Permen Ajaib
Pada suatu hari di negeri yang jauh, hiduplah seorang gadis yatim piatu miskin bernama Kyra. Ia tinggal di sebuah rumah reyot pinggir hutan bersama adiknya. Setiap hari Kyra dan adiknya selalu pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar untuk dijual di desa terdekat. Namun, hari ini sang adik jatuh sakit, sehingga membuat Kyra harus pergi sendirian. Ia juga harus mencari uang tambahan agar bisa membeli obat.
Kyra yang seharian menjual kayu bakar sampai melakukan pekerjaan apa saja yang bisa dilakukannya, kemudian mengunjungi apotek untuk membeli obat. Setelah selesai, ia mengunjungi sebuah toko bermaksud membeli roti yang paling murah. Namun, Kyra justru terpana pada sebuah toples berisi permen-permen mengilap. Menyadari ada seorang gadis kumal tengah memperhatikan toples permen miliknya, maka pemilik toko dengan senang hati menawarkannya.
"Kau tidak mau membeli permennya?" tanya si pemilik toko.
Kyra menggeleng lesu. "Aku tidak punya uang lagi."
Lantas, sebuah ide muncul di kepala si pemilik toko. "Begini saja, kalau kau bisa membantuku, aku akan memberimu tiga permen ini dan apa saja yang kau inginkan."
"Benarkah?"
Si pemilik toko mengangguk sambil menunjuk sekeranjang apel yang berada di sudut meja kayu. "Nah, bantu aku menjual buah apel di sana. Nanti setelah habis, kau kembali ke sini untuk mengambil hadiahmu."
Kyra setuju dan bergegas menjualnya keliling pasar di desa itu. Dengan giat ia menawarkannya pada pengunjung di sana. Setelah terjual habis, ia kembali lagi ke toko untuk menagih janji pemilik toko.
"Sesuai janjiku tadi—karena aku tidak akan melanggar janji—ini tiga buah permen ajaib dan sisanya kau mau roti atau yang lain?" tanya si pemilik toko
"Roti saja," jawab Kyra.
"Baiklah, tiga buah roti jumbo dan tiga permen ajaib. Dengar, Nak. Permen ini bisa mengabulkan keinginan terdalammu, satu hari satu keinginan. Jangan serakah. Kau juga tidak boleh menggunakan permen ajaib untuk mengabulkan hal yang jahat," kata pemilik toko sambil memasukkan semua makanan ke dalam sebuah keranjang mini yang tampak sudah usang. Ia kemudian menyerahkan keranjang mini itu kepada Kyra.
"Kenapa?" tanya Kyra penasaran.
"Kau harus membayar mahal untuk keinginan itu, emas saja tidak cukup. Sekarang kau paham?"
"Terima kasih, Pak. Akan aku ingat selalu."
Kyra pergi meninggalkan toko seraya menenteng keranjang mini. Ia bahkan sambil bersenandung riang dan melihat-lihat permen ajaib yang baru saja didapatkan. Namun, langkahnya terhenti saat menyadari tidak tahu cara permen itu akan mengabulkan keinginannya. Akhirnya, Kyra kembali lagi ke dalam toko, menemui si pemilik yang sedang merapikan toples-toples permen.
"Apa yang harus aku lakukan supaya terkabul?" tanya Kyra.
"Ucapkan keinginanmu, lalu makan permennya."
Kyra mengangguk mengerti, kemudian meninggalkan toko untuk pulang. Di tengah perjalanan pulang menuju rumah, gadis itu berpikir untuk mencobanya. Ia bahkan membayangkan tumpukan koin emas sampai bisa tiduran di atasnya. Karena tidak sabar, Kyra cepat-cepat mengambil satu bungkus dari keranjang mini.
"Aku ingin punya koin emas untuk kehidupanku," ucap Kyra sambil membuka bungkus permen dan memakannya.
Kemudian Kyra memejamkan mata selama semenit seraya berdoa keinginannya terkabul. Tiba-tiba terdengar suara benda berat terjatuh tak jauh darinya. Cepat-cepat gadis itu membuka matanya dan memeriksa sumber suara. Alangkah terkejutnya ia menemukan sebuah peti setinggi betisnya. Ketika dibuka, ada banyak koin emas beserta permata yang berkilauan.
Kyra takjub, pemilik toko tidak berbohong. Permennya mengabulkan keinginan Kyra. Lantas, ia cepat menyeret peti koin itu ke rumahnya, memberitahukannya pada sang adik tentang keajaiban dari permen yang baru saja ia dapatkan.
Setibanya di rumah, sang adik terkejut. Ia mengira Kyra telah merampok rumah orang kaya. Gara-gara tuduhan itu, Kyra akhirnya menunjukkan sebungkus permen ajaib pada sang adik.
"Akan aku tunjukan padamu kalau aku tidak merampok. Permen ini mengabulkan keinginanku. Lihat!" Kyra mendekatkan permen ajaib itu ke bibirnya. "Aku ingin baju-baju bagus supaya aku tidak usah memakai baju lusuh lagi."
Setelah itu Kyra langsung melahapnya. Tak berselang lama terdengar suara ketukan di pintu rumah mereka, cepat-cepat gadis itu berlari untuk memeriksanya. Sama seperti sebelumnya sebuah peti ada di sana, tetapi tidak ada siapa pun di sekitar rumahnya. Tanpa pikir panjang Kyra langsung membawa masuk peti itu, membukanya di hadapan sang adik. Kali ini isi petinya adalah baju-baju terbuat dari kain sutra yang mahal.
"Lihat, kan? Aku tidak bohong!" seru Kyra pada sang adik.
"Keren. Oh, apakah kau bisa meminta rumah? Rumah yang bagus, kuat, dan besar! Jadi kita tidak perlu khawatir lagi saat hujan badai," pinta sang adik.
Kyra menyanggupi. Ia kemudian mengambil permen tersisa. "Aku ingin punya rumah yang bagus, kuat, dan besar supaya tidak perlu khawatir saat badai tiba."
Sama seperti sebelumnya, ia kembali memakan permennya. Namun, kali ini tidak terjadi apa-apa. Rumahnya masih bangunan reyot yang bisa rubuh kapan saja. Tidak ada peti pembawa keinginan seperti sebelumnya atau bahkan seseorang yang mungkin datang memberitahu Kyra ia punya rumah baru. Alhasil, membuat Kyra dan adiknya kecewa. Akhirnya mereka berdua pun memutuskan untuk makan malam dan tidur.
[]
Keesokan harinya, Kyra tidak lagi melakukan aktivitas seperti sedia kala. Ia menggunakan koin emas yang ditemukannya untuk membeli makanan ke pasar. Ia juga memakai baju bagus. Sama seperti hari sebelumnya, sang adik tidak ikut karena masih sakit. Maka dengan uang yang ada, Kyra berjanji membelikan obat yang lebih manjur.
Di perjalanannya menuju desa, Kyra tak sengaja bertemu dengan sepasang orang dewasa dengan pakaian seperti bangsawan, tiba-tiba mengatakan bahwa Kyra mirip dengan putri mereka yang hilang. Saat itu juga ia diajak ke rumah mereka dan dilayani bagai tuan rumah. Tentunya Kyra mengira semua ini terjadi berkat permen ajaib yang mengabulkan keinginannya semalam. Dengan senang hati, Kyra menyetujui menjadi anak mereka dan meminta agar adiknya ikut diadopsi.
Namun, karena Kyra tidak mengindahkan ucapan sang pemilik toko mengenai satu hari satu permintaan, Kyra harus membayarnya dengan harga yang tidak pernah ia bayangkan. Sang adik rupanya telah meninggal dunia, meninggalkan Kyra seorang diri dengan semua keinginannya yang terkabul. Tentu saja Kyra tidak terima, maka ia pun mendatangi lagi si pemilik toko.
"Pak, aku ingin permen ajaibnya lagi yang pernah kau berikan padaku. Kali ini aku akan membayarnya dengan uang sungguhan," kata Kyra.
Pemilik mengenyit. "Bukankah sudah kuberi 3? Nak, terlalu banyak berharap pada sesuatu yang instan itu tidak baik. Kalau kau ingin sesuatu, coba berusahalah mendapatkannya tanpa bantuan sihir."
"Tapi aku membutuhkannya, Pak! Tolong, berikan aku satu saja!"
Pemilik toko tetap menolak, sebab ia sudah tahu jika Kyra melanggar aturan yang telah diberitahukan padanya. "Maaf, Nak. Aku tahu kau sudah kehabisan permennya. Apa pun yang terjadi, kau harus menanggung akibatnya."
Kyra pun memutuskan untuk pulang sambil bersedih. Ia telah kehilangan sang adik demi sebuah harapan fana. Namun, ia berusaha menghibur dirinya, sebab mengira setidaknya ia masih bisa bertahan hidup dengan keluarga barunya.
Akan tetapi, Kyra justru harus menelan pahit. Anak kandung dari bangsawan itu telah ditemukan dan Kyra pun diusir dari sana. Ia terpaksa kembali ke rumah reyot tempat tinggalnya dulu, menangisi kesalahannya.
[]
Note: saya juga gak paham nulis apaan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro