4
Duduk di salah satu kursi panjang berwarna coklat, (name) mengantupkan kedua tangannya sembari menunduk khidmat. Mendekatkan diri pada yang di atas.
Cahaya bulan yang menembus kaca Gereja mengenai salib yang terletak di altar.
Malam yang sunyi menambah khusyuk suasananya.
Krieet- !!
Suara pintu yang terbuka tidak mengalihkan perhatiannya. Bahkan ketika seseorang duduk di dekatnya, (name) masih diam dan melanjutkan do'a-nya. Menganggap bahwa sesosok lelaki di sebelahnya itu adalah setan.
"Apa yang kau lakukan di sini, Olivier ?"
(Name) bertanya setelah menyelesaikan do'a-nya.
"Tak tahu. Aku hanya berpatroli lalu melihatmu ada di sini, ya sudah, ku hampiri saja"
Bohong.
Ini bukan jadwalnya olivier berpatroli, ia hanya basa-basi. Niatnya yang sebenarnya hanya ingin bertemu (berduaan) dengan perempuan yang sering membuat jantungnya disko, meski wajahnya kadang tak mendukung suasana hatinya.
"Gila. Apa saat kau memasuki Gereja otakmu tertinggal di luar ? Ingin ku ambilkan ?"
Ya, olivier gila, dan itu semua karena gadis bernetra (e/c) di sebelahnya ini !
Melihat olivier yang diam membuat (name) menoleh. Biasanya olivier akan protes, apa kini lelaki bersurai malam itu terkena mental breakfast ?
"Hei, Vier-
Ucapan (name) terpotong ketika olivier menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang yang dihiasi pita.
"Ku dengar dari Anne kalau hari ini kau berulang tahun... Selamat ulang tahun, (Name)"
Irisnya membola, tatapan lurus serta bonus senyum kecil dari olivier sudah mampu membuat (name) salah tingkah. Jantungnya kini ikut-ikutan disko.
Ucapan olivier yang barusan juga bohong. Ia sebenarnya sudah tahu tanggal lahir (name) sejak lama. Tak hanya itu, ia bahkan hafal ukuran sepatu, lingkar kepala, tinggi badan, berat badan, dan ukuran-.
Yang terakhir abaikan saja.
"A-aku.. itu.. a-e.."
Sial, otaknya tiba-tiba ngelag. Mungkin karena damage yang diberikan olivier terlalu besar, skill garamnya, juga kemampuan untuk merangkai kata seketika hilang.
(Name) bingung harus mengatakan apa, ditambah lagi ia menatap olivier dengan wajah memerah. Kepalanya tak bisa menunduk, seolah memaksa untuk memperlihatkan wajah memerah itu lebih lama pada lelaki yang namanya tersemat dalam hati.
"Te.. terima.. kasih, Vier.."
(Name) rasanya ingin menenggelamkan wajahnya di pasir, ketika melihat wajah rupawan milik olivier yang malah menyeringai jahil. Firasatnya buruk.
"Oho~ tak ku sangka perempuan tukang garam ini bisa berwajah seperti itu"
Nah, kan.
Wajah (name) makin memerah. Olivier merasakan kesenangan tersendiri melihat wajah yang biasanya jutek itu kini dipenuhi semburat merah.
(Name) mengulurkan tangannya, niatnya ingin mengambil hadiah miliknya lalu segera pergi. Namun gerakannya kalah cepat dengan olivier, yang buru-buru menjauhkan kotak itu sebelum (name) dapat mengambilnya.
"Hadiah ku.."
"Siapa bilang ? Aku hanya mengatakan 'selamat ulang tahun', bukan bermaksud untuk memberimu hadiah"
Kalau bisa, (name) ingin menggunakan buku milik mira yang tebalnya langsung membuat orang malas baca katar-ketir untuk memukul lelaki meresahkan dihadapannya ini.
Apakah ini balasan olivier karena hampir setiap hari di garami olehnya ?
Olivier sedikit terkekeh, kemudian menyodorkan kotak itu pada (name). "Bercanda, ini hadiahmu"
Yang seketika langsung disambar oleh perempuan itu.
Olivier menepuk kepala (name) lalu berdiri, membuat (name) mendongakkan kepalanya menatap olivier.
Tatapan mereka terkunci.
Tangan kiri olivier memegang bahu kanan (name). Menundukkan tubuhnya, mendekatkan wajah sehingga dapat merasakan deru nafas masing-masing. Olivier yang entah dapat keberanian dari mana itu mencium sudut bibir (name).
"Selamat malam dan selamat ulang tahun, mon mignon*"
Ucapan selamat malam, bonus senyum menawan itu (name) dapatkan. Benar-benar membuat jantungnya tidak aman.
Akal sehatnya terganti, (name) membenturkan kepalanya ke tembok beberapa kali sembari berteriak dalam batin.
Setelah puas, ia beralih pada kotak pemberian olivier. Wajahnya kembali memerah mengingat kejadian tadi.
Dan dengan tangan yang sedikit gemetar, (name) membuka kotak itu. Di dalamnya berisi dua buah pita berwarna sapphire dan (f/c), lalu sebuah kalung dengan batu Obsidian sebagai bandul. Senyum mengembang di wajah ayu tersebut, kekehan manis keluar sesaat kemudian.
'Vier.. ku balas kau lain kali..'
Sedangkan olivier :
Keluar dari gereja, olivier bersandar di tembok gereja sembari menutupi mulutnya dengan tangan kiri. Wajahnya kini ikut memerah.
Matanya membola, tak percaya atas apa yang baru saja ia lakukan. Entah dapat keberanian darimana tiba-tiba mencium anak orang.
Meskipun bukan tepat di bibir, tapi sama saja.
Dan ekspresi wajah (name) tadi...
Olivier ingin melihatnya lagi !!
"Aaakh- !! Aku bisa gila lama-lama !"
-----------------------
» Mon mignon diartikan sebagai "benda kecilku". Kata ini berasal dari kata bahasa prancis di masa lampau "mignot" yang berarti halus atau anggun. Seperti panggilan bahasa Inggris sweetheart.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro