Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1 | aquarius

Note:

Ini bukan project serius, hanya penulisan lebih rapi dari Teknik AU yang ditulis di instagram story akun (at)rennozaria dan karena gue kangen kampus. Get On The Gouws besok kalau nggak Selasa ya. Update-nya akan santai dan nggak terlalu panjang, tapi diusahakan sering. Thankyou.

Universe ini berdiri sendiri dan tidak terkait dengan universe mana pun.

Warning: mature content, graphic scene, cursing words

***

1 | AQUARIUS

Siang hari itu panas, tapi tidak menyurutkan niat sejumlah mahasiswa yang jadi perwakilan salah satu fakultas buat bergabung dengan perwakilan fakultas lainnya untuk berdemo di depan gedung rektorat sebuah universitas. Tuntutan utamanya klasik dan disuarakan nyaris saban tahun; persoalan nominal UKT yang dirasa makin mencekik, terutama buat mahasiswa tua yang kerjaannya tinggal nyusun skripsi doang. Memang ada sistem pengembalian UKT untuk mahasiswa sejenis itu, tapi skemanya terkesan bertele-tele sampai belum diurus, orang udah malas duluan.

Rei termasuk salah satu diantara sejumlah perwakilan fakultasnya. Sebenarnya sih males, tapi lumayan deh kalau ikut demo, seenggaknya ada alasan untuk bolos kelas. Makanya ketika sejumlah pentolan massa dan ketua himpunan dari berbagai departemen ganti berorasi, Rei setia jadi pengikut #TimNongkrongBawahPohon sambil minum teh botol dingin.

Nggak sendirian sih, sama salah satu temannya yang juga berbeda departemen, tapi satu fakultas. Namanya Harsya. Cewek itu fokus main hp, lagi cek zodiak.

"Hm... Capri... katanya suruh hindari air. Pantesan aja!"

"Pantesan kenapa?"

"Pantesan gue sakit minggu kemaren! Waktu kapan tau itu kan gue balik-balik kampus terus keujanan!"

"Nggak cuma Capri ya, Pisces yang habitatnya di air aja kalau keujanan terus nggak langsung mandi tuh bakal sakit!" Rei dongkol. "Eh tapi lihatin dong, kira-kira asmara Aqua cocoknya sama apa?"

"Aqua ya... sama Aries... Gemini... Libra... Sagi... Aqua lagi..."

"Yang terakhir endeus, Cyin."

"Loh, emang lagi demen sama cowok Aqua?"

"Iya. Ganteng. Anak Mesin. Aqua. Inisialnya J."

"Gue maksudnya?" terdengar seseorang yang sedari tadi menguping tahu-tahu nyeletuk, bikin Rei dan Harsya kompak menoleh ke satu arah.

There, ternyata yang barusan ngomong adalah Jenardi Genta Suralaya.

Rei pengen deh teriak keras-keras di mukanya; ya emangnya yang anak Mesin, inisial J, dan Aquarius lo doang?!

Tapi dia diam saja, walau mukanya kelihatan sepet macam salak murahan yang dijual di jalur Pantura waktu musim mudik tiba.

Harsya malah memperburuk suasana.

"Yha, Sob, ketahuan orangnya..."

Rei melotot. "APAAN, BUKAN DIA!!"

Jenar malah berdecak, terus tertawa kecil. "Udah ketahuan. Ngaku aja, gue nggak apa-apa kok!"

"..."

"Lagian emang banyak yang naksir gue dari dulu."

Sungguh sebaris kata mutiara yang bikin Rei pengen bikin muka Jenar berciuman dengan bakiak refleksi.

"Loh, emangnya di Mesin yang inisial J, Aquarius dan ganteng lo doang?" Rei bertanya dengan nada menohok.

"Lah, bukan dia?" Harsya lagi-lagi berkicau.

"BUKAN!!!"

"Terus siapa kalau bukan gue?" Jenar seperti menantang.

"DEMI TUHAN YA, BUKAN LO!!!"

"Terus siapa?" Harsya mendesak.

Rei jadi mati kutu, akhirnya menjawab dengan suara yang mengecil. "... Kak Johnny."

Harsya tercengang. Jenar juga, tapi tidak lama, dia lagi-lagi berdecak dengan wajah mengejek. "Masih mending juga ketangkap basah naksir gue daripada naksir Johnny!"

"Teori dari mane, hah?!" Sebagai fans setia Johnny, Rei jelas nggak terima.

"Mundur aja."

"Kak Johnny udah punya pacar?"

"Nggak. Dia gay."

Jeduar.

*

"Itu mi dok-dok kalau nggak mau dimakan, mending buat gue aja deh." Dhaka nggak bisa menahan diri lagi pada menit kesepuluh dia lihat Rei mengaduk-aduk mi di depannya tanpa dimakan.

"Ambil, dah!"

"Kenapa sih?" Dhaka malah heran. "Lagi banyak pikiran? Yaudah, sini gue suapin!"

"Nggak usah aneh-aneh!" Rei kontan nyolot.

Dhaka tertawa, lalu menggulung mi pakai garpu dan mengembat mi Rei. "Kenapa sih?"

"Ka, gue mau cerita tapi lo jangan bilang orang lain ya?"

"Oke."

"Janji?"

"Janji."

Rei pun bercerita soal Jenar dan ucapannya yang bilang kalau Johnny, mantan Kahim Mesin periode lalu yang Rei taksir setengah mati itu ternyata gay.

"Patah hati berat gue..." Rei merengek nelangsa. "Masa iya dia gay?"

"Hm..."

"Menurut lo gimana?"

"Kok tanya gue?"

"Kan Geologi sebelahan sama Mesin."

"Nggak tahu sih, tapi Johnny memang jarang keliatan deket secara romantis sama cewek. Temen ceweknya ada tapi ya kayak cuma temen gitu, kalau sepenglihatan gue. Padahal dia tuh yang naksir banyak lah ya, secara kan, mantan Kahim."

"Huf."

"Tapi ya kalau pun dia suka sama cewek, emangnya dia bakal sama lo?"

Menohok sekali, Bung!

"YA NGGAK JUGA!" Rei merasa ditusuk tepat di ulu hati. "Cuma seenggaknya tuh ya, kalau dia suka sama cewek, gue ada kesempatan dikit lah, meski cuma 0,0000000000000000001%!!!"

"Udah, mending naksir sama yang lain aja. Jenar nggak minat tuh? Ganteng kan dia."

"Ogah."

"Kenapa?"

"Terlalu ganteng."

"Emang otak lo nih unik."

"Eh ya, tapi yang tadi jangan bilang orang lain ya!"

"Siap."

Besoknya, satu fakultas tahu.

*

Sudah pasti Rei? Mengamuk.

"Dhaka!!!"

"Sori..."

"Janji lo tuh emang janji busuk ya! Janji ke temen lo sendiri udah kayak nggak ada harganya!"

"Gue cerita ke Tigra doang! Sumpah!"

"EMANGNYA DIA BUKAN ORANG?!!!" suara Rei naik seoktaf lebih tinggi.

"Dia kan bukan orang lain, Rei! Dia temen kita!" Dhaka berdecak. "Lagian emang menurut lo... dia cukup layak untuk disebut orang???"

"Dhaka!!"

"Maap."

Tau nggak, Rei tuh rasanya sudah nggak punya nyali buat menampakkan diri di kampus, apalagi kalau sampai berpapasan sama anak Mesin di lingkungan fakultas—berhubung gedung antar departemen di fakultas mereka memang berdekatan.

"Daripada fakta lo yang naksir Johnny, orang-orang lebih fokus ke gosip dia yang katanya gay. Soalnya emang udah mencurigaka sih katanya. Kalau ada yang mesti malu sekarang, itu si Jono, bukan elo!!" Tigra membela diri waktu Rei melabraknya.

"NAMANYA JOHNNY!!!"

"Ahelah, sama aja!"

"Alah, tau dah, suka-suka lo sama Dhaka aja!" Rei betulan kesal, tapi masih sempat-sempatnya mencomot dua potong tempe goreng sebelum minggat. "Bayarin tempe gue!"

"Heh, lo mau kemana?!!"

"Fotocopy modul!!"

"Mau dianter nggak?" Ternyata Tigra masih punya cukup tatakrama.

"Nggak!!"

Rei ke tempat fotocopy sendirian. Jalan kaki saja. Memang agak jauh, tapi ya nggak apa-apa, hitung-hitung olahraga minor. Akhir-akhir ini, Rei jarang gerak tapi makannya makin banyak. Sebelum lemak di pahanya tumpah kemana-mana, dia harus mencari solusi sementara.

Cewek itu lagi menunggu modulnya kelar di-fotocopy saat seseorang menegurnya tiba-tiba.

"Bang, isi stapler dua boks ya—eh—lo temennya Dhaka dan Tigra kan???"

MAMPUS, ITU JOHNNY.

"Hng... iya, Kak..."

Rei kepengen kabur, tapi modulnya belum selesai. Ogah banget dia meninggalkan modulnya begitu saja. Terus ya, dia rasa juga dia nggak akan bisa menghindari Johnny selamanya. Mereka saling diam, awkward sampai Johnny bersuara duluan.

"Soal gosip itu... gue..." Johnny menoleh padanya, menatapnya dengan sepasang mata sedalam telaga. Sulit membaca emosi yang tersimpan di sana. Lalu dia tersenyum tipis, bikin jantung Rei hampir menyerah melakukan tugasnya.

"Hng... nggak apa-apa kok, Kak. Lagian yang naksir Kakak kan bukan saya doang..."

Johnny tertawa. "Bukan soal yang itu, tapi yang satunya."

"Hah?"

"Gue suka cewek kok."

"..."

"Gue bukan gay."

Kesimpulannya?Jenardi Genta Suralaya itu brengsek. 




to be continued.

***

Jenar 

Tigra 

Dhaka 

Johnny 


August 23rd 2020 | 18.00

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro