Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Kesepakatan

Wajah Bella masih dirambati dengan rona merah ketika Zian melangkah mendekat dan menampilkan senyum yang masih terasa asing. Gerakan laki-laki berkemeja merah itu membuat Bella menunduk semakin dalam.

“Nggak usah ngelak, lo pasti laper.” Zian menyandarkan tubuhnya di rak buku yang ada di dekat Bella.

“Enggak kok, lo pasti salah denger.” Kepalang malu, Bella buru-buru merapikan tasnya. Kemudian, ia kembali berdiri tegak.

Sikap Bella yang kelihatan salah tingkah, membuat senyum Zian semakin lebar. “Gue nggak bakal ngeracun lo. Lagian masakan Alka, tuh, enak banget. Lo harus nyobain. Yakin, nggak mau?”

“Jadi, kalian beneran tinggal bareng?” Bukannya menjawab pertanyaan Zian, fokus Bella malah teralih padahal lain.

“Mau tahu? Lo nyebelin banget. Apa susahnya jawab pertanyaan gue, nggak pake fokus ke yang lain?” Wajah Zian yang tadinya ceria, berubah menjadi suram.

Menyadari perubahan ekspresi Zian, Bella langsung menggigit bibirnya. “Eh, nggak gitu maksud gue. Gue beneran penasaran sama hubungan lo sama Alka. Gue nggak bermaksud buat nggak jawab pertanyaan lo.”

Zian menyeringai. Seringai yang muncul sama seperti waktu pertama kali Bella melihat laki-laki itu. “Gue anggep lo nolak makan malam di sini.”

Melihat tatapan sengit dari Zian, membuat Bella tidak tahu harus melihat ke arah mana. Akhirnya, gadis itu hanya bisa terdiam karena suara keras Zian.

“Kenapa lo yang dateng, bukan Pak Jaya?” Zian berbicara setelah kembali duduk di kursi dan kini ia mengangkat satu kakinya seperti di warkop.

Pertanyaan Zian membuat mata Bella membelalak. Ia tidak menduga kalau pertanyaan semacam itu akan diajukan oleh laki-laki bertindik itu. Bella yang sudah merasa tidak terintimidasi, mengepalkan tangan dan balik menatap Zian sinis. “Menurut lo, anak mana yang akan ngizinin ayahnya untuk berurusan sama cowok kayak lo?”

Zian tertawa. Tawa laki-laki berambut cepak itu terdengar seperti mengejek. "Emangnya, gue cowok yang gimana?"

Mendengar tawa Zian yang menyebalkan, membuat Bella buru-buru menjawab. "Lo cowok yang nggak berperasaan. Bisa-bisanya lo nggak biarin Ayah masuk ke rumah ini selama hampir tiga bulan!"

Zian tidak berniat membantah, ia malah duduk diam dan mendengarkan Bella hingga selesai.

"Lo tahu, kenapa gue dateng ke sini untuk gantiin Ayah gue?” Suara Bella mulai bergetar. Mata besar gadis berponi itu mulai berkaca-kaca. Ia juga mengepalkan tangan yang kuat untuk membantu menahan tangisnya. “Ayah gue sakit karena lo biarin dia keujanan, untuk nunggu jam belajar lo selesai! Bahkan besoknya, Ayah sempat pingsan. Lo nggak akan pernah tahu gimana rasa takut yang gue rasain waktu itu!”

Tanpa sadar Bella meluapkan semua emosinya, padahal sebelumnya ia tidak pernah bertingkah seperti ini di depan siapapun. Biasanya, Bella hanya akan bercerita pada Ayah.

Bella berhenti bicara ketika ia merasakan aliran air mata dari ujung matanya. Gadis berbaju kuning itu mengusap wajahnya dan menatap Zian sengit.

"Udah?" Zian bertanya, terkesan tidak peduli.

Bella mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kini ia berusaha menahan diri untuk tidak menampar wajah Zian yang malah menyeringai meremehkan.

"Sekarang, boleh gue yang ngomong?" Zian menurunkan kaki dan melipat tangan di dada. Tubuhnya sudah bersandar di kursi.

"Daritadi juga lo ngomong! Nggak usah izin." Bella sempat berdeham untuk melegakan tenggorokannya yang kering setelah berbicara dengan suara keras.

"Gue baru tau, kalo bokap lo udah dibayar untuk jadi tutor gue sampe satu tahun. Nilai kontraknya dua puluh juta rupiah. Pertemuannya dua kali seminggu." Zian menjeda kalimatnya ketika melihat Bella kembali mengusap wajah. "Itu artinya dalam sebulan, ada delapan pertemuan."

Tidak sabar dengan penjelasan Zian, Bella memotong cepat. "Lo mau ngomongin apa, sih?"

"Lo bisa dengerin gue dulu, nggak?" Zian membentak.

Bella yang tadinya masih mau protes, langsung menutup mulutnya.

"Anggep aja udah tiga bulan gue ikut tutorial. Itu artinya, masih ada 72 pertemuan yang belum. Gue mau minta lo jadi tutor gue selama tiga bulan, supaya jumlah pertemuannya 72 kali, lo harus ngajar gue setiap hari."

Mata Bella mengerjap menatap Zian yang kelihatan serius dengan kata-katanya. Otak Bella yang biasanya bekerja cepat seolah tidak mampu memproses kalimat Zian sebelumnya.

Zian menatap Bella dengan tatapan serius, tetapi tatapannya tidak kunjung dibalas jawab. Akhirnya laki-laki berkemeja merah itu kembali berbicara, “intinya, lo harus ngajar gue selama 3 bulan untuk melunasi utang mengajar bokap lo.”

“Oke, gue udah paham bagian itu. Kenapa lo mau tutorialnya dipadetin jadi 3 bulan?”

Dia menyeringai. “Ya, suka-suka gue, dong. Kan yang bayar tutornya bokap gue. Terus masalahnya buat lo itu apa? Gue nggak akan ganggu jam kuliah lo. Jadi, lo tinggal kerjain kewajiban lo aja dengan dateng tiap hari ke sini. Lagian pilihan yang gue kasih justru malah mempermudah lo buat bayar utang lebih cepet, kan?"

Rasanya Bella ingin melemparkan tasnya ke wajah Zian. Kalimat laki-laki itu benar-benar sombong. Bella menyesal pernah mengatakan kalau Zian tidak kelihatan seperti anak orang kaya. Mendengar ia menyombongkan orangtuanya yang mampu membayar tutor untuk satu tahun, membuat Bella ingin murka. Namun, ia masih menahan diri. "Sesuka lo aja."

"Oke, lo setuju." Zian menyeringai. "Kalo udah beres, lo bisa cabut, sih, dari sini."

Bella memejamkan mata untuk menekan emosinya lebih lama. Ia menghela napas dan melangkah keluar dari ruang belajar dengan langkah besar. Ia tidak berniat menoleh sama sekali.

"Oy, Cewek Ular."

Bella mengabaikan seruan Zian yang setengah berteriak.

"Celana lo, ada bendera Jepang."

Mendengar kalimat Zian, Bella langsung menghentikan gerakannya. Ia membeku di tempat. Tanpa berpikir dua kali, ia sudah mengerti istilah bendera Jepang yang dimaksud Zian. Kebetulan kini ia tengah mengenakan celana berwarna putih.

Dengan cepat, gadis berbaju kuning itu berbalik dan menutupi noda memalukan itu dengan tasnya.

Bella cukup terkejut karena melihat Zian berjalan ke arahnya sambil melepaskan kemejanya. "Lo mau ngapain?"

Zian tidak menampakkan ekspresi apa pun. Ia mengulurkan kemejanya pada Bella.

Bella tidak langsung mengerti. Ia malah melangkah mundur setelah Zian menyodorkan kemejanya.

"Ini bisa diikat di pinggang, biar bendera Jepang lo nggak keliatan."

Bella mengerti maksud dari kalimat Zian. Yang tidak ia mengerti adalah emosi laki-laki di hadapannya ini benar-benar bisa berubah drastis.

Terlalu lama mengulurkan tangan mampu membuat Zian kesal. Kakinya mulai mengetuk lantai. "Lo mau atau enggak?"

Bella mengambil kemeja itu ragu-ragu.

"Udah. Pulang sana." Zian keluar lebih dulu dari ruang belajar.

Bella mengikat kemeja itu di pinggangnya. Kemudian ia keluar dari ruang belajar.

"Lo udah mau balik?" Alka bertanya ramah, tetapi matanya tidak bisa teralih dari kemeja Zian yang melingkar di pinggang Bella.

"Iya. Kelasnya udah selesai."

Rasa penasaran Alka tidak tertahan. Akhirnya ia bertanya, "itu kemeja Zian, kok, bisa sama lo?"

Aloha!

Ketemu lagi sama Zian, Bella dan Alka.

Terima kasih sudah membaca dan memberi vote.

Mode galak

Mode happy

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro