu.

"Lain kali, lo nggak boleh gitu, Bel. Biasanya lo cuek sama omongan orang." 

Bella cemberut. "Udah gue bilang, nggak ada yang namanya terbiasa. Gue nyaman cuek selama ini, makanya gue diem. Hari ini, mereka nggak cuma ngomongin gue, tapi lo juga. Gue pilih buat nggak diem aja. Jadi, salahnya di mana?"

Zian terdiam. Ia semakin merasa bersalah. Apa sikap Bella yang seperti ini karena bergaul dengannya? Itu artinya, ia membawa pengaruh buruk bagi Bella?

Aloha!

Badai telah tiba. Anehnya, Zian malah ngerasa bersalah.

Terima kasih sudah membaca dan berkenan vote.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro